Bulan ini dinamakan sebagai bulan Shafar dalam pengertian “kosong” karena kebiasaan orang-orang Arab zaman dulu meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka (sehingga kosong) pada bulan tersebut untuk berperang ataupun bepergian jauh. Selanjutnya penamaan bulan Shafar dalam pengertian “kuning”, karena biasanya bulan tersebut bertepatan dengan musim panas yang menyebabkan dedaunan menjadi kering dan berwarna kuning. Akan halnya shafar yang diidentifikasi sebagai nama penyakit karena masyarakat Arab pada masa Jahiliyah dahulu meyakini adanya penyakit berbahaya yang disebabkan oleh keberadaan ulat besar dalam perut seseorang. Masih ada satu pendapat lainnya terkait dengan penamaan bulan Shafar, yaitu angin yang berhawa panas dan menyerang sehingga menyebabkan sakit perut.
Keseluruhan arti shafar yang disebutkan di atas menunjukkan sisi negatif. Hal inilah yang selanjutnya menimbulkan kesan bahwa bulan Shafar itu harus diwaspadai. Kesan seperti ini berkembang dari suatu generasi ke generasi berikutnya hingga saat ini.
Di berbagai wilayah Nusantara misalnya, sebagian umat Islam hingga saat ini masih menganggap bulan Shafar sebagai pembawa kesialan. Atas dasar itu, mereka tidak berani melakukan berbagai aktivitas seperti walimah perkawinan karena dikhawatirkan tidak mampu bertahan lama. Mereka juga tidak berani membangun rumah karena dikhawatirkan tidak membawa ketenangan; serta tidak berani pula memulai usaha karena dikhawatirkan tidak berkembang dengan baik. Perjalanan jarak jauh sebaiknya tidak dilakukan dalam bulan ini karena dianggap berbahaya.
Dalam pada itu, bulan Shafar diyakini sebagai bulan panas sehingga harus hati-hati dalam berbicara. Pembicaraan yang kurang terkontrol dapat menyulut emosi dan pertikaian. Masyarakat sangat dianjurkan untuk tidak sering menggunakan senjata tajam karena berpeluang untuk melukai orang lain. Begitulah sebagian mitos tentang bulan Shafar.
Hal yang lebih memprihatinkan lagi sehubungan dengan mitos bulan Shafar adalah keyakinan sebagian masyarakat Aceh tentang wajibnya mandi shafar pada hari Rabu terakhir bulan ini. Mandi shafar (Rabu habeh) itu dimaksudkan untuk membuang sial. Apabila sial tidak dibuang melalui mandi shafar, seseorang akan terus menerus diintai oleh petaka dan bencana.
Pertanyaannya; sesuaikah keyakinan seperti digambarkan di atas dengan ajaran Islam? Benarkah Shafar itu bulan panas, penuh sial, petaka dan bencana? Selanjutnya, mestikah kita mandi Rabu habeh di bulan Shafar untuk membuang sial?
Pertanyaan ini sesungguhnya tidak sulit dijawab jika kita benar-benar menjadikan al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam dan Sunnah sebagai penjelasnya. Tidak ada satu pun ayat al-Qur’an yang menyinggung persoalan kesialan bulan Shafar. Bahkan, nama bulan Shafar saja tidak disebutkan di dalam al-Qur’an. Satu-satunya nama bulan yang terdapat di dalam al-Qur’an hanyalah bulan Ramadhan. Itu pun disebutkan dalam konteks fadhilah (kemuliaannya) karena di dalamnya diturunkan kitab suci tersebut.
Selain Ramadhan, Allah hanya menyebutkan empat bulan haram, yang di dalamnya dilarang melakukan peperangan sebagaimana firman Allah.
Bulan-bulan haram yang dimaksudkan di dalam ayat di atas adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Pada bulan-bulan tersebut tidak diperkenankan berperang. Jadi, bulan Shafar tidak disinggung sedikit pun di sini.
Selanjutnya, di dalam hadis Rasulullah terdapat ungkapan bulan Sahafar dalam beragam konteksnya. Salah satu di antaranya adalah penafian akan adanya sial pada bulan Shafar. Artinya, Rasulullah secara tegas membantah keyakinan sebagian orang bahwa bulan Shafar itu menimbulkan petaka melalui sabda beliau, yang terdapat di dalam sejumlah kitab hadis riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmuzi, Nasa’iy, Ahmad ibn Hanbal, dan Ibnu Majah; Laa ‘adwaa wa laa thiyarata wa laa shafara wa laa haamata.
Jika di dalam al-Qur’an dan hadis tidak terdapat persoalan bulan Shafar yang dimitoskan itu, mengapa sebagian umat Islam meyakini kebenarannya? Satu-satunya jawaban yang masuk akal dalam hal ini adalah; karena mereka tidak berilmu. Karena keawaman dan kejahilan, sebagian umat Islam hidup dan menghidupkan mitos yang merugikan sekaligus menggelikan itu. Kita berdoa semoga Allah senantiasa menyinari kita dengan cahaya hidayah-Nya agar dapat membedakan mana kebenaran dan mana mitos kesesatan. Kita juga lebih-lebih perlu berdoa lagi semoga orang-orang yang tergurita oleh mitos bulan Shafar itu memperoleh hidayah Allah dan kembali ke jalan kebenaran. Amin.
Adab Amalan Bulan Safar
ReplyDeleteMawlana Syaikh Adnan Kabbani Qutb al-Irsyad
Dari buku Al-Futuhat Al-Haqqaniya
Bulan Safar adalah bulan dari bulan sunnah. Nabi s.a.w menamakannya Safar al-Khair. Bulan Safar juga merupakan bulan di mana Allah menurukan Kemarahan dan Hukuman ke atas dunia. Banyak kaum yang terdahulu yang tidak percaya kepada Allah dan Rasul telah lenyap pada bulan ini. Saya masih teringat Syeikh Adnan Al Kabbani menahan diri dari keluar berjalan pada bulan ini; Syeikh Adnan menasihati agar kita semua tidak meninggalkan rumah melainkan benar-benar perlu.
Telah di tetapkan untuk menjalankan amalan untuk perlindungan pada setiap hari di bulan Safar ini dari Kitab Al-Futuhat Al-Haqqaniyyah karangan Syeikh Adnan Al Kabbani. Yaitu dengan membaca setiap harinya: Shahadatain ( 3 kali ), Astaghfirullah ( 300 kali ), Al-Fil 7 kali dan Ayat Kursi 7 kali. Memberi Sadaqah setiap hari untuk Allah yang Maha Kuasa dengan niat untuk mengangkat jauh penderitaan dan malang.
Ia satu amalan baik, sebagaimana yang dibuat oleh Grandsheikh 'Abdullah qs., untuk membuat Korban di hari ke-27 Safar untuk Allah yang Maha Kuasa. Membaca setiap hari surah Al Fil ( 7 kali ) and Ayatul-Kursi ( 7 kali ).
Pada hari Rabu terakhir bulan Safar, buatlah amalan Adab sebagai berikut : Shadatain ( 3 kali ), Astaghfirullah ( 300 kali ), Ayatul Kursi ( 7 kali ), Surah Al Fil ( 7 kali ). Baca kesemuanya dan hadiahkanlah kepada diri sendiri dan juga untuk keluarga. Adab paling baik untuk menahan daripada keluar dari rumah pada hari itu. Jikalau harus keluar, maka kekalkan Adab dan pulanglah ke rumah dengan segera apabila selesai mendapat keperluan.
Grandshaykh Abadullah Faiz Daghestani qs. berkata: "Di hari rabu akhir bulan Safar, 70,000 penderitaan ( bala ) akan menimpa dunia. Barangsiapa yang mengekalkan Adab ini yang disebut, dia akan dilindungi oleh Allah yang Maha Kuasa."