Tgk. H. Masrul Aidi
Pondasi dasar berkembangnya agama
Islam di Mekkah tidak terlepas dari metode pendekatan silaturrahmi yang dilakoni
dengan sangat baik oleh Rasulullah saw sesuai dengan perintah Allah swt dalam
Quran surat
Syu’ara ayat 214.
Karena itu Rasulullah menganjurkan
ummatnya untuk bersilaturrahmi dengan janji yang sangat menggiurkan dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Barangsiapa yang senang dimudahkan
rizkinya dan dipanjangkan umur, hendaklah bersilaturrahmi.”
Defenisi
Imam Raghib al-As-fahan mende
nisikan silaturrahmi dengan: “Berbuat baik terhadap kerabat dalam bentuk ucapan
dan perbuatan, termasuk dalam makna silaturrahmi adalah mengunjungi mereka,
menanyakan berita tentang mereka, membantu memenuhi kebutuhan mereka dan
berusaha untuk kemaslahatan mereka.”
Dari defenisi di atas dapat kita
pahami bahwa silturrahmi tidak terbatas sekedar pada saling berkunjung, karena berkunjung
hanya merupakan salah satu bentuk silaturrahmi, disamping bentuk-bentuk lain
sebagaimana disebutkan dalam defenisi.
Anjuran bersilaturrahmi
Selain hadis yang telah disebutkan
di atas, sangat banyak ayat Quran dan hadis yang menganjurkan silaturrahmi,
Surat an-Nisa ayat 1 dengan tegas menyandingkan antara perintah taqwa kepada Allah
dengan silaturrahmi dengan kerabat dan handai taulan. “... dan bertakwalah kalian
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namanya kalian saling meminta, dan
(peliharalah) silaturrahmi, sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu”.
Ancaman
Dalam surat al-Baqarah ayat 27, Allah mendefenisikan
orang yang fasiq dengan tiga ciri : 1. Merusak perjanjian dengan Allah 2. Memutus silaturrahmi 3. Berbuat kerusakan dimuka bumi Fasiq merupakan suatu sifat
yang tercela didalam Islam yang menyebabkan
pelakunya di diskualifikasi dari
beberapa kedudukan penting, diantaranya, orang fasik tidak boleh diangkat
menjadi imam dalam salat, tidak boleh bertindak menjadi wali untuk menikahkan
anggota keluarganya, orang fasiq tidak diterima kesaksiannya, dan banyak yang pantangan
lainnya.
Itu baru sekelumit hukuman
didunia, sedangkan di akhirat akan sangat beragam bentuk ancaman dari Allah
untuk orang yang memutuskan silaturrahmi, diantaranyan terdapat dalam Quran surat Muhammad ayat 22
dan 23 “maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan berbuat kerusakan dimuka
bumi dan memutuskan silaturrahmi. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
Tradisi
Konsep silaturrahmi yang demikian
agung dalam syariat Islam, pada prakteknya kemudian dipersempit oleh tradisi yang
ada, seakan-akan silturrahmi hanya terbatas pada akti tas saling mengunjungi
antar kerabat dan handai taulan serta suguhan makanan dan minuman ala kadar dan
itupun hanya diakui apabila terjadi di bulan Syawal ketika Idul Fitri dan di
bulan Zul Hijjah ketika Idul Adha. Sedemikian kuatnya tradisi ini, sehingga
pertemuan di waktu yang lain tidak dianggap sebagai silaturrahmi, dan pertemuan
dihari raya pun tidak sah menjadi silturrahmi kecuali dengan datang berkunjung kerumah
berikut dengan acara perbaikan gizi berupa makan dan minum.
Solusi
Akibat dari pemahan yang sempit
tentang makna silaturrahmi, telah menyebabkan banyak hubungan persaudaraan yang
putus karena tidak datang berkunjung di hari raya walaupun sehari sebelumnya
telah datang pada hari “meugang” lengkap dengan tentengan daging dan sumber
gizi lainnya.
Sempitnya pemahaman silaturrahmi
telah pula menyebabkan biaya hari raya semakin melonjak, karena akti tas yang
sepatutnya dijalani sepanjang tahun akhirnya terpaksa di “rapel” alias jamak
ta’khir pada hari raya, barometernya dapat ditanyakan ke pihak Bank
Indonesia, berapa besar kebutuhan
uang tunai dan receh sejak dari 25 Ramadan sampai dengan 10 Syawal.
Dampak lainnya adalah banyak PNS
yang terpaksa dipotong TPK karena telat masuk kerja demi kejar target
silaturrahmi disamping dampak tragis banyaknya nyawa melayang sia-sia.
Oleh karena itu, ada lah sangat
penting bagi kita untuk mengembalikan makna silaturrahmi ke arah sebenarnya
sesuai dengan tuntunan syariat bahwa setiap interaksi sosial yang positif antar
individu adalah silaturrahmi, mudah-mudahan dengan pemahaman yang demikian,
beban mental dan keuangan akan dapat direduksi, dan beban kerja pemerintah akan
terkurangi, walaupun untuk memberikan pemahaman yang benar tersebut beban kerja
para ulama dan ustad bertambah berat.
Wallahua’ l am
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !