Headlines News :
Home » » Shaf Kosong

Shaf Kosong

Written By MAHA KARYA on Saturday, August 10, 2013 | 8/10/2013

Bagaimana kita bisa mengetahui perilaku warga di sebuah kota secara cepat? Ada yang menyatakan perilaku mereka tercermin dari tindakan warga di jalan raya. Dengan gampang kita bisa mengenali watak segelintir warga yang tidak sabar ketika lampu merah menyala dengan langsuung menekan klakson, balapan di jalan umum, memgemudi kendaraan dengan lambat di jalur cepat (jalur kanan) serta melanggar berbagai peraturan lalu lintas.

Khusus mengenai suara klakson, nyaris setiap hari kita mendengar suara tersebut di Aceh. Ini beda jika kita berada di Malaysia yang suara itu jarang kita dengar. Pengemudi menekan klakson jika situasi darurat atau sedang marah. Klakson itu tanda marah. Di Aceh, sedikit telat melaju ketika lampu hijau menyala, maka dentuman klakson bergaung. Tak salah lagi, jalan raya menjadi ladang menguji kesabaran. Tidak ada penerapan syariat Islam di jalan raya. Padahal menurut survei, di jalan lebih banyak warga yang meregang nyawa daripada dalam pertempuran. Setiap hari kita membaca berita kecelakaan yang menelan korban jiwa.

Pada dimensi lain, ada yang mempertanyakan mengapa umat Islam belum bisa berkembang lebih maksimal? Ada yang mengklaim umat Islam masih tertatih dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan kaerna masih ego, cuek alis tidak peduli.  Masalah besar ini bisa ditelusuri dari hal-hal yang kecil dan sepele yakni ketika kita sudi mengisi shaf kosong. Apa hubungannya kemajuan umat Islam dengan shaf?

Simaklah setiap hendak shalat di masjid atau meunasah, setiap imam shalat selalu mengingatkan jamaah untuk mengisi shaf-shaf yang kosong. Rasulullah SAW bersabda, "Luruskan shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat.” Kita semua paham, bahwa shaf shalat harus rapat  dan rapi.  Tidak boleh bengkok.  "Barangsiapa menutup shaf, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya satu kali dan akan membangunkan sebuah istana untuknya di Surga." (HR. Nasa'i & Huzaimah).

Namun bagaimana perilaku jamaah di masjid atau meunasah dalam mengisi shaf? Kadangkala kita cenderung shalat di shaf belakang dengan membiarkan shaf depan kosong. Padahal shalat di shaf depan lebih utama daripada berada di shaf-shaf di belakang. Kita membiarkan shaf-shaf kosong di barisan depan.

Demikian juga, ketika di shaf depan kosong, kita tidak peduli untuk melangkah mengisi shaf yang kosong tersebut.  Kita berharap, ada jamaah lain yang mengisinya. Jamaah lain pun berpikir demikian juga. Dalam hal ini, kita tidak peduli pada persatuan dan kekompakan shaf jamaah. Setiap jamaah merasa nyaman dengan posisi shalat di tempat yang dia sukai. Untuk hal ini, dibutuhkan kesadaran berjamaah untuk mengisi shaf-shaf di depan sehingga tidak ada jamaah yang melangkahi bahu kita karena mencari shaf kosong di depan.

Tidak ada kata lain, agar umat Islam berkembang dan  bisa bersatu, mesti memiliki keinginan untuk saling mengisi, saling peduli bahwa mengisi shaf di depan adalah tanggungjawab bersama. Kita muali dari diri sendiri dengan langsung menuju shaf kosong di depan dan seterusnya. Kesadaran itu bisa terwujud, jika kita punya ilmu pengetahuan atau mau belajar agar menjadi muslim yang terus lebih baik setiap hari daripada kemarin.
Murizal Hamzah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin