Tak terasa, dalam beberapa minggu lagi, umat Islam di seluruh dunia akan menunaikan ibadah puasa. Bulan Sya’ban sebagai pintu pembuka menuju Ramadhan. Pada masa dulu sangat terasa aktivitas warga Aceh menyambut Ramadhan dengan berbagai persiapan di meunasah seperti menyiapkan bahan makanan berbuka puasa. Jeungki (penumbuk padi) pun riuh-rendah menambahkan suasana menyambut bulan penuh berkah ini.
Tak pelak, sebulan sebelum Ramadhan, suara top teupong saling bersahut-sahutan ke seluruh gampong. Itu nostalgia pada masa lalu. Sekarang jeungki sudah jarang bahkan tidak dipakai lagi karena sudah ada mesin yang lebih cepat bekerja dan murah.
Bagi orang Aceh, puasa betul-betul digunakan untuk beribadah. Kegiatan lain dikurangi karena selama 11 bulan sudah diagendakan untuk bekerja maksimal mencari rezeki. Maka tersohor ungkapan yang tidak seluruhnya bisa dibenarkan yakni siblah buleun hareukat, sibuleun pajoh (11 bulan mencari nafkah hidup, untuk dimakan sebulan).
Hikmah dari ungkapan itu, yakni selama sebulan bisa cuti kerja dengan mengoptimalkan beribadah. Sehingga setelah selesai Ramadhan, maka kembali bersih dari dosa sebagaimana layaknya bayi yang baru lahir. Begitulah secara adat cara warga Aceh antara lain menyambut puasa. Suasana Ramadhan terasa benar di Aceh yang sudah tercium aromanya sebulan sebelum Ramadhan. Anda yang pernah merasakan berpuasa di luar Aceh dan membandingkan dengan berpuasa di Aceh, maka suasana tibanya bulan Ramadhan di Aceh sangat terasa.
Sebagai umat Islam, maka kita bergembira dan bersyukur karena bisa menunaikan ibadah puasa lagi pada Ramadhan ini. Allah SWT memberikan anugerah umur agar kita bisa melaksanakan salah satu rukun Islam. Perasaan senang bisa bertemu dengan Ramadhan kali ini merupakan salah satu cara mensyukuri apa yang diberikan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang merasa gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya dari semua neraka”
Persiapan menyambut Ramadhan yang utama yakni kesiapan mental dan fisik. Hanya orang yang sehat tubuh dan logika saja yang diwajibkan berpuasa. Berupaya dan berdoa agar selama Ramadhan bisa berpuasa secara penuh bagi umat Islam adalah sebuah prestasi yang menakjubkan.
Upaya lain menyambut Ramadhan yakni memperkuat silaturrahim. Apalagi di era teknologi, komunikasi bisa lebih cepat dilakukan melalui telepon seluler melalui pesan singkat dan sebagainya. Allah SWT mengingatkan hal ini dalam satu firman-Nya, “Bertaqwalah kepada Allah, yang kau minta (hajatnya terpenuhi) kepada-Nya, dan peliharalah pertalian persaudaraan/ kerabatmu (jangan kau putuskan ikatan dengan mereka)”. (QS. An Nisa : 1).
Demikian juga Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa amal yang paling cepat pahalanya adalah silaturahmi, dan dosa yang disegerakan akibatnya adalah putusnya hubungan persaudaraan dan penganiayaan. Dengan demikian, ketika memasuki bulan Ramadhan, segala kesalahan dengan kerabat dan lain-lain sudah diselesaikan. murizal hamzah
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !