Headlines News :
Home » » Puasa Sarana Membangun Ukhuwah & Kejujuran

Puasa Sarana Membangun Ukhuwah & Kejujuran

Written By MAHA KARYA on Sunday, August 3, 2014 | 8/03/2014

Ada yang berbeda di Idul Fitri kali ini, di hari raya yang ke-1435 ini, umat Islam di seantero dunia berduka. Bagaimana tidak, saudara seiman di Ghaza-Palestina ditempa ujian keimanan begitu berat. Di sini melaksanakan ibadah puasa dengan penuh khusyu’, akan tetapi mereka di Ghaza berpuasa sembari menanti serangan yahudi la’natullah’alaihim. Dan ketika di hari raya kali ini kita merayakannya dengan penuh suka cita, mereka di sana merayakan dengan serangan membabibuta.

Layaknya seperti itulah seruan khatib yang memberikan khutbah di Masjid Agung Al-Makmur Lamprit oleh Drs A Karim Syech MA. Selain menyerukan agar mendo’akan saudara se-iman di Palestina, khatib juga mengajak agar seluruh umat Islam di Banda Aceh bersatu dan jangan berselisih baik dalam hal kehidupan maupun dalam ibadah, jangan terpecahbelah hanya gara-gara ibadah sunah, karena perbedaan pendapat itu adalah rahmat. Idul Fitri mengajarkan kepada kita untuk saling mencintai, saling mengunjungi dan bersilaturrahim bukan sebaliknya kita berpecah belah dan tidak saling menyapa.

Di tempat yang berbeda, Dr H Mustanir MSc selaku khatib Idul Fitri di Lapangan Tugu Unsyiah menyatakan bahwa Idul Fitri merupakan sarana untuk membangun pribadi jujur. Khutbah yang mengangkat Tema, “Puasa dan Upaya Membangun Karakter Jujur” ini dihadiri oleh sebagian besar masyarakat Kampus Darussalam dan sekitarnya, Senin (28/7).

Dalam khutbahnya, Mustanir mengutip sebuah riwayat sebagaimana pernah diceritakan ketika Imam Hasan Al Bashri mendekati seorang anak yang sedang menggembalakan puluhan domba milik majikannya. Sang Imam membujuk agar anak itu bersedia menjual seekor domba gembalaannya kepadanya. Namun sang anak gembala yang tidak mengetahui kalau pria itu adalah Imam Hasan Al Bashri menolaknya dengan alasan bahwa domba-domba itu bukan miliknya. Hasan Al Bashri pun terus membujuk dengan berkata, “Bukankah majikanmu tidak akan mengetahui kalau dombanya dijual satu ekor saja.”

Sang anak gembala pun menjawab, “Memang majikan saja tidak tahu, tapi Allah yang berada di atas langit sana pasti Maha Mengetahuinya.” Dia pun menunjuk ke arah langit. Melihat kejujuran anak gembala itu, sang Imam terkesima lalu memeluk dan menciumi kepala anak itu. Bahkan dalam sebuah riwayat beliau juga berdoa bagi kebaikan anak gembala itu.

Kejujuran yang dimiliki anak gembala tersebut dirasakan saat ini merupakan sifat langka ditemui dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahkan saat ini negara kita sulit mencari manusia-manusia yang memiliki sifat mulia tersebut. Hal itu dapat diukur dari semakin maraknya praktik korupsi, kolusi, manipulasi, dan budaya mark-up di negeri ini.

Kejujuran (ash shidq) merupakan salah satu sifat utama yang harus dimiliki orang-orang beriman. Begitu pentingnya sifat mulia itu, sehingga tidak kurang dari 145 kali disebut dalam Al Qur’an. Rasulullah SAW pun memerintahkan umatnya untuk berbuat jujur.

Namun, disayangkan kondisi hari ini berkata lain. Kejujuran sudah menjadi barang mahal karena susah didapatkan. Hari ini tidak ada lagi perasaan malu ketika orang berbuat tidak jujur, bahkan sebaliknya menjadi sebuah kebanggaan ketika berhasil membohongi orang lain. Bahkan berani  memfitnah hingga memojokkan orang lain pun dilakukan dengan senang hati, dengan dalih untuk memuluskan tujuan.

Ibadah puasa yang kita laksanakan pada Ramadhan ini merupakan sarana untuk melatih kita berbuat jujur. Sebab hanya kita sendiri dan Allah SWT yang mengetahui bahwa kita benar-benar berpuasa atau tidak. Tidak sedikit di antara umat Islam yang di hadapan orang lain terlihat berpuasa, ikut makan sahur, dan turut berbuka puasa, namun secara diam-diam dia sebenarnya tidak berpuasa. Selain itu, orang yang benar-benar berpuasa dilatih kejujurannya. Secara hukum puasanya tidak batal ketika seseorang berbuat tidak jujur, namun ibadah puasanya telah rusak, artinya ia tidak mendapatkan pahala, malahan dosa yang diperolehnya, meskipun ia telah merasakan haus dan lapar.

Karena itu dengan berpuasa kita dilatih untuk memberikan penyadaran kehadiran Allah SWT. Jadi apa pun aktivitas yang kita lakukan yang sifatnya membatalkan puasa, kita tidak ingin  melakukannya walaupun orang lain tidak pernah tahu, tapi kita yakin Yang Maha Tahu melihatnya. Kalau ini sudah menjadi pedoman bagi kita, maka terciptalah kejujuran dalam setiap diri manusia dan kalau kejujujuran sudah tercipta otomatis tidak akan ada masalah-masalah sosial yang muncul dalam kehidupan.

Kita berharap hendaknya kejujuran ini tidak hanya diterapkan dalam pelaksanaan ibadah puasa pada bulan suci Ramadhan ini, tapi hendaknya harus diiringi dalam pelaksanaan aktivitas lain dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seorang pejabat yang memegang amanah tidak lagi mau berbuat tidak jujur dengan menggelapkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Sehingga dengan demikian perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme juga akan bisa ditekan di negeri ini. Darlis
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin