Headlines News :
Home » » Abu Panton

Abu Panton

Written By MAHA KARYA on Tuesday, May 7, 2013 | 5/07/2013

Lentera Aceh semakin berkurang. Jika ulama diibaratkan sebagai obor, maka satu persatu pelita itu mulai padam. Kehilangan ulama adalah kehilangan segalanya. Jika satu anggota dewan atau pejabat meninggal dunia misalnya, maka dalam hitungan menit, sudah diketahui siapa mengantikannya. Sebaliknya, jika sosok ulama yang wafat, kita sulit mencari pengantinya. Butuh waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan ulama yang istiqamah.

Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raaji'un. Sesungguhnya semua berasal dari Allah dan kembali kepada  Allah. Senin (29/4) sore menjadi hari penuh duka di seluruh Aceh. Sosok ulama yang ikut membidani kelahiran Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) yakni Teungku Ibrahim Beurdan (Abu Panton) berpulang ke Rahmatullah.

Pimpinan Dayah Malikussaleh Panton Labu Aceh Utara tersebut menghembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan di salah satu RS Medan Sumatera Utara dalam usia 68 tahun. Kita semua terkesima ketika  pria kelahiran 8 Juli 1945 di Matang Jeulikat Aceh Utara pergi dalam waktu cepat.  Abu Panton pergi untuk selamanya meninggalkan seorang istri Hj Zainabon Binti Hasan, serta ribuan murid-muridnya yang tersebar di seluruh dunia.

Meninggalnya para ulama berarti hilangnya satu tempat bertanya bagi warga. Ini menjadi cobaan bagi warga untuk menghadirkan sosok ulama lain.

Secara sunatullah, setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Abu Panton sudah kembali kepada Sang Khaliq. Tidak ada yang bisa mencegah oleh siapa pun atau menundanya walau satu menit saja. Sebagai pengikut atau murid Abu Panton, maka kita wajib meneruskan tradisi-tradisi yang telah dilakukan oleh Abu Panton.  "Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu begitu saja dari diri para ulama, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan wafatnya para ulama, sehingga jika tidak tersisa seorang ulama pun, maka masyarakat akan mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Jika mereka ditanya mereka menjawab tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan." (HR. Bukhari).

Salah satu wujud dedikasi kepada Abu Panton yakni menyalin pemikirannya dalam sebuah buku.  Kehebatan Aceh pada masa lalu karena menjamurnya budaya menulis. Hasilnya, setelah beratus tahun hingga kini kita bisa mengetahui pemikiran intelektual atau ulama Aceh pada masa kejayaan dulu. Untuk itu, wasiat atau pesan-pesan dari Abu Panton yang tersebar di mana-mana perlu dikumpulkan dalam satu buku.

Kita percaya, pemikiran-pemikiran Abu Panton yang kaya pengalaman itu tidak cukup hanya terkumpul dalam satu buku yang berjudul Resolusi Konflik dalam Islam  yang terbit pada tahun 2008. Untuk itu, kalangan terdekat yang sering berinteraksi dengan Abu Panton bisa menularkan pemikiran ulama pendukung referendum ini kepada seluruh umat. Bukan hanya kepada jamaahnya saja. Kita sadar, Abu Panton yang tidak dianugerahi anak itu adalah pribadi yang yang ahli di bidang Ilmu kitab Fiqih, Tauhid dan Tasawuf.

Aceh bisa kehilangan ulama karena ajal sudah menanti. Namun Aceh tidak boleh kehilangan pemikiran-pemikiran ulama yang selalu sesuai dengan peradaban waktu.  Mengadakan kajian-kajian terhadap pemikiran ulama dari zaman ke zaman merupakan cara memuliakan ulama. Kita prihatin,  jika umat Islam lebih paham sejarah artis serta perilakunya daripada mengenal kehidupan ulama. Salah satu sebab mengapa ini bisa terjadi karena kurangnya publikasi secara meluas tentang ulama. Selamat jalan Abu, semoga Allah menempatkan di tempat yang layak di sisiNya. Murizal Hamzah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin