Firman Allah swt: Dan bagimu (suami-suami) adalah
seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak
mempunyai anak. Jika mereka (istri-isrimu) itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditingalkannya setelah (dipenuhi) wasiat
yang mereka buat atau (dan setelah dibayar) hutangnya. Para istri memperolah
seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu
mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu
tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (setelah dibayar)
hutang-hutangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki mapupun perempuan
yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meningglkan anak, tetapi mempunyai seorang
saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi
masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika
saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam
bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan
setelah dibayar) hutangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris).
Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun. (QS
An-Nisa’: 12)
Mengenai kalalah yang
disebutkan dalam ayat di atas, dipahami oleh para ulama adalah seseorang yang
meninggal dengan tidak meninggalkan orang tua dan tidak meninggalkan anak.
Boleh jadi orang tersebut tidak punya anak dan ayahnya sudah lebih duhulu
meninggal, sementara dia punya harta banyak.
Mengenai al-kalalah ini sebenarnya sesuatu
yang dipertanyakan oleh para sahabat, sehingga ada seseorang shahabat bertanya
kepada Abubakar r.a. Jadi ada seseorang shahabat yang belum paham apa itu kalalah. Mereka tidak malau-malu bertanya kepada orang
yang lebih tahu. Hal itu saya kira perlu juga da pada kita. Jangan kita
menganggap diri ini pintar sekali, sehingga kita sembunyikan kebodohan kita.
Tidak mau bertanya kepada orang. Kalau ada yang bertanya langsung dijawab,
entah apa yang dijawab, ilmunya pun tidak ada.
Tidak demikian halnya dengan para sahabat
Rasulullah SAW. Jika mereka tidak tahu
tentang satu hal, kalau ada baginda Rasul langsung saja mereka bertanya kepada
Rasul. Boleh jadi dalam kasus ini Rasululah telah wafat, mereka belum sempat
bertanya kepada baginda Rasul apa itu kalalah. Tentu, mereka pergi kepada
shahabat yang mereka percaya tahu tentang hal itu, dalam hal ini Abubakar r.a.
Apa itu kalalah? Abubakar dengan penuh
tawadhuk menjawab, “Aku menjawab pertanyaanmu dengan akal pikiran saya.”
Mungkin Abubakar tidak pernah bertanya kepada Rasul. “Bila yang saya jawab itu
betul, itu datang dari pada Allah swt. Kalau jawaban saya ini salah, kesalahan
itu pada saya, bukan pada Rasulullah, bukan pada orang lain dan boleh jadi yang
membisik jawaban tersebut syaithan, jadi kesalahan itu datang dari saya atau
datang dari syaithan dan Rasul lepas dari apa yang saya jawab itu,” katanya.
Lalu, Abubakar r.a mengatakan, “Kalalah itu adalah
orang yang meninggal tidak punya anak atau tidak punya orang tua karena telah
duluan meninggal.” Itulah arti kakalah yang sangat populer dikalangan
para ulama sekarang ini.
Disaat Umar memegang tampuk kerajaan, setelah
meninggalnya Abubakar, orang tidak puas. Masih ingin bertanya lagi. Maka ada
seseorang, entah dia lagi yang bertanya, entah orang lain lagi bertanya kepada
Umar r.a. yang terkenal banyak ide. Umar memiliki banyak pikiran yang baik
dalam penerapan agama Islam. Apa kata
Umar? Umar sudah tahu apa jawaban dari pendahulunya, Abubakar. “Saya malu
mengeluarkan sebuah pendapat yang berbeda dengan pendapat Abubakar,” katanya.
Demikian penghormatan Umar r.a kepada pendahulunya,
Abubakar. Inilah sifat-sifat yang baik yang perlu kita ikuti, kalau kita
betul-betul ingin menjadi pengikut Rasulullah SAW. Pertama, saat kita
mengeluarkan pendapat langsung kita mengatakan ini ada dasarnya, hadistnya
begini, ayatnya begitu atau ada pendapat ulama lain yang mengatakan hal ini,
maka kita kutib inilah pendapatnya. Cara
kedua, “Saya tidak pernah baca, entah ada dalam Al-Quran, entah ada dalam
hadist, entah ada pendapat ulama. Saya tidak
tahu saya. Ini saya ingin menjawab dengan pikiran saya sendiri.” Maka langsung beritahukan, kalau betul
langsung mendapat pahala, dan kalau salah,
itu kesalahan pribadi.
Wasiat
Dalam ayat di atas dikatakan, ghairaa mudhaar,
tidak membuat kemelaratan kepada ahli waris, seperti mewasiatkan lebih dari
sepertiga, karena makimal wasiat itu
sepertiga. Karena kita tidak senang kepada anak, misalnya. Boleh jadi bukan
karena anak, tapi salah kita sendiri
kita tidak mengajarakan anak itu dengan baik karena kita terlalu sibuk. Sibuk
mencari uang sendiri supaya lebih banyak deposito dan sebagainya kita
tinggalkan anak begitu saja, lantas saat anak sudah dapat berdiri sendiri, dia
tidak hirau lagi kita. Lantas, kita bertindak balas dendam lagi, kalau begitu
harta saya setengah dari lima puluh persen dari harta itu saya wasiatkan kepada
orang lain. Itu namanya memberi kemelaratan kepada orang lain. Itu tidak
diperbolehkan.
Dalam sebuah hadist Rasulullah saw, bersabda, bila
seseorang laki-laki atau seseorang perempuan melakukan amal
shalih enam puluh tahun, maka
saat umurnya enam puluh satu tahun dia meninggal misalnya, saat mendekati hari akhirnya terasa tubuhnya sudah beberepa kali opname
misalnya, sudah dikatakan oleh doter, ini komplikasi yang tidak mungkin ada kesembuhan lagi. Di
saat itulah dia berwasiat. Wasiatnya lebih dari sepertiga atau entah apa lagi yang dia buat, sehingga
mengurangi harta ahli warisnya, “Maka
keduanya apakah laki-laki atau perempuan itu sudah pasti akan masuk nereka,”
kata Rasulullah saw.
Demikian
peringatan keras dari Rasulullah saw prihal harta. Walaupun ini dia cari dengan keringat sendiri, tidak ada urusan dengan anak saya. Tidak ada urusan
ahli waris. Lantas dia akan mengerjakan sesuatu yang mengurangi hak
mereka, kata hadist, kehidupan akhirnya tidak akan berbahagia. Itulah
peringatan keras dari Rasulullah saw,
agar kita berhati-hati dalam berwasiat.
Disari dari Halaqah Maqrib Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA [Imam Masjid Raya Baiturrahman]
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !