Headlines News :
Home » » Tuhan Sembilan Centi Meter

Tuhan Sembilan Centi Meter

Written By MAHA KARYA on Friday, March 8, 2013 | 3/08/2013


Sibak rukok teut! Ucapan tersebut sudah populer di Aceh. Entah karena slogan itu, sebuah produk rokok mendirikan gudang rokok di Banda Aceh. Mereka paham, Aceh adalah pangsar rokok yang tidak pernah berakhir.

Sering perokok aktif dan berat ingin menghentikan merokok. Namun keinginan mulia itu kadangkala kandas. Alasannya sulit. Jika sudah berpikir sulit, maka kecil kemungkinan bisa terwujud. 
 
Tanpa disadari, selama Ramadhan, kubu perokok bisa mengurangi rokok. Mampu membabat batang rokok. Maka selama berpuasa, asap dari lokomotif berbagai merek rokok pun bisa direduksi.

Berkaitan dengan rokok, maka tidak heran ada warga yang menomorkan kebutuhan lain. Saya terkesan dengan ceramah Aa Gym  yang menjelaskan perokok yang tidak pernah meminta rokok pada temannya, maka paling kurang sebulan bisa menguras Rp 300 ribu. Dalam setahun, berarti 12 bulan X Rp 300 ribu = Rp 3,6 juta. Sementara dalam sebulan, perokok itu  hanya menyumbang Rp 4.000 untuk tabungan amal di masjid (sekali Shalat Jumat menyumbang Rp 1.000) atau setahun 12 bulan x Rp 4.000 = Rp 48 ribu.

Kita pun bertanya, berapa yang disumbang ke masjid selama setahun? Rp 48 ribu! Berapa yang diberikan kepada konglomerat rokok selama setahun? Rp 3,6 juta! Berarti Tuhan bagi perokok itu adalah rokok. Maksud Aa Gym lebih banyak hartanya diinfakkan di jalan rokok daripada di jalan Allah.

Dalam hal ini,penulis teringat puisi karya Taufik Ismail yang berjudul  Tuhan 9 cm. Berikut cuplikan puisi itu dengan harapan bisa mengurangi daya isap rokok mulai Jumat ini.

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok
di ruang kepala sekolah ada guru merokok
di kampus mahasiswa merokok
di ruang kuliah dosen merokok .....

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,


Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut

dan hidungnya mirip asbak rokok
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa
Mereka ulama ahli hisap
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban
Bukan ahli hisab ilmu falak
tapi ahli hisap rokok

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya
putih warnanya
ke mana-mana dibawa dengan setia
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya

Min fadhlik, ya ustadz
25 penyakit ada dalam khamr
Khamr diharamkan

15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi)
Daging khinzir diharamkan

4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang
ya ustadz
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith
Mohon ini direnungkan tenang-tenang
karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol,
sudah ada babi, tapi belum ada rokok


Jadi ini PR untuk para ulama
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu
yaitu ujung rokok mereka

Kini mereka berfikir
Biarkan mereka berpikir
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap
dan ada yang mulai terbatuk-batuk
Murizal Hamzah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin