Headlines News :
Home » » Islam Agama Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Islam Agama Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Written By MAHA KARYA on Friday, March 8, 2013 | 3/08/2013

Rasulullah melaksanakan amar maruf dan nahi munkar  mengedepankan  cara yang maruf bukan dengan cara yang keji dan munkar
Suatu ketika beberapa orang sahabat Rasulullah SAW berbincang-bincang dengan orang-orang Yahudi di Madinah. Para sahabat tersebut adalah  Ibnu Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, dan Muadz bin Jabal, serta Salim, budak Abu Khudzaifah.  Mereka berkumpul dengan dua orang Yahudi, yaitu Malik bin al-Daif dan Wahhab bin Yahuza. Kedua Yahudi itu, selalu membangga-banggakan agamanya serta kaumnya. Hal ini membuat para sahabat risau, benarkah yang dikatakan oleh orang Yahudi tersebut ?  Kemudian, seperti dijelaskan oleh Al-Wahidi al-Naisaburi, turunlah al-Qur`an surat Ali Imran ayat 110, yang membantah perkataan kaum Yahudi tersebut.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
  
Ustadz Rasyid Ridha penulis tafsir Al Manar, menegaskan bahwa keutamaan sebagai umat terbaik itu hanya dimiliki oleh umat Islam saja.  Hanya saja, tidak semua pengikut Nabi Muhammad SAW memiliki keutamaan seperti ini. Seseorang yang sudah bersyahadat, tidak otomatis langsung memiliki keutamaan ini. Bahkan, keutamaan tersebut belum tentu pula dimiliki oleh orang-orang yang sudah mendirikan shalat, puasa, zakat, dan haji. Ada persyaratan yang harus dimiliki umat terbaik, yaitu mereka harus memenuhi ciri-ciri yaitu : Pertama, ta’muruuna bil maruf  bahwa umat yang terbaik itu kerjanya adalah mengajak kebaikan. Kedua, mereka mencegah kemunkaran watanhauna anil munkar  dan yang ketiga   adalah senantiasa beriman kepada Allah watu’minuuna billah.

Usaha dakwah minimal mencakup dua aspek, yaitu amar ma’ruf  (mengajak kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemunkaran/ keburukan). Keduanya bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Hampir semua ayat Al-Quran dan hadis yang berbicara tentang amar ma’ruf pasti disertai nahi munkar seperti halnya iman, selalu dibarengi dengan amal  saleh, sebab antara iman dan amal shaleh tidak terpisah. Dengan demikian dakwah  tidak cukup hanya amar maruf semata tetapi harus juga paralel dengan tindakan nahi munkar. Jika dakwah hanya dalam bentuk amar ma’ruf saja maka kalau Islam diibaratkan bangunan, bangunan tersebut tidak kokoh, dia akan keropos dan mudah  roboh karena membangun sambil merusak itulah ibarat melaksanakan amar ma’ruf tapi mengaikan nahi munkar. 

Perlu juga dipahami bahwa Rasulullah melaksanakan amar maruf maupun nahi munkar tetap dengan mengedepankan cara-cara yang maruf bukan dengan cara yang keji dan munkar.  Sebagaimana  dalam Al Quran surat an-Nahl ayat 125: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”.

Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin berat, baik yang bersifat internal mau¬pun eksternal. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, tantangan dakwah muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam menda¬patkan hiburan (enter¬tain¬ment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin mem¬buka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika. Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD/DVD, jaringan internet, dan sebagainya.  Demikian pula kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu.

Kemaksiatan itu bagai api, mulanya kecil, tetapi kalau sudah besar dia akan membakar semuanya. Dalam sejarah para nabi dikisahkan  suatu masyarakat atau kaum yang rajin beribadah, pada setiap malam dan pagi, mereka juga rajin berdzikir  tetapi Allah justru menimpakan azab serta murka-Nya, disebabkan di tengah-tengah mereka tidak ada lagi sekelompok orang yang mau menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini seperti dialami oleh  kaum Nabi Suaib a.s, mereka dibinasakan oleh Allah SWT, meskipun penduduk Aikah banyak yang ahli ibadah. (Ir. Faizal Adriansyah, M.Si)
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin