Headlines News :
Home » » Penguatan Keluarga, Benteng Internal Remaja

Penguatan Keluarga, Benteng Internal Remaja

Written By MAHA KARYA on Wednesday, February 27, 2013 | 2/27/2013

Nurjanah Nitura  
(Psikolog/Direktur Eksekutif Yayasan Psikodista)

Bagaimana pendapat ibu tentang demoralisasi generasi muda Aceh sekarang?

Masa remaja dipandang sebagai masa gelombang dan badai yang dideklarasikan dengan menghadirkan sejumlah problema yang kerap dialami oleh remaja. Problema tentang perkembangan fisik dan seksual, perkembangan konsep diri dan kepribadiannya maupun perkembangan sosialnya. Sebagian pakar menyitir tentang status interim yang sebagian merupakan status pemberian (ascribed) dan sebagian merupakan status pencapaian (achieved)
Pubertas atau pemasakan seksual sendiri berlangsung antara masa kanak-kanak akhir dengan masa remaja awal. Pubertas ditandai dengan menarche (menstruasi) pada remaja putri dan pollution (mimpi basah) pada remaja putra. Perkembangan seksual ini apabila diawali dengan persiapan psikologis yang cukup dan diikuti dengan bimbingan positif dari orang tua, maka akan dilalui dengan baik. Namun jika pemasakan seksual ini tidak dibarengi dengan kematangan psikologis akan berakibat fatal.
 
Lalu bagaimana tingkat bahayanya?
Libido remaja yang meletup-letup apabila dikelola dengan baik akan disalurkan menjadi sebuah energi positif untuk berkembang. Seperti berolah raga, kesenian, berorganisasi, beraktivitas keagamaan serta aktivitas positif dan konstruktif lainnya. Namun apabila libido seksual yang meletup-letup ini distimulasi dengan SEM (sexual explicit material) seperti CD film biru, buku stensilan, lagu cinta yang cengeng serta tampilan pornografi lainnya dibumbui dengan peer-group yang mendukung, maka libido tersebut akan semakin liar (kasus perek, remaja putra tingkat SMA yang menjadi pelanggan PSK, bintang flm biru, kasus hamil pra nikah dll)
 
Apa penyebab terjadinya fenomena ini?
Secara sosial, seorang remaja mulai melangkah ke dunia di luar rumah. Affective others yang dulunya seputar rumah kini mulai meluas pada orang-orang di luar rumah khususnya teman sebaya. Keberadaan teman sebaya (peer group) amatlah kuat dalam diri remaja, sehingga tak jarang remaja mengambil keputusan justru bukan karena pertimbangan diri pribadi namun lebih pada pertimbangan kelompoknya.
Kelompok sebaya yang positif dan mendukung akan merupakan modal bagi remaja untuk membangun konsep diri, kemampuan resiliensi serta dirinya secara utuh. Namun kelompok sebaya yang negatif akan menjerumuskan remaja ke lembah kehancuran. Berbagai kasus penyimpangan seksual, narkoba & kriminalitas justru diawali dengan pengaruh kelompok sebaya.
Emosi yang meletup-letup seolah melekat pada diri remaja, padahal emosi yang labil tak selalu harus ada pada dunia remaja. Perkembangan emosi remaja ditandai dengan adanya suatu garis perubahan dari emosi entropy menuju negentropy, dari lamban emosi menjadi cerdas emosi. Ketrampilan dan kecerdasan untuk menggali siapa dirinya dengan segenap kelebihan dan kekurangannya menjadi awal sebuah perkembangan kecerdasan emosi.

Faktor yang mempengaruhi?
Kecerdasan emosi yang baik bukan hanya tanggung jawab amygdala di otak namun kecerdasan emosi remaja amat erat kaitannya dengan dukungan keluarga, teman sebaya, media yang dikonsumsi , makanan dan faktor lainnya. Kecerdasan emosi yang baik merupakan bekal dan modal bagi remaja untuk mengembangkan kecerdasan majemuknya secara positif termasuk kecerdasan spiritual. Namun demikian realita menunjukkan bahwa tak jarang kasus kriminalitas yang dilakukan remaja ternyata sebagian ada yang dipicu oleh musik, acara TV, dorongan teman sebaya dan sebagainya. Oleh karena tantangan eksternal begitu kuat, perlu dipikirkan penguatan benteng internal remaja antara lain melalui keluarga.
 
Tawaran dan Solusi terbaik?
Remaja berada di tengah keluarganya menuntut keharmonisan interaksi antar anggotanya. Suami dan istri, orang tua dan anak termasuk remaja , anggota keluarga inti dengan anggota keluarga lainnya (nenek, paman, bibi, pramuwisma dan sebagainya). Interaksi harmonis didasari dengan niat yang tulus, cinta kasih,berpikir dan berperasaan positif sehingga mampu menepiskan berbagai riak gelombang konflik, pikiran dan perasaan negatif maupun berbagai dinamika yang ada di dalamnya.
 
Bagaimana pandangan cinta itu sendiri?
Cinta seolah merupakan sesuatu yang tabu padahal dalam Islam pun cinta menjadi bahasan yang menarik dan penting bahkan Islam juga dapat dikatakan sebagai Dienul Mawaddah wa Mahabbah. Cinta sejati antara laki-laki dan perempuan idealnya memiliki 3 ciri utama sebuah cinta romantis :
1.Attachment, adanya keinginan untuk selalu bersama
2.Caring, adanya kepedulian dan keinginan untuk menyenangkan hati pasangannya
3.Intimacy, adanya keakraban dan keintiman dengan pasangan
 
Bagaimana memecahkan persoalan dalam keluarga?
Sebuah keluarga seringkali tidak semulus yang direncanakan. Riak gelombang dan dinamika yang terjadi menghadirkan problema yang menuntut kebijakan dalam mengantisipasinya. Persoalan ini antara lain hadir dalam hubungan antara orang tua dan anak, suami dan istri atau anggota keluarga lainnya . Persoalan tersebut antara lain adalah persoalan psikologis emosional, financial bahkan seksual hingga ke persolan antar orang tua dan anak.

Setiap persoalan dapat dihadapi dengan 2 mekanisme utama yaitu : 1.Emotional Focused Coping, penyelesaian masalah yang berfokus pada emosi yang berkembang dalam permasalahan tersebut. 2.Problem Focused Coping, penyelesaian masalah yang berfokus pada hakekat persoalan itu sendiri. Dalam hal ini persoalan keluarga pada umumnya dituntut untuk menggunakan Problem Focused Coping agar persoalan tidak melebar. Indra Kariyadi
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin