Sebanyak 50 dari 90
orang muhtasib (baca:pageu gampong) dibekali aturan main dalam pelatihan
kapasitas muhtasib tahun 2013 yang berlangsung 27-28 Februari 2013 di Aula Lama
Pemko Banda Aceh. Muhtasib, merupakan ujung tombak pelaksanaan syariat islam di
tingkat desa, sebagai amanah untuk mewujudkan Banda Aceh sebagai model kota madani. Demikian
keterangan Mairul
Hazami SE
MSi, Kepala Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh kepada
media.
Dalam pelatihan tersebut, lanjut
Mairul, ada tujuh pemateri yang mengisi kapasitas para muhtasib hasil rekrutmen
Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh setalah mendapat rekeomendasi dari
masing-masing kepala desa di Banda Aceh. “Kepada muhtasib, kami menjanjikan
adanya uang jerih payah senilai empat ratus ribu rupiah setiap bulan dengan
catatan muhtasib dimaksud benar berfungsi di masyarakat desa (baca:gampong),”
sebut Kepala Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh tersebut.
Sementara itu, Wakil Walikota
Banda Aceh, Illiza Sa’duddin Djamal, SE dalam sambutannya mengingatkan agar par
muhtasib memanfaat waktu seefektif mungkin. “Hindari penggunaan waktu yang
tidak bermanfaat dan tepat,” tegas Illiza lantaran selama satu jam menanti
kehadiran muhtasib dari 90 gampong yang tiva tidak tepat waktu.
Tugas fungsi muhtasib amatlah
berat, sambung Illiza, lantaran menjadi ujung tombak langsung menjalankan
syariat Islam dalam kehidupan bermasyarakat di desa. “Jika ada yang tak
bersedia, atau ragu-ragu, Dinas Syariat Islam dapat segera menindak tegas untuk
digantikan kepada mereka yang memiliki kesempatan untuk menjalankan amanah
sebagai muhtasib,” pinta politisi PPP Aceh tersebut.
Muhtasib gampong, urai Illiza,
adalah perpanjangan tangan pihak Wilayatul Hisbah. “Dalam pelaksanaannya di
kehidupan masyarakat, harus dapat menjadi khadimul ummah atau pelayan umat yang
terbaik. Sebagai khadimul ummah,
muhtasib dalam sistem penerapan amar
ma’ruf nahi mungkar akan dibantu oleh banyak pihak. Dari tingkat Pemko
Banda Aceh, pihak Satpol PP-WH dan Tim Amar Ma’ruf Nahi Mungkar contohnya, akan
bermitra dalam mewujudkan Banda Aceh sebagai Model Kota Madani,” jelas Ketua
Penguatan Aqidah dan Peningkatan Amalan Kota Banda Aceh tersebut.
Dilain pihak, illiza juga
mengingatkan, bahwa dampak negatif bila syariat Allah tidak dilaksanakan, maka
dipastikan Allah akan melupakan warga Banda Aceh di akhirat kelak. “Allah tidak
akan berbuat dzalim kepada kita di Banda Aceh, tapi kitalah yang sering
mendzalimi diri kita sendiri. Dampak yang besar nantinya, akan terasa dengan
hadirnya ‘tsunami aqidah dan moral’ umat Islam itu sendiri,” sebut Illiza.
Kegiatan pembukaan pelatihan
kapasitas mauhtasib turut dihadiri Sekda Kota Banda Aceh, Drs T
Saifuddin TA M.Si serta sejumlah pihak pemantau dari Dewan Dakwah dan
BKPRMI Kota Banda Aceh.(dha)
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !