Headlines News :
Home » » Ciri - Ciri Korupsi Waktu

Ciri - Ciri Korupsi Waktu

Written By MAHA KARYA on Tuesday, February 26, 2013 | 2/26/2013

Sebuah televisi nasional swasta mengadakan program bagi-bagi uang tunai Rp 10 juta kepada penduduk yang dijumpai. Pembawa acara menyatakan, uang ini mesti dihabiskan dalam beberapa menit. Bagi sebagian warga yang tidak pernah memegang uang tunai Rp 10 juta pasti kaget, gemetar dan panik. Mau dihabiskan ke mana uang tersebut?

Dalam beberapa episode, ada warga yang bergegas membeli emas, baju, sepatu, sepeda, jam dan sebagainya termasuk barang-barang yang tidak dibutuhkan. Apa yang dilihat, itu yang dibeli. Warga yang mendapat rezeki nomplok itu benar-benar memperhitungkan detik per detik agar sebelum waktnya berakhir, sudah bisa menghabiskan uang tersebut. Bagi mereka, waktu adalah duit. Bagaimana mengoptimalkan dalam waktu sesingkat-singkatnya bisa menguras Rp 10 juta tanpa tersisa.

Islam mengartikan waktu adalah ibadah. Orang barat mengartikan, waktu adalah uang. Orang Arab menyebut waktu adalah pedang. Jika tidak mahir mengatur waktu, maka dia akan menyembelih kita. Sejak awal, Islam sudah mengingatkan umat untuk mengatur waktu menurut skalala prioritas. Jika ada ajakan yang tidak ada faedah, maka jangan takut katakan tidak atau menolak dengan bijak “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (Al-Ashr: 1-2).

Waktu terasa cepat kala kita menikmatinya. Sebaliknya, jam begitu terasa lama bergerak bila kita belum mampu meneguk faedahnya. Makanya tidak heran, 30 menit di masjid seperti sudah beberapa jam i’tikaf. Namun ketika di pasar, kedai kuphi dan lain-lain, tiga jam seolah-olah baru 30 menit. Waktu adalah salah satu hal di dunia yang tidak bisa kembali lagi.

Karena itu, bisa dipahami mengapa warga di negara maju sangat menghargai waktu. Hal ini terlihat dengan aktivitas membaca buku atau koran di kereta api, halte, kafe dan sebagainya. Padahal perkara membaca sudah duluan diperintahkan dalam Islam.

Ketika ada orang dari luar Aceh mempertanyakan mengapa orang Aceh suka duduk di kedai kopi hingga berjam-jam? Saya menjelaskan bahwa mereka sedang berdiskusi atau lobi bisnis. Namun hal ini dibantah oleh rekan penulis yang menjelaskan diskusi atau lobi bisnis itu selesai dalam waktu 2 jam.

Namun yang terjadi di Negeri Syariat Islam, poh cakra di warung kopi bisa 5 jam lebih. Jika sudah terlalu lama di kedai kopi tanpa pembicaraan yang berfaedah, maka cepat angkat kaki dari tempat yang mubazir tersebut. Semua kita pernah merasakan kehilangan waktu karena situasi atau faktor tertentu. Ya, tanpa disadari, secara senyap, kita sudah melakukan korupsi waktu.

Akhirul kalam, penulis mengakhiri warkah ini dengan mengutip kisah Umar bin Abdul Aziz yang menolak kunjungan warga pada malam hari karena kelelahan.

“Esok pagi saja!” ucapnya spontan. Khalifah Umar berharap esok pagi bisa lebih segar sehingga urusan bisa diselesaikan dengan baik.

Ucapan yang tak terduga tiba-tiba menyentak kesadaran Khalifah kelima ini.

“Wahai Umar, apakah kamu yakin akan tetap hidup esok pagi?” balas warga itu singkat.

Umar pun beristighfar dan dia menerima kunjungan warga tersebut. (Murizal Hamzah)
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin