“Sesungguhnya pada diri
Rasulullah itu adalah menjadi suri teladan yang baik bagi kamu yaitu bagi
orang-orang yang mengharapkan rahmat hari akhirat dan orang-orang yang
senantiasa ingat kepada Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)
Sudah membudaya dalam masyarakat
kaum muslimin diseluruh dunia memperingati maulid Nabi Besar Muhammad SAW pada
bulan rabi’ul awal tiap-tiap tahun. Sebenarnya perkataan “peringatan” itu
adalah istilah yang tepat, bukan dalam istilah “perayaan” sebab hari yang
dirayakan oleh ummat islam dalam setahun ada dua hari, yaitu hari raya Idul Fitri
dan Idul Adha.
Titik berat pada peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW ada dua. Pertama sebagai kecintaan kepada Beliau,
sebagai kekasih Allah yang mempunyai kepribadian yang sempurna. Allah berfirman
: “ Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai allah, ikutilah aku niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa mu”.
Yang kedua titik beratnya pada
risalah yang beliau sampaikan yang bagi umatnya sangat perlu untuk pedoman
hidup di dunia ini. Atas dasar cinta dan keinginan untuk mengamalkan risalah
beliau lah maka umat rela memperingati maulid nabi Muhammad SAW. Umat
berlomba-lomba menonjolkan kebaikan-kebaikan beliau lewat penyampaian sirahnya
baik berupa akhlaj beliau yang mulia.
Wajar bila umat ini berkorban
waktu dan tenaga memperingati kelahiran beliau, karena ajsa beliaulah telah
menyangkut harkat dan martabat manusia dari lembah yang paling hina kepada
daratan kemuliaan yang di ridhai Allah SWT, dimana sebelum beliau dilahirkan
keadaan umat manusia baik di jazirah Arabia maupun di benua-benua lainnya di
dunia ini, sedang terbenam dalam lumpur kebinasaan yang amat dalam.
Di bidang kehidupan politik
merajalela keganasan, kesewenang-wenagan dan penindasan yang didasarkan kepada
kegagalan dan kekuatan dalam bidang kehidupan ekonomi terjadi penghisapan
manusia atas manusia, dimana orang-orang lemah tidak berdaya diperlakukan
seperti “sapi perahan” oleh orang-orang yang kaya, tuan-tuan tanah.
Dibidang kehidupan social
terdapat kepincangan-kepincangan dalam perbedaan-perbedaan (diskriminasi) yang
memecah-mevah manusia menjadi beberapa derajat dan tingkatan, sedang dalam
bidang kebudayaan terjadi kemerosotan moral yang semakin meluncur. Maka dengan
kesungguhan dan kegigihan beliau lah saat ini umat telah merasakan kebahagiaan
hidup baik dunia maupun kehidupan menuju akhrat.
Bukan hanya umat Muhammad yang
cinta kepada beliau, tetapi nabi-nabi terdahulu pun menginginkan agar dijadikan
seperti nabi Muhammad atau uamt Muhammad, sebagaimana permohonan nabi Musa agar
namanya dikenang pada akhir zaman.
Maka Allah mengabulkan permohonan
nabi Musa sehingga namanya diabadikan dalam Al-Qur’an hampir setiap surah.
Demikian pula permohonan nabi Ibrahim
AS agar namanya disebut-sebut
oleh umat akhir zaman, dikabulkan oleh Allah SWT. Allah berfirman dalam
Al-Qur’an : “Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang)
kemudian,” (QS. As Syu’ara :84).
Demikian pula keinginan nabi Isa AS,
agar menjadi nabi akhir zaman tidak dikabulkan, namun permohonan beliau menjadi
umat akhir zaman dikabulkan oleh Allah SAW. Dalam sebuah hadist qudsi Allah SWT
telah berfirman kepada Isa AS “Wahai Isa, sesungguhnya aku akan mengutus
sesudahmu satu umat yang jika mereka diberi sesuatu yang mereka sukai, mereka
memuji Allah (bersyukur) dan apabila mereka ditimpa sesuatu yang tidak mereka inginkan,
mereka bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah semata, padahal mereka tidak
memiliki kelembutan dan tidak memiliki ilmu, lalu Isa bertanya, Wahai Tuhanku,
bagaimana mereka bisa demikian? Sedang mereka tidak memiliki kelembutan dan
ilmu, Allah berfirman, “Aku akan member mereka kelembutan dari kelembutanku dan
ilmu dari ilmuku (HR. Hakim).
Maka berbahagialah manusia yang
telah Allah jadikan sebagai umat nabi Muhammad SAW yang banyak Allah berikan
kelebihan dibandingkan dengan umat-umat nabi yang lain. Terlebih lagi bagi umat
akhir zaman yang istiqamah dengan ajaran-ajaran rasulnya jauh lebih dimuliakan
oleh Allah SWT. Rasulullah bersabda, “beruntunglah orang-orang yang melihatku
dan beriman kepadaku. Namun, sungguh sangat beruntung (beliau mengulang sampai
7 kali) orang yang tidak pernah melihatku, tetapi ia beriman kepadaku.” (HR.
Bukhari).
Pada hadist yang lain juga Rasulullah
bersabda yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik R.A, “Sungguh aku sangat ingin
berjumpa dengan saudara-saudaraku, “seorang sahabat r.a, “Ya Rasulullah,
bukankah kami ini saudara-saudaramu? Rasulullah SAW menjawab, “kalian adalah
sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah orang-orang yang beriman
kepadaku padahal mereka belum pernah berjumpa dengan ku.” (HR. Akhamd).
Oleh karena itu pantas lah
kiranya bulan rabi’ul awal sebagai bulan untuk memperingati kelahiran beliau
dan sebagai momentum untuk bangkit dan istiqamah mengamalkan sunnah-sunnah nya.
Aamiin
KHATIB | Tgk. Umar Ismail, S.Ag
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !