Headlines News :
Home » » Maulid Rasul, Banyak Hal Harus Diluruskan

Maulid Rasul, Banyak Hal Harus Diluruskan

Written By MAHA KARYA on Friday, January 25, 2013 | 1/25/2013

Ust. Masrul ‘Aidi, Lc.  
Pimpinan Dayah Baabul Maghfirah Cot Keueng

Bagaimana sejarah awal dimulainya acara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW?
Sejarahnya maulid pertama kali diperingati semenjak abad 6 H ketika terjadinya Perang Salib di Mesir. Berangkat dari persoalan politik, ketika umat Islam sudah meninggalkan jihad, dakwah dan ajara Islam, jadi oleh para penguasa pada saat itu, seperti Raja Nuruddin Az-Zanki dan panglima perangnya Shalahuddin Al Ayyubi berfikir bagaimana membangkitkan kembali kecintaan umat islam. Maka dibuatlah semacam “Mahrajan” atau festival Maulid, yang agenda pertama membuat sayembara mengarang sejarah maulid. Raja menyediakan hadiah bagi pemenangnya lebih dari 1000 dinar emas dan dimenangkan oleh pengarang kitab qasidah Barzanzi yaitu Imam Busairi. Pada saat itu dibuat dalam berbagai bentuk yang membangkitkan kecintaan, namun dalam proses selanjutnya mulailah perayaan maulid bermetamorfosis ke bentuk-bentuk yang tidak disenangi oleh para ulama.

Contoh konkretnya seperti apa?
Contohnya festival-festival Maulid sudah disemarakkan dengan hiburan-hiburan dan atraksi-atraksi seni dan sebagainya, ya jelas sudah berubah dari makna awal.

Pada masa Rasulullah atau para sahabat, pernahkah dibuat peringatan Maulid secara khusus?
Tidak pernah ada, cuma secara tersirat Rasulullah SAW mengungkapkan kebahagiaan beliau apabila umatnya mengenang hari kelahiran beliau dengan bentuk ibadah, maka beliau mengatakan dalam satu hadist shahih riwayat Imam Muslim dan Abu Qatadah, Ketika seorang sahabat bertanya kepada beliau : “kenapa kita berpuasa pada hari Senin, ya Rasulullah?”. 

Jawab Rasulullah : “Karena pada hari Senin itu saya lahir ke dunia, dan Jibril menurunkan wahyu kepadaku, dan Aku diangkat menjadi Rasul.”  Dengan demikian  ada tersirat makna kebahagiaan beliau ketika kelahirannya itu diperingati oleh umat islam dalam bentuk ibadah. Nah kemudian sampai pada saat kita sekarang hidup di Aceh, Maulid identik dengan khanduri.

Pada prinsipnya, adakah dasar pelaksanaan Maulid dalam Islam?
Ada. Tapi kalau dasar pelaksanaan kenduri, itu yang sedikit berbeda. Ada khilafiyah padanya. Tetapi prinsip dasar islam juga tidak melarang melaksaanakan kenduri pada peringatan Maulid. Karena inti dari peringatan Maulid adalah menyemarakkan hari kelahiran Rasulullah dengan aktifitas yang bersifat ‘ubudiyah, apakah dalam bentuk puasa ataupun memberi makan orang-orang yang membutuhkan. Jadi itu prinsip dasarnya maka diadakanlah kenduri.

Adakah bentuk kenduri yang ada dalam masyarakat bertentangan dengan nilai agama?
Kita patut mengoreksi bahwa dalam praktek Maulid selama ini ada hal-hal yang barangkali dalam pengamatan saya bertentangan dengan nilai-nilai agama terutama pada kendurinya. Kita tidak lagi menghidangkan kenduri kepada orang-orang yang membutuhkan, terus terang sering banyak kenduri-kenduri Maulid yang diundang itu orang-orang yang ”kenyang” bukan orang yang “lapar”. Jadi bila ingin jujur, kalau memperingati Maulid dalam bentuk kenduri, kenapa tidak orang-orang kaya menyediakan kenduri Maulid lalu diantarkan ke basis-basis orang miskin. Atau bagi orang-orang yang berkeinginan menyediakan kenduri, serahkan saja ke panti asuhan untuk dikelola oleh mereka, ini kan lebih bermanfaat.

Hal yang bertentangan lainnya?
Yang sedikit bertentangan dengan nilai agama adalah pada saat Maulid dilaksanakan, biasanya terjadi mubazir, jadi hanya memakan sebahagian, yang lainnya terbuang. Hal ini jelas dilarang dalam agama, karena prinsip dasarnya “Laa Khairaa fi Saraafin” tidak ada nilai kebaikan pada segala bentuk pemborosan. Dan terus terang pada pelaksanaan Maulid kita banyak terjadi pemborosan. Jadi mengeluarkan biaya untuk sesuatu yang tidak perlu.

Lalu bagaimana dengan kebiasaan mengundang penceramah pada saat maulid?
Jika Maulid kita laksanakan dalam bentuk ceramah-ceramah, dianjurkan dalam bentuk thausiyah. Namun nilai negatif yang terkandung dalamnya karena ceramah-ceramah hari ini bukan lagi mengajarkan nasehat kebaikan justru memberikan contoh-contoh yang mendetail tentang keburukan. Bagaimana proses pacaran mulai dia menjemput, berboncengan di aats sepeda motor, sampai kemudian diantarkan kembali. Kemudian kita tidak lagi minta nasehat dari orang yang berkompeten, jarang kita lihat ada ulama di undang untuk menyampaikan ceramah Maulid, justru yang sering diundang adalah orang-orang muda dengan gaya humor. Jadi mimbar dakwah sudah menjadi mimbar hiburan.

Bagaimana sebaiknya?
Hal-hal tersebut yang barangkali patut kita luruskan dari masyarakat kita, agar Maulid kembali ke khittahnya. Benar-benar sebagai momentum meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah. Kalau boleh kita buat semacam kuisioner atau angket setelah sekian tahun pelaksanaan Maulid di Aceh dengan pertanyaan berapa orang istri Nabi yang mereka ketahui? Berapa orang Putra-putri Nabi yang mereka ketahui dan lain-lain.  Kalau kita ingin yang paling ideal dari praktek-praktek agama adalah mencontoh Rasulullah. Jadi baru benar dan ideal peringatan Maulid kalau kita menyemarakkan Maulid dengan berpuasa.

Ada hal yang harus diluruskan dalam memperingati maulid?
Rasulullah tidak merayakan Maulid dengan merujuk pada tanggal. tetapi beliau menyebutkan Maulid dengan merujuk kepada hari. “Barangsiapa yang berpuasa pada hari Senin dia sudah ikut menyemarakkan hari kelahiran-ku”. Sedangkan hari ini kita merujuk pada tanggal 12 Rabi’ul Awal hari apapun. Padahal dalam Islam prinsip Maulid adalah hari Senin tanggal berapapun. Kemudian kita perpanjang  yang seharusnya 12 Rabi’ul Awal kita perpanjang menjadi 3 bulan atau 90 hari.  Jadi tidak ada di dunia ini orang ber ulang tahun sampai 90 hari. Tidak ada satu negarapun di dunia ini yang hari kemerdekaannya diperingati sampai 90 hari. Kalau kita ingin memperingati Maulid yang ideal maka teladanilah praktek kehidupan beliau kemudian mensyukri nikmat terbesar yang Allah berikan dengan diutusnya beliau. Jadi bukan dalam bentuk hura-hura. Darlis Aziz
Share this article :

1 comment:

Saran Masukan silahkan Anda kirim. Redaksi amat senang menerimanya.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin