Headlines News :
Home » » Muhasabah Untuk Menuju Akhirat

Muhasabah Untuk Menuju Akhirat

Written By MAHA KARYA on Tuesday, November 6, 2012 | 11/06/2012

Mengikut pada perhitungan sistem qamaryah yang juga dikenal dengan kelender tahun Hijriah, tahun ini hanya tersisa lebih kurang dua minggu lagi. Artinya sebentar lagi kita akan meninggalkan tahun 1433 H/2012 M menuju tahun baru 1434 H/2013 M. 

Untuk itu, setiap pribadi orang mu’min  agar selalu melakukan introspeksi diri tentang amalan apa yang telah dikerjakan untuk menuju hari akhirat. Karena kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara dan tidaklah kekal abadi. Seperti yang dikiaskan oleh para cendikia bahwa hidup didunia laksana musafir yang berhenti sejenak dalam perjalanan yang jauh untuk menuju ketempat tujuan yang dicita-citakannya. 

Al-Qur’an memberikan petunjuk, dalam Surah Al-Hasyr, ayat 18: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr :18).

Ayat diatas mengajak kaum muslimin untuk bertaqwa kepada Allah yakni melaksanakan perintahNya sekuat kemampuan yang ada serta menjauhi laranganNya serta sekaligus memperhatikan bekal apa yang telah dipersiapkan untuk menuju hari akhirat. Setelah memerintahkan bertaqwa yang di dorong oleh rasa takut, perintah tersebut diulangi lagi agaknya didorong oleh rasa malu agar meninggalkan amalan negatif ( lihat tafsir Al-Misbah), dan sesungguhnya Allah mengetahui sekecil apapun yang kita kerjakan.   

Sesungguhnya ayat tersebut adalah menceritakan sikap seorang Mu’min dalam menjalani perputaran waktu di dunia. Sebab, masa adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia. Bagi seorang Mu’min, masa silam adalah sejarah. Ia adalah wasilah untuk melakukan evaluasi diri terhadap perbuatan yang telah dilakoni masa dulu dan saat ini, dan menuju apa yang diharapkan di masa akan datang. Kata tuqaddimu yang bermakna amal-amal yang dilakukan untuk meraih manfaat dimasa yang akan datang. 

Mengikut imam Al-Ghazali: siklus kehidupan secara normatif, paling tidak ada empat masa yang dilalui oleh setiap manusia yaitu saat dalam kandungan, masa didunia, kemudian menuju alam kubur (alam barzah) serta yang terakhir adalah kehidupan di alam akhirat (alam Mahsyar). Sesungguhnya akhiratlah yang lebih baik dan kekal selamanya (wal-akhiratu khairu wa-abqa), sedangkan ketiga alam lainnya hanya bersifat sementara saja. Perjalanan waktu semakin hari semakin dekat kita kepada ajal kematian, dunia adalah tempat beramal/ berbekal untuk kehidupan akhirat. Orang yang bijak adalah mereka yang mengimbangi dunianya dan juga akhiratnya. Dunia ibarat ladang untuk bercocok tanam yang hasilnya akan diperoleh di akhirat kelak. Surah Al-An’am 32 : Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka,dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka Tidakkah kamu memahaminya.

Maksudnya ayat diatas bahwa kesenangan-kesenangan yang diperoleh duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. Oleh karena itu janganlah kita terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.

Saudaraku, semua pekerjaan yang dilakukan oleh insan ini selalu mendapat ganjaran. Jika dia melakukan amal baik, tentu akan memperoleh pahala, sebalikya jika dia melakukan amal jahat, pasti akan dibalas dalam bentuk dosa. Famayya’mal mitsqaaladzarratin Khairayyrah, wamayya’mal mitsqaaladzarratin syarrayyarah (Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, akan mendapat balasan, dan siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah juga akan mendapat balasan.  

Akhir dari tahapan kehidupan adalah ketika Allah SWT menghimpun manusia di alam mahsyar, untuk mendapatkan balasan sekaligus pertanggungjawaban dari semua aktivitas yang telah dilakukan semasa dia menjalani kehidupan di dunia. Firman Allah dalam surah Al- Isra’ ayat 13-14: Dan tiap-tiap manusia itu Telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya terbuka. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu Ini sebagai penghisab terhadapmu".

Ketika itu, ada dua golongan manusia: pertama, manusia yang memiliki amal shaleh yang sempurna dan kedua, manusia yang memilki amal salah yang banyak. Mereka golongan pertama sangat senang dan gembira melihat catatan amal mereka. Sementara golongan yang kedua, mereka bersedih serta bermohon kepada Allah agar kembali kedunia untuk memperbaiki amal salah menjadi amal shaleh. (Laula akhartani ila ajalin qarib), Ya Allah kembalikan daku kedunia walaupun hanya sedetik saja, Fa-ashatdaqa wa-akum minas-shalihiin). Saudaraku, Saat di Mahsyar, tidaklah bermanfaat lagi jabatan, status sosial. harta serta kekayaan, dan semua capaian duniawi yang pernah diraihnya kecuali amal shaleh sajalah yang memberi manfaat kepada kita. Dari Anas bin Malik, Sabda Rasul: Tiga perkara yang akan mengantarkan mayit: keluarga, harta dan amalnya. Dua perkara akan kembali dan satu perkara yang akan tinggal bersamanya. Yang akan kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tetap tinggal bersamanya adalah amalannya (Muttafaqun ‘alaih).   

Kesimpulan
Setiap kita sepatutnya senantiasa mengadakan muhasabah (evaluasi/introspeksi diri), sebab kita tidak ada yang tahu berapa lama lagi sisa umur yang Allah berikan, dan itu memang rasia Allah SWT. Allah berfirman : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Q.S. Ali Imran 185)

Kalau kita tidak mampu selalu evaluasi diri seperti uraian-uraian tersebut, maka Allah menggambarkan dalam Suratat, Al- Hasyr: ayat 20: Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah Itulah orang-orang yang beruntung.

Penghuni-penghuni neraka : orang yang tidak mampu muhasabah (evaluasi/introspeksi diri), sedangkan penghuni-penghuni surga : orang-orang yang pandai muhasabah terhadap dirinya untuk perbaikan dimasa yang akan datang. 

Manusia sempurna adalah bukan yang tidak pernah berbuat salah, tapi mereka yang mau muhasabah diri dan terus memperbaiki diri ke arah yang lebih baik dengan prinsip dan bertekad bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, sehingga ketika mengakhiri dunia ini, dia akan memperoleh gelar dengan sebutan Husnulqatimah, dan sekaligus memperoleh Jannah di akhirat nanti.  Amin, semoga.

Khatib, Dr. H. Nasir Aziz, SE , Dekan FKIP Unsyiah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin