Joko Widodo nama lengkapnya. Jokowi nama panggilannya. Nyaris nama itu termasuk populer dari Aceh sampai Papua. Maklum sebagai gubernur DKI Jakarta menyorot perhatian seluruh rakyat Indonesia. Dalam pelantikan Jokowi dan wakilnya Ahok, paling kurang sembilan televisi menyiarkan langsung pelantikan yang termasuk sederhana itu. Tak pelak, nama Jokowi-Ahok menjadi buah bibir warga dari lapisan bawah hingga elit.
Jokowi dari Aceh, apa maksudnya? Apa bukan dari Solo? Sekitar 2-3 tahun, Jokowi menetap di Aceh Tengah. Jokowi muda bekerja untuk perusahaan KKA. Kemudian dia mundur dan kembali ke Solo menjadi pengusaha perabotan. Diperkirakan, Jokowi menghirup udara Aceh pada tahun 1990-an atau pada era Aceh dihajar dengan status Daerah Operasi Militer (DOM).
Jokowi tidak melupakan Aceh. Siapa pun yang menetap di Serambi Mekkah akan merasa keindahan tinggal di sini. Maka tidak heran, pada masa kampanye Pilkada DKI Jakarta, Jokowi mengunjungi komunitas Aceh di Jakarta. Tentu saja, dia mengharapkan bisa memperoleh suara dari warga Aceh yang tinggal di Jakarta.
Nostalgia Jokowi selama beberapa tahun tinggal di Negeri Syariat Islam tetap membekas. Saya tidak mengetahui, apakah Jokowi juga shalat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh? Lazimnya, pendatang merindukan shalat di masjid yang dirancang oleh orang Perancis itu.
Kita lupakan cerita lama Jokowi ketika meneguk secangkir kopi Gayo dalam balutan jaket di bumi Gayo. Sekarang Jokowi diberi amanah membenah ibu kota negara Indonesia. Jokowi dari Walikota Solo menaklukan Fauzi Bowo yang merupakan eks gubernur Jakarta. Ada sisi-sisi kemanusian dan hidup sederhana yang bisa kita petik dari perjalanannya. Jokowi tidak sekedar berkoar-koar agar warga mengikuti ajakannya.
Dalam kapasitas sebagai gubernur, dia tidak meminta kepada dewan untuk membeli mobil dinas baru. Tidak meminta polisi lalu lintas mengawalnya di depan dan belakang. Tidak menerobos lampu merah agar perjalanan tidak terhambat atau terlambat. Ini pelajaran kepada pejabat lain untuk hidup sederhana dan patuh peraturan.
Sehari setelah dilantik, Jokowi langsung terjun ke kawasan pemukiman padat dan kumuh. Jokowi menepati janji hanya beberapa jam di kantor, selebihnya terjun ke lapangan. Dia masuk ke gang-gang yang kadangkala bau air got dan langsung mendengar laporan warga tentang berbagai masalah yang dialami seperti air bersih dan sebagainya.
Mungkin bagi sebagian warga, menuduh Jokowi sedang melakukan politik pencitraan agar bisa mengikuti calon presiden pada tahun 2014, sah-sah saja. Saya menyebutkan Jokowi sedang melakukan kewajiban sebagai pemimpin yang diminta pertanggungjawaban di hari akhirat. Dan terus terang saja, seluruh rakyat Indonesia butuh pemimpin yang merakyat. Pemimpin yang sering berada di sengatan matahari daripada hadir dari hotel berbintang ke hotel berbintang lainnya untuk membuka seminar dan berbagai acara lainnya.
Jangan berharap Anda yang menjabat keuchik, camat, bupati, wali kota, gubernur hingga wakil rakyat, presiden dan lain-lain termasuk pengusaha, kontraktor bisa ditempatkan di surga bila tidak peduli pada kaum dhuafa atau rakyatnya.
Pemimpin itu adalah pelayan alias babu untuk warga. Jadilah pelayan yang profesional dengan menyenangkan rakyat sebagai tuannya. Barangkali tipe pemimpin seperti itu juga ada di Aceh saat ini.Murizal Hamzah
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !