Headlines News :
Home » » Menebar Sifat Lemah Lembut Dalam Bergaul

Menebar Sifat Lemah Lembut Dalam Bergaul

Written By MAHA KARYA on Saturday, September 22, 2012 | 9/22/2012

“Maka disebabkan karena rahmat Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (peperangan) itu” (Ali Imran: 159)

Ayat ini sebenarnya berbicara tentang sikap Nabi Muhammad saw pasca kekalahan dalam perang uhud. Kekalahan yang amat menyakitkan tentunya. Para sahabat, mungkin sebagiannya ada yang munafik, melakukan kesalahan dalam perang uhud dengan meninggalkan posisi yang strategis di atas bukit. Pasukan pemanah kurang sabar, kurang disiplin, berselisih pendapat dan tidak taat pada komando Rasul meninggalkan tempatnya. Mereka lari meninggalkan pasukannya, meskipun dipanggil kembali oleh Rasulullah saw mereka tidak mengindahkannya. Hal ini menyebabkan kegagalan di pihak kaum muslimin. Dalam keadaan genting seperti ini adalah sepatutnya baginda Rasulullah saw marah, murka kepada kaum muslimin yang tidak setia dan taat kepada perintah atau strategi atau kebijakan yang telah diputuskannya. Tetapi, alih-alih bersikap keras dan berhati kasar justeru Nabi Muhammad saw bersikap lemah lembut kepada mereka yang telah menyebabkan kegagalan dalam perang uhud itu. 

Dari sisi ini tergambarkan bahwa Islam adalah agama orang-orang yang bersikap lemah lembut, bukan agama orang-orang yang bersifat kasar, keras hati. Kedamaian dan ketenteraman hidup secara makro sangat dipentingkan oleh ajaran Islam. Oposan dan penentangan secara terus-menerus sangat dihindari dalam Islam. “Sekiranya engkau (Muhammad) bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu”. Kebekuan hubungan personal dan jama’ah tidak boleh terjadi karena akan meruntuhkan kekuatan umat Islam. Untuk itu solusi “kelembutan” yang ditawarkan adalah memaafkan  yang “bersalah”, mendo’akan mereka agar mereka mampu memperbaiki “diri” (istagfir lahum) dan mengajak mereka berdiskusi, berdialog, curah pendapat yang dalam bahaya ayat tersebut adalah musyawarah. 

Ayat-ayat al-Qur’an cukup banyak berbicara tentang etika bergaul dalam masyarakat. Dengan berbagai terma yang digunakan oleh al-Qur’an yang ksesemuanya menunjukkan kepada keharusan menebar sifat lemah lembut sebagai sifat abadi ajaran Islam. Diantaranya: Pertama, bergaul dengan isteri:  “Wahai orang-orang yang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidakmenyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya. Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seorang diantara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali sedikitpun darinya. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata? Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami isteri). Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) darimu” (al-Nisa’: 19-21).

Kedua, bergaul dengan anak.“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah mereka secara patut” (al-Baqarah: 233).
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah  dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh karena itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar” (al-Nisa’: 9).

Ketiga, bergaul dengan ayah dan ibu: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil’ (al-Isra’: 23-24)

Keempat, bergaul dengan ulil amri: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (al-Sunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (al-Nisa’: 59).

Kelima, bergaul dengan Allah dan masyarakat: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetanggga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri, (yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan. Dan (juga) orang yang menginfakkan hartanya karena ria kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji), dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian...” (al-Nisa’: 36-38).

Hadis-hadis Rasulullah saw juga tidak sedikit membicarakan mengenai sifat lemah lembut dalam seluruh aspek kehidupan. Antara lain, misalnya: Dari ‘Aisyah istri Nabi, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepada Asyaj ‘Abdil Qais:“Sesungguhnya di dalam dirimu ada dua sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan berhati-hati.” (HR. Muslim)

Dari ‘Aisyah istri Nabi, dari Nabi SAW beliau telah bersabda: “Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak berada pada sesuatu melainkan dia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah sifat itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia akan membuatnya menjadi buruk.” (HR. Muslim) Dari Jarir bin ‘Abdillah Al-Bajali dari Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih sayang), berarti dia dijauhkan dari kebaikan.” (HR. Muslim)

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Maukah kalian aku beritahu orang yang diharamkan atas neraka atau orang yang neraka diharamkan atasnya? Semua kerabat yang lemah lembut lagi memberikan kemudahan.” (HR. At-Tirmizi  dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’)

Dari Aidz bin ‘Amr RA dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Sesungguhnya sejelek-jelek pengembala ternak adalah orang yang kasar kepada hewan gembalaannya.” (HR. Muslim)

Sifat lemah lembut dan tidak tergesa-gesa merupakan sifat yang sangat dicintai oleh Allah Ta’ala dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia merupakan sebab yang bisa mendatangkan kebaikan karena dia merupakan sebab tersebarnya kasih sayang, persatuan, dan kesatuan di tengah-tengah kaum muslimin. Bahkan Allah Ta’ala mengabarkan bahwa sebab terbesar tersebarnya Islam di kalangan sahabat dan mendekatkanya kaum muslimin kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dikarenakan Allah Ta’ala menganugerahkan kepada beliau sifat lemah lembut. Dan sungguh betapa banyak orang non muslim yang masuk Islam bukan karena didakwahi secara langsung, akan tetapi karena dia melihat sifat kelemahlembutan yang ada pada kaum muslimin.

Sebaliknya, sifat kasar lagi keras merupakan akhlak tercela yang dibenci oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Karenanya Islam memperingatkan umatnya agar menjauhi sifat tersebut, karena sifat tersebut tidaklah keluar kecuali dari diri seorang yang sombong lagi takabbur. Karenanya sifat kasar ini diharamkan secara mutlak, baik kepada binatang apalagi kepada sesama manusia secara umum (termasuk orang kafir) apalagi kepada sesama muslim. Dan tidaklah sifat kasar ini ada pada sesuatu kecuali akan mencoreng sesuatu tersebut, sebagaimana sifat lemah lembut akan menghiasi tempatnya berada.

Apakah umat Islam sma sekali tidak boleh bersifat kasar? Tidak demikian halnya. Kata kunci yang paling penting disampaikan pada kesempatan ini adalah kita dibenarkan melawan kezhaliman yang bersifat reaktif atau pembelaan diri. Dan ini boleh dilakukan pada dan di masjidil haram sekalipun. Tetapi tetap tidak melampaui batas. Allah swt berfirman: (al-Baqarah: 190-194)
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin