Headlines News :
Home » » Janji Seorang Mukmin Wajib Ditepati

Janji Seorang Mukmin Wajib Ditepati

Written By MAHA KARYA on Tuesday, September 11, 2012 | 9/11/2012

Oleh Tgk H. Sulfanwandi Hasan, MA 

Manusia dalam hidup ini pasti ada keterikatan dalam pergaulan. Maka setiap kali seseorang itu menjadi mulia dalam hubungannya dengan manusia menjadi tinggi kedudukannya dan akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebaliknya seseorang tidak akan bisa meraih predikat orang yang baik dan mulia pergaulannya, kecuali jika ia menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak yang terpuji. Dan di antara akhlak terpuji yang terdepan, menepati janji.

"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya…." (An-Nahl: 91). Allah juga berfirman: "Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggung jawabannya." (Al-Isra`: 34).

Ada beberapa catatan penting tentang janji. Pertama Para Rasul Menepati Janji. Menepati janji merupakan akhlak terpuji yang terdepan. Maka tidak heran jika para Rasul yang merupakan panutan umat, menghiasi diri mereka dengan akhlak yang mulia ini. Nabiyullah Ibrahim AS, bapak para nabi dan imam ahlut tauhid, Allah menyifatinya sebagai orang yang menepati janji: "Dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji." (An-Najm: 37). Maksudnya bahwa Nabi Ibrahim telah melaksanakan seluruh apa yang Allah ujikan dan perintahkan kepadanya berupa syariat, pokok-pokok agama, serta cabang-cabangnya.

Dan Allah berfirman tentang Nabi Ismail : "Dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan Dia adalah seorang Rasul dan Nabi." (Q.S Maryam :54). Yakni tidaklah ia menjanjikan sesuatu kecuali dia tepati. Hal ini mencakup janji yang ia ikrarkan kepada Allah maupun kepada manusia. Oleh karena itu, tatkala ia berjanji atas dirinya untuk sabar disembelih oleh bapaknya -karena perintah Allah  ia pun menepatinya dengan menyerahkan dirinya kepada perintah Allah. (Tafsir Al-Karimir Rahman, hal. 822 dan 496)

Adapun Nabi Muhammad SAW, beliau memperoleh bagian yang besar dalam permasalahan janji ini. Sebelum diutus oleh Allah, beliau dijuluki sebagai seorang yang jujur lagi terpercaya. Maka tatkala beliau diangkat menjadi rasul, perangai yang mulia ini semakin sempurna pada dirinya. Sehingga orang-orang kafir pun mengaguminya, terlebih mereka yang mengikuti dan beriman kepadanya.

Adalah Nabi SAW pada tahun keenam Hijriah berangkat dari Madinah menuju Makkah untuk melaksanakan umrah beserta para sahabatnya. Waktu itu Makkah masih dikuasai musyrikin Quraisy. Ketika sampai di Hudaibiyah, beliau dan kaum muslimin dihadang oleh kaum musyrikin. Terjadilah perundingan antara Rasulullah dan kaum musyrikin. 

Disepakatilah butir-butir perjanjian yang di antaranya gencatan senjata selama sepuluh tahun, tidak boleh saling menyerang, kaum muslimin tidak boleh umrah tahun itu, tetapi tahun depan. Perjanjian ini dirasakan sangat berat oleh kaum muslimin karena mereka harus membatalkan umrahnya, dan kalau ada orang Makkah masuk Islam lantas pergi ke Madinah, maka dari pihak muslimin harus memulangkannya ke Makkah.

Bertepatan dengan akan ditandatanganinya perjanjian tersebut, Ibnu Suhail, anak seorang juru runding orang Quraisy masuk Islam dan ingin ikut bersama sahabat Nabi ke Madinah. Suhail pun mengatakan kepada Nabi bahwa jika anaknya tidak dipulangkan kembali, dia tidak akan menandatangani kesepakatan. Rasulullah akhirnya menandatangani perjanjian tersebut dan menepati janjinya. Ibnu Suhail dikembalikan, dan muslimin harus membatalkan umrahnya. Namun di balik peristiwa itu justru kebaikan bagi kaum muslimin, di mana dakwah tersebar dan ada napas untuk menyusun kembali kekuatan. 

Namun belumlah lama perjanjian itu berjalan, orang-orang kafir lah yang justru mengkhianatinya. Akibat pengkhianatan tersebut, mereka harus menghadapi pasukan kaum muslimin pada peristiwa penaklukan Kota Makkah (Fathu Makkah) sehingga mereka bertekuklutut dan menyerah kepada kaum muslimin. Dengan demikian, jatuhlah markas komando musyrikin ke tangan kaum muslimin. Orang Quraisy pun masuk Islam dengan berbondong-bondong. Demikianlah di antara buah menepati janji, datangnya pertolongan dan kemenangan dari Allah (Zadul Ma'ad, 3/262)

Kedua, para salaf dalam menepati janji. Dahulu ada seorang sahabat Nabi bernama Anas bin An-Nadhr. Dia amat menyesal karena tidak ikut perang Badr bersama Rasulullah. Dia berjanji jika Allah memberi kesempatan kepadanya ikut ke medan pertempuran bersama Rasulullah, niscaya ia akan membuktikan kesetiaannya kepada Rasulullah.

Ketika berkobar perang Uhud, dia berangkat bersama Rasulullah. Dalam perang ini kaum muslimin terpukul mundur dan sebagian lari dari medan pertempuran. Di sinilah terbukti janji Anas. Dia terus maju menerobos barisan musuh sehingga terbunuh. Ketika perang telah usai dan kaum muslimin mencari para syuhada Uhud, didapati pada tubuh Anas bin An-Nadhr ada 80 lebih tusukan pedang, tombak, dan panah, sehingga tidak ada yang bisa mengenalinya kecuali saudarinya. Lalu turunlah ayat Al-Qur`an:"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah (janjinya)." (Al-Ahzab: 23) 

Diriwayatkan dari 'Auf bin Malik Al-Asyja'i, dia berkata: "Dahulu kami berjumlah tujuh atau delapan atau sembilan orang bersama Nabi. Maka beliau bersabda: "Tidakkah kalian berbai'at kepada Rasulullah?" Maka kami bentangkan tangan kami. Lantas ada yang berkata: "Kami telah berbaiat kepadamu wahai Rasulullah, lalu atas apa kami membaiat anda?" Nabi bersabda: "Kalian menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya sedikitpun, kalian menegakkan shalat lima waktu, mendengar dan taat (kepada penguasa) dan Nabi mengucapkan kalimat yang samar (lalu berkata), dan kalian tidak meminta sesuatu pun kepada manusia."

Iblis Menebar Janji Manis
Sejak Allah menciptakan Adam dan memuliakannya di hadapan para malaikat, muncullah kedengkian dan menyalalah api permusuhan pada diri Iblis. Terlebih lagi ketika Allah mengutuknya dan mengusirnya dari surga. Iblis berikrar akan menyesatkan manusia dengan mendatangi mereka dari berbagai arah sehingga dia mendapat teman yang banyak di neraka nanti. 

Berbagai cara licik dilakukan oleh Iblis. Di antaranya dengan membisikkan pada hati manusia janji-janji palsu dan angan-angan yang hampa. Pada waktu perang Badr, Iblis datang bersama para setan pasukannya dengan membawa bendera. Ia menjelma seperti seorang lelaki dari Bani Mudlaj dalam bentuk seseorang yang bernama Suraqah bin Malik bin Ju'syum. Ia berkata kepada kaum musyrikin: "Tidak ada seorang manusia pun yang bisa menang atas kalian pada hari ini. Dan aku ini sesungguhnya pelindung kalian." Tatkala dua pasukan siap bertempur, Rasulullah mengambil segenggam debu lalu menaburkannya pada hadapan pasukan musyrikin sehingga mereka lari ke belakang. Kemudian malaikat Jibril mendatangi Iblis. Ketika Iblis melihat Jibril dan waktu itu tangannya ada pada genggaman seorang lelaki, ia berusaha melepaskannya kemudian lari terbirit-birit beserta pasukannya. Lelaki tadi berkata: "Wahai Suraqah, bukankah kamu telah menyatakan pembelaan terhadap kami?" Iblis berkata: "Aku melihat apa yang tidak kamu lihat." (Tafsir Ibnu Katsir, 2/330 dan Ar-Rahiq Al-Makhtum hal. 304)

Allah  berfirman: "Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: 'Tidak ada seorang manusia pun yang bisa menang atas kalian pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu.' Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling melihat (berhadapan), setan itu berbalik ke belakang seraya berkata: 'Sesungguhnya aku berlepas diri dari kalian; sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak melihatnya; sesungguhnya aku takut kepada Allah.' Dan Allah sangat keras siksa-Nya." (Al-Anfal: 48)

Tanda-tanda Kemunafikan
Menepati janji, bagian dari iman. Barangsiapa yang tidak menjaga perjanjiannya maka tidak ada agama baginya. Maka seperti itu pula ingkar janji, termasuk tanda kemunafikan dan bukti atas adanya makar yang jelek serta rusaknya hati. "Tanda-tanda munafik ada tiga; apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat." (HR. Muslim)

Seorang mukmin tampil beda dengan munafik. Apabila dia berbicara, jujur ucapannya. Bila telah berjanji ia menepatinya, dan jika dipercaya untuk menjaga ucapan, harta, dan hak, maka ia menjaganya. Sesungguhnya menepati janji adalah barometer yang dengannya diketahui orang yang baik dari yang jelek, dan orang yang mulia dari yang rendahan. (Lihat Khuthab Mukhtarah, hal. 382-383)

Ketiga, Menjaga Ikatan Perjanjian Walaupun Terhadap Orang Kafir. Dahulu antara Mu'awiyah bin Abi Sufyan ada ikatan perjanjian (gencatan senjata) dengan bangsa Romawi. Suatu waktu Mu'awiyah bermaksud menyerang mereka di mana dia tergesa-gesa satu bulan (sebelum habis masa perjanjiannya). 

Tiba-tiba datang seorang lelaki mengendarai kudanya dari negeri Romawi seraya mengatakan: "Tepatilah janji dan jangan berkhianat!" Ternyata dia adalah seorang sahabat Nabi yang bernama 'Amr bin 'Absah. Mu'awiyah lalu memanggilnya. Maka 'Amr berkata: "Aku mendengar Rasulullah bersabda (yang artinya): "Barangsiapa antara ia dengan suatu kaum ada perjanjian maka tidak halal baginya untuk melepas ikatannya sampai berlalu masanya atau mengembalikan perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur." 

Khatib, Konsultans Haji dan Dosen PTN Banda Aceh
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin