Headlines News :
Home » » Puasa Pembentuk Pribadi Yang Bertaqwa

Puasa Pembentuk Pribadi Yang Bertaqwa

Written By MAHA KARYA on Friday, August 3, 2012 | 8/03/2012

Oleh : Drs. Tgk. H. Ghazali Mohd. Syam

Merupakan suatu kewajaran apabila muslim memandang  Ramdhan  sebagai saat yang sangat membahagiakan dan Alhamdulillah kita telah melaksanakan  ibadah tahunan ini  selama  13 hari. Ramadhan adalah latihan memerangi dan mengendali hawa nafsu lewat ibadah puasa ini. “Tidak ada kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan  seseorang yang lulus dan sukses menunaikan tugas kewajibannya.” demikian  ungkapan Saidina Ali. ra.
        
Hikmah yang sangat penting dari ibadah puasa adalah agar  kita menjadi orang yang bertaqwa (muttaqiin) kepada Allah SWT. Tujuan tersebut didasarkan kepada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah  ayat 183  : “Wahai orang –orang  yang beriman, telah diwajibkan ibadah shaum (puasa) atas kamu sekalian , sebagaimana  telah diwajibkan kepada generasi-generasi sebelum kamu, mudah-mudahan  kamu menjadi orang yang bertaqwa.”

Taqwa  merupakan gelar ilahiyah yang hanya diberikan Allah SWT kepada orang mukmin dan muslim yang berhasil memanifestasikan  aqidah dan ibadahnya,  iman dan amal shalehnya selama hidupnya dimuka bumi ini. Taqwa  merupakan derajat insani yang paling tinggi dan mulia disisi Allah Swt. Sebagaimana ditegaskan sendiri oleh Allah SWT. Untuk mareka yang bertaqwa, Allah menjanjikan  berbagai anugerah kehidupan didunia ini terutama di akhirat kelak nanti.

Dalam kehidupan dunia mereka diberikan  kemudahan–kemudahan dalam menghadapi  berbagai masalah atau problema kehidupan, baik berupa problema pribadi, problema keluarga maupun problema sosial kemasyarakatan. Allah akan memudahkan  kepadanya, baik yang turun dari langit maupun yang terpencar dari bumi.  Hal tersebut  sebagaimana Allah berfirman  dalam Al-Qur’an yang bunyinya sebagai berikut : ”… sekiranya penduduk negeri –negeri beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt., pastilah Kami  akan melimpahkan  kepada mareka berkah dari langit dan dari bumi, tetapi mareka berdusta maka kami menyiksa mareka disebabkan usaha mareka sendiri”  
                                                             
Orang –orang yang bertaqwa memiliki  komitmen diri yang tinggi terhadap nilai nilai ilahi. Mereka adalah kolompok  insani yang paling sadar akan tugas, fungsi dan posisi hidupnya didunia ini, yaitu sebagai  hamba Allah dan khalifatullah fil ardh. Kesadaran ini merupakan dasar keimanan kepadaNya, yang membukakan hati nuraninya untuk menerima Islam sebagai pedoman hidup dan mengamalkannya dalam bentuk peribadatan dan masalah social kemasyarakatn. Keterbukaan hati nurani  untuk menerima Islam  sebagai satu-satunya agama yang dipeluk, merupakan  pertanda bahwa dirinya telah memperoleh hidayat dari Allah SWT. 

Peribadatan adalah  sebagai manifestasi  dari kesadaran  sebagai hamba Allah. Dan hal ini  dapat merupakan upaya untuk  memelihara potensi  insaniyah, yakni  fithrah, kesucian dari dausa dan noda, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW Yang berbunyi : ”Setiap bayi yang dilahirkan berada dalam keadaan fitrah. Dan sesungguhnya  orang tuanyalah  yang menjadikan ia  Yahudi, Nasrani atau Majusi”

Kepedulian untuk memelihara kesucian jiwa merupakan satu-satunya  alternatif dalam rangka mencapai  kebahagiaan  hidup, yaitu menjadi  kekasihNya Allah, baik didunia ini maupun diakhirat  nanti. Sehubungan dengan tazkiyyatun nafsi inilah kita melaksanakan ibadah shalat, melaksanakan puasa Ramadhan, mengeluarkan zakat termasuk zakat fithrah dan ibadah-ibadah lainnya. 

Manusia hidup di bumi ini adalah sebagai khalifah Allah yakni sebagai penguasa dibumi ini. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Allah sendiri didalam surat Al- Baqarah ayat 30 : ”Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah diatas bumi ini , mareka berkata, Mengapa engkau menjadikan dibumi ini  orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, pada hal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau, Allah berkata : Sesungguhnya Aku mengetahui dengan apa yang tidak kamu mengetahui“

Sebagai khalifah kita mempunyai misi suci untuk memakmurkan atau mensejahterakan umat manusia dan menebarkan rahmat  dialam dunia ini. Allah SWT menciptakan manusia bukanlah  untuk melipat gandakan kemaksiatan ,bukan pula untuk menyebar luasklan  kehidupan  yang hina dina, akan tetapi Allah menciptakan  manusia, memberi kesempatan kepada mareka  untuk memperluas dan memperdalam ilmu  dan beramal yang bermanfaat, menegakkan kebenaran dan memakmurkan bumi ini. Allah SWT melarang  manusia  berbuat kerusakan dan kemudharatan. Dan andaikata manusia menyimpang dari tugas-tugas kekhalifahan  maka manusia akan terhina dan binasa. 

Dalam memanifestasi misi suci tersebut, umat Islam dituntut agar senantiasa  peduli terhadap  upaya peningkatan kualitas keilmuan dan kesejahteraan sesama umat Islam. Kepedulian itu  merupakan hal yang sangat penting, kena apa,  karena mengingat kondisi objektif kehidupan  umat Islam dewasa ini, belum begitu menggembirakan, masih banyak yang memperihatinkan.

Dibelahan dunia, masih banyak Umat Islam  yang hidupnya terlantar dan terbelakang, yang tergolong  mustdh’afiin, kaum dhuafa’ atau lemah dalam tatanan politik, ekonomi, pendidikan , kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Keadaan tersebut memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi dunia Islam. Kondisi seperti ini sudah barang tentu tidak menunjang misi umat Islam itu sendiri, sebagai rahmatan lilaa’lamiin. Karena  jangankan dapat berkiprah  bagi kesejahteraan alam, masalah sendiri pun belum terpecahkan dengan sebaik-baiknya.

Puasa alat indera
Pada bulan yang penuh barkah ini, kita berupaya untuk mengendalikan hawa nafsu amarah, menghindari pertengkaran mulut, perkelahian, perdebatan  cemooh dan omongan kasar dan tajam yang dapat menyentuh qalbu dan menyakitkan hati sesame kita.  Bahkan  kita hentikan semua pembicaraan  yang tidak bermakna, berkata cabul, mengunjing  orang dan semua prilaku yang dapat mengganggu  relasi sesama kita, Hal ini disebabkan dapat  merusak  nilai-nilai ibadah puasa kita.

Sebagai tolok ukur peningkatan  nilai ibadah puasa kita adalah saya ambil sebuah sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Jabir bin AbdullahYang berbunyi sebagai berikut : “Apabila Engkau berpuasa, maka puasakanlah pendengaranmu, penglihatanmu, dan lidahmu dari dusta dan dausa.” Hindari  perbuatan  menyakiti pembantu. Jadikanlah hari puasamu  penjaga dan pemelihara  diri serta ketenangan. Jangan enkau jadikan saat tidak berpuasa  sama dengan saat berpuasa.

Akhirnya mari kita bertanya kepada diri kita  masing-masing, telah berapa kali  kita  melewati bulan Ramadhan? Telah berapa kali kita  melaksanakan puasa Ramadhan?. Apa yang berubah setelah kita melaksanakan puasa Ramadhan? Apa yang meningkat setelah  bulan Ramadhan?. yang jelas jatah umus sudah berkurang sedangkan bilangan umurnya meningkat. Pernyataan-pernyataan yang kami sampaikan mari kita jawab sendiri. Amiin.

Khatib, Ketua MPU Aceh
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin