Yang Tidak Patut Dimudahkan

Firman Allah SWT: Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti keinginannya menghendaki agar kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). (QS An-Nisa’: 27)

Allah sekali lagi mengulangi, “Allah menghendaki kamu bertaubat kepada-Nya.”  “Allah akan menerima taubat kamu.” 

Lazimnya, setiap orang ingin mencari pengikut yang lebih banyak. Banyak orang baik namun jumlahnya tidak kalah dengan orang yang tidak baik. Mereka juga ingin mencari orang yang bisa bersama mereka. 

Kalau orang yang tidak baik lebih banyak dan yang baik itu sedikit maka orang-orang  baik mudah sekali dikucilkan. Andaikan ada sebuah masa, dimana semua orang tanpa kecuali melakukan korupsi, hanya dua tiga orang yang korupsinya sedikit saja, boleh jadi orang itu hidupnya susah sekali.

“Nyoe tapeugah bak ureungnyan han geuteken euntek,” begitu kira-kira kata mereka. Maka perlu kita geser dia dari jabatan itu, agar proyek kita ini berjalan dengan sebaik-baiknya. 

Tapi sebaliknya, kalau orang baik itu lebih banyak dari yang tidak baik, maka orang yang tidak baik ini akan susah bekerja, karena opini masyarakat tidak menerima apa yang mereka kerjakan. 

Mari kita ciptakan sebuah opini dalam masyarakat, bahwa yang mungkar itu jangan diterima. Misalnya, orang berjalan di sebelah kanan, itu sebuah pelanggaran. Tapi, karena seseorang sudah jalan dan diikuti oleh yang lain, akhirnya jalan kanan penuh.  Sudah terbiasa, yang susah pun menjadi mudah.

Jadi, kalau yang susah itu sudah sering dilaksanakan maka tidak terasa susah lagi. Sudah mudah. Bahkan Allah mengatakan, kalau dia sudah pilih yang payah-payah, akan dimudahkan yang payah itu. 

Mencuri tergolong payah. Pencuri jih watee gop di eh baro di beudoh,  nyoe kon payah.  Tapi karena itu profesinya, maka dimudahkan pekerjaan itu. Dan, dia juga akan mencari pengikut-pengikutnya. Untung saja sekolah untuk menjadi pencuri tidak diizinkan dibangun di Aceh (juga di negeri ini). 

(Prof. Dr. H. Azman Ismail, MA/Imam Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh)