Sepak bola telah menjadi olah raga terfavorit dan terbanyak dalam menarik minat para penonton di dunia. Hal ini, dibuktikan bahwa setiap adanya even-even seperti liga, turnamen dan jadwal Fifa. Sepakbola menjadi perhatian semua masyarakat baik level masyarakat biasa sampai kelas elit.
Piala Eropa tahun 2012 telah dibuka 8 Juni lalu, even yang digelar dua tahunan ini nyaris mirip dengan piala dunia yang digelar empat tahun sekali, sama-sama menjadi salah satu jadwal yang paling ditunggu-tunggu bagi para pecinta sepak bola manca negara.
Buktinya, sejak Euro berlangsung, Banda Aceh terkesan mulai hidup dengan pekikan dan sorak riuh rendah para penonton setiap malam, semua warung kopi dan kafe dipenuhi para bolamania.
Satu sisi ini menjadi kontribusi positif bagi masyarakat pedagang kecil dalam meraup keuntungan selama Euro berlangsung. Namun, sisi negatif kemungkinan terjadi lebih banyak misalkan, terjadi perjudian, menurunya kualitas kerja karena sering bergadang, serta banyak pekerjaan yang terbengkalai.
Parahnya lagi, setelah nonton dan bergadang semalaman, shalat subuh banyak yang tidak tertunaikan. Bagi kita ummat Islam, sudah pasti menonton dan hobi olah raga sepak bola, tentu tidak dilarang, sejauh kewajiban utama tidak kita tinggalkan.
Bayangkan, dengan jadwal pertandingan mulai pukul 23.00 Wib hingga pukul 03.30 Wib dini hari menyebabkan waktu istirahat dan tidur pada malam hari jadi terbatas. Penyebabnya, kualitas istirahat jadi berkurang.
Misalkan, dengan nonton bola, jadi telat bangun untuk shalat shubuh, kesehatan terganggu karena begadang malam. Selain itu pula, dengan begadang pada malam sampai pagi hari, pekerjaan tidak jarang terbengkalai, mengganggu tidur masyarakat lain yang tidak nonton bola, karena sorak dan kegaduhan di tengah malam, serta menguatnya posisi permainan sepak bola sebagai berhala di era modern.
Boleh jadi, klaim sepak bola sebagi berhala modern karena faktornya kita lebih mengutamakan sepak bola dengan beribadah dan tunduk pada Allah SWT seperti menjalani kewajiban shalat, atau lain sebagainya. Artinya, jika kita dapat membagi porsi kewajiban pada Allah tetap tidak dinomor duakan.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !