Headlines News :
Home » » Kewajiban Shalat dan Hikmahnya

Kewajiban Shalat dan Hikmahnya

Written By MAHA KARYA on Friday, June 15, 2012 | 6/15/2012

Shalat sebagai dasar atau landasan Islam adalah suatu kewajiban bagi umat Islam yang kedudukannya sangat penting dan menentukan, karena shalat sebagai tiang agama mengandung beberapa hikmah besar, baik dilihat dari segi statusnya sebagai tolok ukur keislaman seseorang, demikian pula bila dilihat dari hikmah-hikmah penting lainnya.

Kewajiban shalat ditetapkan pada malam Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW, lima tahun sebelum hijjrah melalui proses dan riwayat yang panjang dan menakjubkan. Rasullullah memberitahukan bahwa Allah telah memfardhukan lima kali sehari semalam, setelah terlebih dahulu mencari keringanan kepada Allah dari kewajiban semula ditetapkan lima puluh kali dan beliau menyatakan lima kali ini nilainya sama di sisi Allah dengan lima puluh kali tersebut.

Dari peristiwa yang bersejarah itu pertama-tama patut kita ambil hikmahnya, bahwa rukun Islam yang kedua ini berbeda dengan rukun-rukun yang lain yaitu diperoleh dari tempat yang tinggi, sidratul muntaha, melalui peristiwa yang istimewa yaitu perjalanan Isra Mi’raj dan sampai sekarang belum bisa dipecahkan secara ilmiah, kecuali kita yakin ini adalah sebagai tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah.

Hikmah kedua, bahwa Allah dalam menetapkan suatu beban atau kewajiban sebanding dengan kemampuan manusia, tidak ada yang berat dan sukar dikerjakan. Selanjutnya dapat dipahami, bahwa Nabi Muhammad SAW sangat menghayati kondisi ummatnya yang lemah, sehingga rela mencari keringanan sampai naik turun menjumpai tuhan, supaya kewajiban rutin sehari-hari itu dapat dilakukan oleh ummatnya dengan baik dan mudah.

Keutamaan shalat dapat dipetik dari beberapa petunjuk Allah dan Rasul-Nya, bahwa shalat itu dapat dijadikan sebagai tolok ukur utama penilaian tuhan terhadap hamba-Nya dan dari sanalah Allah menilai perbedaan antara seseorang yang beriman dengan orang kafir. Firman Allah SWT, artinya: Perbedaan antara seseorang yang Islam dan kafir adalah pada meninggalkan kewajiban shalat.

Dari sini dapat dipahami, orang yang meninggalkan shalat diragukan keislamannya bahkan berdasarkan hadits lain: orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, orang itu sudah putus hubungannya dengan Allah. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya : Siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja maka Allah dan Rasull-Nya telah lepas dari tanggungjawab untuk melindungginya. (HR Ahmad)
Adapun hikmah yang berhubungan dengan pribadi secara perorangan, bahwa orang yang melakuka shalat adalah sebagai profil dan ciri-ciri orang yang bersyukur kepada Allah dan dapat dikatakan semakin tinggi rasa syukur seseorang, maka semakin rajin menjaga dan memperbanyak shalat. Dan ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, kakinya sampai bengkak melakukan shalat. Beliau berkata, “Saya ingin menjadi seorang hamba yang bersyukur.” Meskipun beliau telah dijamin masuk surga.

Shalat dapat memperkuat kepribadian seseorang, menumbuhkan semangat pengabdian dan keikhlasan mampu membentuk jiwa yang tenang dan pasrah menghadapi tantangan, karena melalui shalat dapat terbina kekuatan rohani disamping kekuatan fisik.

Ibnu Taimiyah ketika disodorkan makanan oleh istrinya supaya ia lebih kuat, beliau menjawab, “Kekuatan saya lebih ditentukan pada shalat dan zikir, bukan ditentukan pada makanan semata- mata.” Dengan demikian, shalat adalah kekuatan yang tersembunyi yang menjadikan seseorang kokoh dalam menghadapi persoalan hidup. Rasul bersabda: Kesujukan pandanganku berada pada sewaktu aku melakukan shalat.

Rasulullah telah memperlihatkan kepada kita, bahwa beliau tidak pernah meninggalkan shalat secara berjamaah, sehingga tiga Imam Mazhab (Hanafi, Maliki, dan Hambali) mengatakan hukum shalat berjamaah adalah wajib, dan Imam Syafi’i menyatakan sunat muakkat. Dari kebiasaan ini tentunya Rasul selalu bersama ummatnya dan berhasil dalam penyelesaian berbagai masalah, karena beliau selalu tertolong dengan kekuatan shalat, yang intinya dekat dengan Rabnya yang menentukan segala urusan hidup dan kehidupan.

Firman Allah SWT: Berlindunglah kamu dengan sabar dan shalat dan sesungguhnya shalat itu sangat berat kecuali bagi mereka yang khusuk. (QS Al Baqarah: 45) Hikmah shalat dalam hubungan kemasyarakatan banyak sekali, di antaranya: Shalat sangat menunjang dalam melatih kedisiplinan dan ketertiban, terutama shalat dalam secara berjamaah, karena kebersamaan dalam shaf jamaah akan mempererat ikatan persaudaraan, rasa sosial serta dapat menumbuhkan kebersamaan yang pada gilirannya akan tercipta kesatuan dan persatuan dan inilah metode yang dibangun oleh nabi dalam membangun persatuan ummat.

Firman Allah SWT: Muhammad Rasulullah sangat menghindari dari kekufuran, serta kasih sayang sesamanya dan engkau melihat mereka ruku’ dan sujud bersama dalam mencari kurnia dan kerelaan Allah.

Memperhatikan kondisi dan fenomena yang berkembang dewasa ini ummat Islam secara umum terkesan kurang penting tentang shalat dan cenderung menganggap ringan, sehingga masih di jumpai orang-orang yang meninggalkan shalat. Hal ini telah di singgung oleh Allah dalam surat Al-Marian ayat 59. Artinya : Dan datanglah pengganti atau generasi yang mengabaikan shalat dan mengikuti hawa nafsu mereka kelak akan tersesat.

Berdasarkan keterangan di atas serta mengikuti gelagat-gelagat manusia dewasa ini patut diimbau untuk kembali menjalankan syariat, terutama shalat yang selama ini belum ada aturan atau qanun yang mengatur tentang kewajiban shalat dan sanksinya yang sifatnya ma’ruf, dan lebih mengutamakan bentuk larangan-larangan dan sanksinya dan ini berbeda dengan sistim hukum yang dibangun Rasulullah yang mengutamakan hal-hal ma’ruf, kemudian dilanjutkan dalam bentuk larangan-larangan, sehingga pelanggaran jarang terjadi karena fungsi perbuatan ma’ruf seperti shalat dapat mencegah seseorang berbuat keji dan munkar.

Menjawab semua itu dan seiring menyongsong peristiwa Isra’ Mi’raj pada bulan Rajab ini sudah sepatutnya bermuhasabah atau mengoreksi diri secara ikhlas sejauh mana praktik kita dalam bidang agama terutama bidang shalat sebagai pokok ajaran ummat Islam dan selanjutnya mari kita menyambut kembali panggilan Allah dengan menjalankan syariah-Nya dengan sungguh-sungguh.

Pemperintah Aceh ke depan melalui pimpinan baru yang akan dilatik beberapa hari lagi kita menitipkan bersama, bahwa rakyat Aceh sangat mendambakan adanya perubahan, terutama bidang pembangunan agama, di samping bidang lain seperti keamanan dan kesejahteraan ummat. Dan, mudah-mudahan Aceh kedepan menjadi daerah yang damai dan makmur, kemakmuran yang sangat ditentukan oleh adanya suatu pemerintah yang bersih, bermartabat dan sejahtera. Amin.
Khatib : Drs. H. M. Jamil Ibrahim, SH, MH
Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh
Share this article :

1 comment:

  1. Drs. H. M. Jamil Ibrahim, SH, MH, terima kasih tulisan Bpk tentang shalat sangat menarik dan menyentuh, semoga jadi masukan buat Pemerintah Aceh yang baru dilantik kemarin, Senin 25 Juni 2012. Agar masyarakat Aceh mampu kembali benar-benar menjadi masyaraat SERAMBI MEKAH, Amin!(Salam: Darul Qutni Ch - Wartawan Warta Indonesia/Citra Aceh)

    ReplyDelete

Saran Masukan silahkan Anda kirim. Redaksi amat senang menerimanya.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin