Akhir bulan lalu, 30 Mei, rakyat Aceh dikejutkan dengan berita usaha tukar aqidah. Bahasa sederhananya, terjadi aksi permurtadatan alias kristenisasi secara terbuka tanpa ada paksaan. Peristiwa mengemparkan ini terjadi di perumahan korban tsunami Kompleks Budha Tzu Chi, Gampong Neuheuen, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Dua warga Nasrani menanyakan kepada seorang warga, apakah mengenal Isa Almasih dan sebagainya. Mereka secara terang-terangan mengajak perempuan itu untuk pindah agama. Perempuan yang tidak paham dengan pertanyaan itu memberitahukan kepada tetangganya. Hasilnya, usaha membaptis gagal dilaksanakan. Dua pelaku itu pun diberi pelajaran oleh warga untuk tidak melakukan hal itu lagi.
Polisi pun bertindak cepat dengan menahan dua pelaku yang diduga hendak melakukan baptis kepada warga Aceh. Polisi menyita barang bukti antara lain tiga Injil dan sebuah termos berisi air yang diduga dipakai untuk membaptis warga Aceh.
Hingga kini, dua penganggu toleransi beragama itu masih ditahan Mapolres Banda Aceh. Tindakan mengajak pindah agama kepada warga yang telah menganut agama termasuk tindakan pelanggaran yang bisa diadili. Umat Islam mesti mengawasi agar dua penganjur Nasrani itu bisa diproses ke pengadilan. Jangan sebarkan misi agama kepada penduduk yang sudah beragama.
Pelajaran penting dari kasus upaya memurtadkan umat Islam itu akan selalu terjadi. Islam dan Kristen adalah agama syiar yang selalu berdakwah menyampaikan pesan-pesan Allah kepada seluruh manusia di seluruh dunia. Sebagai muslim, Quran sudah memberikan peringatan pada berbagai tipu-rayuan yang berbeda aqidah. “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepadamu (Muhammad) hingga kamu mengikuti millah (pola hidup atau agama) mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan jika seandainya kamu benar-benar mengikuti hawa nafsu (kehendak) mereka setelah datang ilmu kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Al-Baqarah : 120).
Karena itu tidak heran kita sering mendengar di Papua atau benua Afrika perihal ucapan Islamisasi atau Kristenisasi. Penda'i dan misionaris bersaing ketat mengajak warga Papua yang belum beragama atau aninisme untuk menjadi pemeluk Islam atau Nasrani. Sudah selayaknya kita memberikan hormat kepada pendakwah-pendakwah di sana termasuk yang berada di tapal batas Aceh-Sumatera Utara.
Senada dengan itu, usaha-usaha merayu, mengiming-iming harta benda dan sebagainya akan menjadi bumbu manis agar warga bisa pindah agama. Ini menjadi masalah bersama. Bagaimana pun Islam itu bersaudara yang diikat dengan tali tauhid.
Rasulullah SAW bersabda, "Seorang muslim bersaudara kepada sesama orang muslim, tidak boleh menganiayanya dan tidak boleh dibiarkan dianiaya oleh orang lain. Dan siapa menyampaikan hajat saudaranya, niscaya Allah menyampaikan hajatnya. Dan siapa membebaskan kesukaran seorang muslim di dunia, niscaya Allah membebaskan kesukarannya di hari kiamat. Dan siapa yang menutup aurat kejelekan seorang muslim niscaya Allah akan menutupi kejelekannya di hari kiamat." (HR. Bukhari Muslim).
Satu kata, melawan aktivitas membalik aqidah secara bersama. Jika ada tetangga Anda yang ganti baju agama karena masalah ekonomi atau faktor lainnya, maka sebagai tetangga, Anda patut merasa bersalah karena lalai memberikan perhatian atau kurang bersilaturrahmi. Dalam ruang lingkup gampong, perlu dibentuk warga siaga aqidah dengan tujuan menutupi lubang-lubang yang bisa mempengaruhi umat Islam transfer agama. Ini dilakukan dengan menunjukkan kepedulian sosial, ekonomi dan lain-lain bahwa kita saudara se-iman. Murizal Hamzah
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !