Konsep kepariwisataan Islami di Aceh merupakan sesuatu yang khas. Misri A. Muchsin menyebut, itu karena menuntut adanya penyesuaian dengan konteks pelaksanaan syariat Islam. Konsep ini terkait dengan harapan agar daerah wisata di Aceh terbebas dari alkohol, judi, diskotik, zina, makanan dijamin halal, busana Islami, pemisahan laki-laki dan perempuan pada area sort dan fitness, tersedia mushalla disetiap lokasi wisata, pengelolaan wisata yang di biayai dengan sistem syariat, atraksi Islami, membentuk masyarakat pariwisata Islami, pusat makanan dan restoran yang memiliki kepastian halal, kerajinan cendera mata yang Islami, dan sebagainya.
Karena embel-embel Syariat telah merembes pada sektor wisata di Aceh. Lahirlah satu istilah yang sangat indah “Bandar Wisata Islami” yang merupakan produk Pemko Banda Aceh. Dimana setiap yang berhubungan dengan kepariwisataan harus dikemas dalam bungkusan yang Islami, apik, dan menarik. Tapi ternyata ini malah menjadi sederetan masalah dan momok yang mengerikan. Sebab konsep pariwisata Islami itu sendiri agaknya masih belum ditemukan oleh penggagasnya.
Tantangan terbesar menumbuhkembangkan sektor wisata yang Islami adalah bagaimana mengkreasikan tempat-tempat yang bernilai wisata, mampu memancing minat banyak orang, tetapi juga tidak berbenturan dengan syari’at Islam. Lakab bahwa sektor wisata pastilah identik dengan tempat bersenang-senang dan hura-hura musti dihilangkan. Pertanyaan besar yang masih harus dicari formulanya adalah apa sebenarnya ciri khas wisata yang perlu kita tawarkan pada wisatawan asing, objek wisata akan menarik jika mempunyai ciri spesifik yang tidak dimiliki orang lain. Kita seharusnya belajar dari Bali, bagaimana mereka mampu menarik para wisatawan dengan ciri khas budaya ke-Hinduannya. Tidak ada salahnya jika kita memformulasikan Bandar Wisata Islami sebagai sesuatu yang unik, menarik, dan menyenangkan, bukan sesuatu yang ditakuti.
Sudah saatnya kita mensosialisasikan bentuk-bentuk wisata yang bernuansa syariat kepada masyarakat melalui pemahaman yang bersifat mendidik dengan pendekatan nurani, bukan bersifat paksaan. Dengan menjadikan Aceh sebagai Bandar wisata Islami diharapkan mampu menambah Pendapatan Asli Daerah lewat sektor wisata yang Islami dan kondusif, lalu kita tunjukkan pada dunia bahwa Islam bukan hanya sebatas doktrin tapi merupakan kompleksitas dari budaya yang mencakup semua nilai-nilai kehidupan yang menjadi Rahmatallila’lamin.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !