Muhammad Ikhwan, Juara Cabang Tafsir Bahasa Indonesia MTQ Nasional 2014
Kafilah Provinsi Aceh belum dapat berbicara banyak pada even MTQ Nasional 2014 di Batam beberapa waktu lalu. Satu-satunya cabang lomba yang berhasil menyumbangkan juara adalah Tafsir Qur’an Bahasa Indonesia, oleh Mufassir Muhammad Ikhwan. Sedangkan lainnya hanya juara III Cabang Khatil Qur’an Putri. Kebanyakan kafilah Aceh mengumpulkan juara harapan, sehingga Provinsi Aceh hanya mampu pada Peringkat Sembilan Nasional. Prestasi ini sedikit meningkat dibandingkan dengan MTQN sebelumnya, yang bertengger di peringkat 11 Nasional.
Kafilah Provinsi Aceh belum dapat berbicara banyak pada even MTQ Nasional 2014 di Batam beberapa waktu lalu. Satu-satunya cabang lomba yang berhasil menyumbangkan juara adalah Tafsir Qur’an Bahasa Indonesia, oleh Mufassir Muhammad Ikhwan. Sedangkan lainnya hanya juara III Cabang Khatil Qur’an Putri. Kebanyakan kafilah Aceh mengumpulkan juara harapan, sehingga Provinsi Aceh hanya mampu pada Peringkat Sembilan Nasional. Prestasi ini sedikit meningkat dibandingkan dengan MTQN sebelumnya, yang bertengger di peringkat 11 Nasional.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari usaha Ikhwan, panggilan akrab Muhammad Ikhwan, Ikhwan sebelumnya adalah kafilah Aceh Besar yang menjuarai cabang sama pada MTQ Aceh di Subulussalam. Keikutsertaan mewakili Aceh pada MTQ Nasional untuk ketiga kalinya, namun kali ini berkat usaha dan doa Ikhwan berhasil dengan memuaskan. “Alhamdulillah. Banyak cara Allah memudahkan saya meraih juara. Saya diberi tim juri dengan soal mudah dan sudah dikuasai,” kata alumnus UIN Ar-Raniry ini.
Namun bila ada pihak ingin menyampaikan selamat atas prestasinya, harap ditunda dulu. Karena memasuki Ramadhan 1435 lalu, putra bungsu dari pasangan Mauluddin dan Nur Hadisah ini sedang berada di Malaysia. Ternyata sejak tahun 2006, imam muda ini selalu menghabiskan bulan suci di negeri jiran. Kemerduan dalam membacakan ayat-ayat Qur’an membuat jamaah beberapa Masjid dan Surau di Penang, Selangor mengundangnya untuk menjadi imam, khususnya Shalat Isya dan Tarawih di sana. Tak pelak, meugang Ramadhan untuk mencicipi sie rebuh dan sie kameng menu daging kesukaannya sudah jarang didapatkan sejak beberapa tahun ini.
Jamaah bukan saja menyukai keindahan irama dan lagu, tetapi sebagai al hafizh dan ahli tafsir maka setiap kata dan kalimat dalam Qur’an dibacanya dengan penuh penghayatan. Patutlah, jamaah rela mengumpulkan ringgit untuk biaya akomodasi dan transportasi dalam mendatangkan imam muda dari Aceh.
Bahasa komunikasi dengan “saudara seiman” setempat bukan kendala. Karena Ikhwan pernah nyantri di Raudhah Tahfiz Qur’an, Seulangor pada tahun 2004.NA. Riya Ison
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !