Headlines News :
Home » » “Bukber” Merekatkan Ukhuwah

“Bukber” Merekatkan Ukhuwah

Written By MAHA KARYA on Friday, July 11, 2014 | 7/11/2014

Alif (14), masih mondar-mandir. Tangan kanannya menenteng teko teh manis. Tangan kirinya memegang sepiring kue basah. Hari sudah menjelang sore. Suara lantunan ayat suci al Quran sayup-sayup terdengar dari pengeras suara masjid. Ia bersama teman-temannya mengisi teh manis ke dalam gelas-gelas yang telah berjejer rapi. 
 
Di samping gelas juga dihidangkan semangkuk bubur kanji dan beberapa potong kue.  Takjil untuk berbuka puasa pun telah siap.Suasana seperti ini dapat dirasakan di Masjid Albadar, Lampineung, Gampong Kota Baru, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Kebiasaan ini sudah terlaksana setiap tahunnya. Pengurus masjid menjadwalkan warga Kota Baru untuk menyumbang minuman dan kue basah secara bergilir lima orang setiap hari.

Di masjid ini remaja masjid pun masih sangat aktif dalam setiap acara keagamaan. Mereka juga menyusun jadwal petugas untuk menjemput penganan berbuka puasa ke rumah warga. Sementara sebagian pengurus lainnya tetap tinggal di masjid menyiapkan perlengkapan makanan seperti mencuci piring dan gelas.

Ketua Remaja Masjid Al-Badar, Muhammad Kausar mengatakan, kegiatan buka bersama (Bukber) di masjid ini dilakukan untuk kebersamaan. Selain itu juga untuk membudayakan bersedekah di bulan Ramadhan kepada orang-orang yang tidak sempat pulang ke rumah ketika waktu berbuka tiba.

“Namun banyak juga warga yang menyumbang secara ihklas di luar jadwal sendiri, mereka tidak keberatan,” kata Kausar.Acara buka puasa bersama sudah menjadi tradisi tersendiri di Aceh pada bulan puasa. Kegiatan seperti ini dapat dijadikan sebagai ajang silaturrahim, baik dengan rekan kerja, kawan lama, dan sesama alumni yang sudah jarang bersua.

Bagi sebagian yang memiliki finansial yang cukup, mereka mengadakan Bubar di tempat-tempat yang mewah, seperti di restaurant, café-café, dan di hotel-hotel berbintang. Namun yang lebih menarik lagi, tidak hanya seremonial makan-makan semata, tapi juga dihadirkan penceramah-penceramah yang memberi tausiah sebelum berbuka.

Sementara yang finansialnya seadanya seperti mahasiswa misalnya, mereka menggunakan pola meuripee (kumpul uang perorangan), yang penting tujuan berkumpul bersama dapat terwujud, walau tidak mewah.Sementara itu, Filolog Aceh, Herman mengatakan, tradisi buka puasa bersama sebenarnya sudah ada sejak masa kesultanan Aceh tempo dulu. Hingga periode kolonial masih juga dipertahankan budaya tersebut. belanda membolehkan masyarakat aceh menggelar kegiatan tersebut yang dipusatkan di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

“Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah rasa kebersamaan dan mengikat ukhuwah islamiyah yang sangat tinggi,” ujar Herman.Selain itu juga tumbuh rasa kepedulian antar sesama, terutama kepada anak yatim dan piatu. Ada pun bentuk buka puasa bersama saat itu bukan di istana raja, tapi di tempat-tempat umum.“Mereka masak ramai-ramai dan makan bersama-sama anak yatim, orang miskin, bahkan para ulee balang juga ikut andil,” urai Herman.Hayatullah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin