KOTA Banda Aceh telah lama dicita-citakan menjadi model kota madani. Untuk mewujudkan semua impian tersebut, tentu bukan tanggung jawab pemerintah semata, melainkan semua lapisan masyarakat perlu ikut berpartisipasi. Visi-misi mulia tersebut dicetuskan mantan Wali Kota Banda Aceh almarhum Ir Mawardy Nurdin bersama wakilnya Illiza Sa'aduddin Djamal (wali kota sekarang).
Kata Madani sendiri berasal dari bahasa Arab m-d-n yang bermakna menempati suatu tempat. Dari kata inilah kemudian dibentuk kata Madinah yang berarti kota atau tempat tinggal sekelompok orang, sehingga lawan kata al-madinah adalah al-badiyah yang berarti kehidupan yang masih nomaden. Bentuk jamaknya adalah madain atau mudun. Kata Madani merupakan bentuk dari mashdar shina'iy, yang menunjukkan arti sifat yang dimiliki orang kota (menaraislam.com).
Sementara konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep civil society. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.
Sehingga pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat Muslim modern.
Dari sejarah singkat asal kata madani tersebut mem beri gambaran bahwa peran masyarakat merupakan ujung tombak terciptanya sebuah kota yang berkonsep kemadanian. Oleh sebab itu wajar saja Pemko Banda Aceh seminggu yang lalu memberikan puluhan Madani Award kepada sejumlah elemen masyarakat.
"Kenapa Madani Award itu diberikan?, karena kami menyadari betul, tanpa mereka yang mau terus berjuang bersama kita, memberikan dukungan secara fisik dan finansial, kalau tidak, akan sulit bisa menata Banda Aceh dengan baik,"kata Illiza.
Menurutnya banyak yang seharusnya mendapatkan award tersebut, tapi setelah diseleksi hanya beberapa orang saja yang mampu diberikan Pemko Banda Aceh. Ia berharap dengan apresiasi tersebut masyarakat lebih bersemangat lagi untuk terus menjalankan fungsi mereka masing-masing dalam meraih cita-cita madani.
"Katakanlah seperti Pak Adnan meupep-pep (merepet), sekilas orang melihat untuk apa dia meupep-pep, tapi meupep-pepnya membawa kemakrufan, maka harus diberikan reward, orang seperti ini bisa dikatakan sebagai pejuang,"ujarnya Illiza.
Begitu juga award yang diberikan kepada seorang ibu yang jualan di pasar Aceh. Allah telah memilihnya sebagai contoh buat pedagang yang lain, walaupun ia tidak pindah dari tempat yang telah disediakan Pemko, ibu tersebut tetap mendapatkan rezeki yang lumayan banyak.
Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Syamsul Rijal berpandangan, pemberian penghargaan yang bertujuan untuk menginspirasi pelaku yang lain untuk berbuat hal sama tetap diperlukan. Namun menurutnya tiga puluh orang dari dua puluh lima kategori yang menerima award madani adalah sebagai sosok inspirator dan terdepan dalam menyukseskan Banda Aceh menuju kota madani.
Meskipun demikian, pemerintah Kota Banda Aceh jangan pernah melupakan bahwa secara khusus juga perlu memberikan penghargaan untuk lapisan masyarakat bawah lebih banyak, karena tanpa partisipasi mereka tidak akan muncul suasana madani di tengah kehidupan masyarakat.
"Mungkin mekanismenya berbeda, misalnya Pemko menyampaikan kata penghargaan dalam bentuk lisan atau tulisan sebagai bentuk kohesi-sosial antara pemko dan warganya, sehingga tidak putus koneksitas emosional warga dengan gagasan pemerintahnya,"ujar mantan Dekan Fakultas Ushuluddin tersebut.
Selain itu menurut Syamsul Rijal, pemberian madani award tersebut perlu dilakukan secara terus menerus mengingat penghargaan seperti ini memberikan efek dan daya dorong prilaku yang realistik. Akan tetapi akan lebih kompetetif, dimana penerima award pada tahun depan diberikan kepada personal yang berbeda sesuai dengan pertimbangan dan penilaian yang diberikan.
"Jika yang diberikan kepada orang yang keliru juga akan ternodai award madani itu sendiri, oleh karenanya memberikan award madani secara tepat sasaran adalah bagian integratif dari sebuah proses menuju realitas komunitas masyarakat madani," tambah Pembantu Rektor III UIN Ar-Raniry tersebut.
Ia menyarankan, ke depan Pemko Banda Aceh dapat memberikan madani award lebih banyak kepada pelaku pasar, nelayan, petani, dan komunitas lainnya yang dapat dinilai partisipatorik dalam mewujudkan suasana madani.
"Atau madani yang kita transformasikan masih terbatas yang sesungguhnya harus secara konprehensif dalam berbagai strata kehidupan dalam ragam oleh prilaku dan kohesi-sosial antar warga itu sendiri," imbuhnya.
Di lain hal, dalam sebuah kebijakan pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) tetap diperlukan. Bisa saja komponen yang tidak respek terhadap kebijakan pemberlakuan menuju kota madani diberikan juga sanksi (hukuman).
Sanksi yang diberikan adalah bertujuan untuk menciptakan partisipatori ke depannya, misalnya dengan penyebutan personal atau kelembagaan yang tidak respek atau jelek dalam aplikasi menuju kota madani.hayatullah zubaid
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !