Headlines News :
Home » » Mempersatukan Ummat

Mempersatukan Ummat

Written By MAHA KARYA on Friday, June 6, 2014 | 6/06/2014

Khutbah Jum’at, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd,  
Kakanwil Kemenag Aceh

Ukhuwah Islamiyah sebagai bentuk persatuan umat Islam adalah salah satu aspek yang vital dan sangat ditekankan di dalam ajaran agama Islam. Begitu banyak anjuran dan perintah yang menyerukan untuk mengeratkan ikatan persaudaraan antar sesama umat Islam, dan banyak pula larangan untuk memutuskan tali persaudaraan di dalam Islam. Semua itu telah disampaikan di dalam ajaran agama Islam, baik melalui firman Allah swt di dalam Al Quran maupun melalui sabda Rasulullah SAW di dalam Al Hadits.

“dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Persaudaraan yang berlandaskan akidah dan iman, serta berdasarkan agama yang murni karena Allah senantiasa mampu mempersatukan umat Islam dari berbagai penjuru. Inilah rahasia kekuatan dan kekokohannya. Inilah kunci keakraban para personelnya yang ada di belahan bumi bagian timur maupun barat. Dan inilah yang membuat mereka menjadi satu kesatuan yang pilar-pilarnya sangat kuat dan bangunannya sangat kokoh. Sehingga, badai topan pun tidak sanggup menggoyahkannya. Ia laksana bangunan yang dibangun dengan timah dan ibarat tubuh yang satu.

Silaturrahmi
Rasulullah saw sendiri yang merupakan seorang manusia pilihan telah menunjukkan bagaimana seharusnya umat Islam senantiasa menjaga hubungan persaudaraannya sebagai awal mula menuju persatuan umat Islam. Melalui sabdanya, beliau telah begitu banyak mengingatkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga keutuhan persaudaraanya di dalam Islam, karena Islam adalah agama yang mengharamkan umatnya untuk memutuskan tali persaudaraan atau silaturahmi, terutama dengan saudara yang berada dalam satu naungan agama Islam.

Dari Jubair Ibnu Muth’im Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak akan masuk surga seorang pemutus, yaitu pemutus tali kekerabatan.” (Muttafaq Alaihi). Menjaga tali silaturahmi antar muslim menjadi hal yang urgent, jangan sampai karena berbeda pendapat tali silaturahmi terputus. Karena jelas Rasulullah menyebutkan bahwa tidak akan masuk surga pemutus tali silaturahmi. Maka kita jaga tali silaturahmi sebaik-baiknya.

Mempererat persaudaraan Islam juga merupakan salah satu bentuk penegakan power Islam dalam kehidupan sehari-hari. Karena umat Islam yang satu dengan yang lain itu ibarat sebuah bangunan yang saling melengkapi dan saling menguatkan. Umat muslim yang satu dengan yang lain ibarat satu tubuh yang jika salah satu anggota badannya mengalami sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya pula. Di sinilah kekuatan Islam akan terbentuk melalui sebuah hubungan persaudaraan yang kuat.

 “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)

Shalat Berjamaah
Berbagai  hadits talah merumuskan dan menjelaskan bahwa pahala shalat berjamaah adalah 27 kali dibandingkan dengan shalat sendiri. Banyak orang Islam berhitung secara kuantitatif seolah-olah dengan melakukan shalat berjamaah maka ia akan menabung pahala sebanyak 27 kali. Padahal selain pahala yang berlimpah ruah, terdapat makna lain yang tersirat pada perintah shalat berjamaah ini yaitu : memupuk persatuan dan kesatuan ummat.

Shalat berjamaah berarti berkelompok dengan panduan seorang imam. Apa yang dilakukan imam akan diikuti oleh makmumnya memberi gambaran betapa kuatnya pondasi organisasi jamaah ini. Sayang makna dari keuntungan shalat berjamaah luput dimengerti oleh umat islam! Salah satu kunci keberhasilan dakwah di zaman Rasulullah saw adalah persatuan. Salah satu cara menumbuhkan persatuan tersebut adalah dengan shalat berjamaah. Kecintaan mereka, disiplin dan keikhlasan mereka dalam menunaikan shalat berjamaah telah menumbuhkan semangat persatuan dan keberanian yang tinggi diantara mereka. di sisi lain hubungan silaturahmi yang penuh kasih sayang semangat erat terjalin diantara mereka. Sehingga gambaran umat Islam yang bagaikan dua jari dieratkan benar-benar nampak di zaman itu.

Alangkah indahnya jika jamaah shalat menjadi ajang pemersatu umat Islam. Atasan dan bawahan menjadikan shalat jamaah sebagai tempat saling bertemu, pedagang dan pembeli saling bersalaman setelah shalat berjamaah, guru dan murid berbagi takzim setelah shalat berjamaah, bahkan berpolitikpun sejenak luruh jika saling senyum sapa setelah shalat berjamaah bersama.Sungguh luar biasa momentum shalat berjamaah bagi pemersatu umat Islam. Insyaallah.

Tasamuh
Dalam tradisi ulama Islam, perbedaan pendapat bukanlah hal yang baru. Tidak terhitung jumlahnya kitab-kitab yang ditulis ulama Islam yang disusun khusus untuk merangkum, mengkaji, membandingkan, kemudian mendiskusikan berbagai pandangan yang berbeda-beda dengan argumentasinya masing-masing. Banyak sekali ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang melarang perpecahan (iftiraq) dan perselisihan (ikhtilaf), namun apabila kita mencermati, akan tampak oleh kita bahwa yang dimaksud adalah berbeda pendapat dalam masalah-masalah prinsip atau Ushul yang berdampak kepada perpecahan. Adapun berbeda pendapat dalam masalah-masalah cabang agama atau Furu’, maka hal ini tidaklah tercela dan tidak boleh sampai berdampak atau berujung pada perpecahan, karena para sahabat juga berbeda pendapat akan tetapi mereka tetap bersaudara dan saling menghormati satu dengan yang lain tanpa saling menghujat atau melecehkan dan menjatuhkan.

Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengaktualkan jiwa dan semangat Ukhuwah Islamiyah. Salahsatunya adalah mengembangkan dan mempertahankan perilaku salamatush shadr, sifat lapang dada dalam menghadapi dinamika hidup di dunia ini. Maka ketika terjadi perbedaan pemahaman, tidak serta merta kita menganggap bahwa hanya diri kita yang benar, dan pihak yang berbeda adalah pihak yang salah. Apabila ini dapat diwujudkan, upaya mempersatukan umat Islam bukan lagi sebuah isapan jempol belaka.

Semangat tasamuh (toleransi), atau semangat bertoleransiterhadap saudara sendiri, serta terbuka untuk melakukan dan menerima tausiyah untuk saling mengingatkan. Selanjutnya mengembangkan sikap husnudzhon di antara kita, sebuah sikap dari tingkatan dasar yang menggambarkan kebersihan hati kita.

“Hai orang-orang beriman, Jauhilah banyak berburuk sangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain… (Al-Hujarat Ayat 12)

Ketahuilah, bahwa salah satu konsekuensi takwa adalah menunaikan hak-hak ukhuwwah Islamiyyahsebagai upaya menuju persatuan ummat. Maka, latihlah diri Anda untuk mencintai saudara-saudara Anda yang seiman dan seagama sebagaimana Anda mencintai diri Anda sendiri. Yahya Ar-Razi berkata, “Hendaknya setiap orang mukmin minimal mendapatkan tiga hal dari Anda: jika Anda tidak bisa memberinya manfaat (keuntungan), maka jangan memberinya mudharat (kerugian), jika Anda tidak bisa membuatnya gembira, maka jangan membuatnya bersedih, dan jika Anda tidak mau memujinya, maka jangan mencelanya.”
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin