Ayat ini memiliki hubungan dengan ayat-ayat sebelumnya yang membicarakan tentang bagaimana seseorang yang beriman hidup dalam komunitas yang heterogen yang berkaitan dengan pengambilan keputusan memilih pemimpin yang layak bagi orang-orang yang beriman. Dalam ayat sebelumnya disebutkan secara umum orang-orang yang tidak dapat dijadikan sebagai pemimpin yaitu dari golongan kafir, hali kitab, musyrik dan kaum fasik. Dalam ayat ini dijelaskan secara lebih mendetil tentang kriteria orang yang tidak dapat dijadikan pemimpin, yang juga berasal dari golongan yang telah disebutkan sebelumnya (ahli kitab yang telah menjadi kafir dan musyrik)
Dalam ayat ini disebutkan tanda-tanda kemunafikan mereka, yaitu apabila mereka diseru untuk melaksanakan shalat, mereka menganggap perintah shalat tersebut adalah ejekan dan senda gurau belaka. Mengapa demikian? Allah telah menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang betul-betul tidak menggunakan akal fikirannya untuk mencerna perintah Allah, melainkan telah ditutupi oleh hawa nafsu dan bisikan syaithan yang menggoda mereka.
Jika demikian halnya, maka kita akan mempertanyakan setiap pemimpin kita apakah mereka akan shalat bersama-sama kita, apabila waktu shalat telah datang? Atau apakah mereka akan meninggalkan rapat untuk sebentar demi menyahuti panggilan Allah..? jika mereka lebih mementingkan urusan duniawi, maka apa bedanya mereka dengan orang-orang yang disebutkan Allah?... semoga kita tidak termasuk dalam golongan tersebut. Wallahu musta’aan. (Prof Dr HAzman Ismail)
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !