Tidak ada yang mengingkari kalau
Aceh pernah menjadi salah satu daerah petro dolar. Kekayaan alam yang melimpah
ruah, tapi itu dulu. Sekarang kemiskinan terjadi dimana-mana. Saban hari tidah
pernah absen pengemis bertebaran di setiap persimpangan jalan. Fakta tersebut
menandakan Aceh sudah tidak berkah lagi.
Mengapa Aceh tidak lagi berkah?
pertanyaan ini terjawab dalam Pengajian Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam
(KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jelingke Banda Aceh, Rabu (14/5) malam
bersama Kepala Dinas Syariat Islam Kota Langsa, Drs H Ibrahim Latif MM.
Menurutnya, Aceh pada dasarnya
negeri yang berkah yang dikaruniai Allah setelah Mekkah dan Madinah. Mengapa
tidak, di bawah bumi Aceh mengandung minyak dan gas, Ditambah lagi emas yang
jarang dimiliki oleh negeri lain, namun penduduk di bumi Aceh sudah tidak
banyak lagi yang beriman kepada Allah, bahkan menentang Syariat Islam. Sebuah
negeri yang telah berikrar akan menegakkan syariat Allah tapi ia
mengingkarinya, maka akan mencabut keberkahan dalam negeri tersebut.
Ia memberi contoh di Mekkah,
masyarakat masih banyak yang patuh kepada Allah, di sana ketika suara azan berkumandang, mereka
langsung meinggalkan pekerjaan dunia, meskipun mereka sedang berada di mal dan
tempat umum lainnya. Mengapa di Mekkah
demikian, karena mereka telah berjanji kepada Allah, dengan kalimat
labbaikallah. Di sana
mereka telah berjanji akan menghambakan diri kepada Allah, jangankan manusia,
binatang saja patuh disana. Ketika disembelih binatang tidak perlu diikat,
karena tidak akan melawan.
Kalau didefinisikan makna dari
berkah itu sendiri yaitu sedikit saja rezeki yang dimiliki manusia tapi merasa
cukup, artinya bersyukur atas rezeki yang telah Allah berikan. Bila
dibandingkan sekarang, gaji banyak setiap bulannya, tapi tidak pernah merasa
cukup. Kenapa tengku-tengku zaman dulu dengan pendapatan sedikit tapi berkah,
karena diperoleh dari sumber yang halal.
Menurut Ibrahim, ada empat “P”
yang membuat Aceh tidak berkah di Aceh, “P” yang pertama yaitu pembina maksiat,
mereka yang punya power tapi tidak memberantas maksiat, malah membiarkan makiat
terjadi, maka itu disebut Pembina maksiat. Kedua, pelingdung maksiat, atau
membekingi pelaksanaan maksiat, faktanya nampak jelas ketika ada satu acara
hura-hura yang mengarah kepada maksiat ada oknum aparat dibelakangnya.
Adapun yang ketiga kata Ibrahim
yaitu, pelaku maksiat, ia mencontohkan di daerahnya di Langsa kalau malam Minggu
para orang tua merasa gelisah bila anaknya tidak dijemput oleh teman prianya.
Begitulah parahnya orang tua saat ini.
Sementara yang terakhir yaitu
penonton maksiat, ini cukup banyak, maksiat di depan mata, tapi tidak ada yang
melarangnya semua cuek menyaksikan maksiat, padahal dalam Islam setiap muslimin
diminta mencegah ketika terjadi kemungkaran.
“Kalai kita semua sama-sama
mengingatkan saudara kita, tentu Syariat Islam ini akan tegak. Namun sayang
hanya beberapa orang saja yang menegakkan Syariat Islam sementara lainnya
meruntuhkannya,” ucap Ibrahim.Hayatullah Zubaidi
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !