Rasulullah pernah bersabda,
“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka dia mendapat satu
kebaikan. Kemudian satu kebaikan itu akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Saya
tidak mengatakan ‘alif lam mim’ itu satu huruf. Namun alif satu huruf lam satu
huruf mim satu huruf.”(HR Tirmidzi).
Hadits ini menjelaskan kepada
kita semua bahwa dengan membaca satu huruf saja ayat Quran akan mendapatkan
limpahan kebaikan bagi si pembaca, belum lagi mengaplikasikan kandungannya
dalam kehidupan sehari-hari. Artinya begitu mulianya pembaca Quran dan yang
mengamalkannya di sisi Allah SWT.
Kondisi hari ini umat muslim itu
sendiri sudah mulai pudar dalam mengamalkan Quran, buktinya ketika ada
perselisihan baik itu segi ekonomi maupun politik tidak lagi merujuk kepada
Quran sebagai rujukan utama umat Islam. Maka sebuah apresiasi kepada
pemerintah-pemerintah yang telah melahirkan program-program berbasis Quran
seperti pengajian bakda Magrib, program membaca Quran One Day One Juz (ODOJ).
Beberapa hari yang lalu,
pemerintah Kota Banda Aceh Aceh malaksanan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ)
ke-33 yang dipusatkan di Masjid Al-Makmur, Lampriek. MTQ kali ini ada beberapa
cabang diperlombakan, di antaranya tilawah Quran, hifdzil Quran, tafsir Quran,
fahmil Quran, syarhil Quran, khattil Quran, dan beberapa lainnya.
Pelaksanan MTQ ke-33 ini
dipanitiai Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Syariat Islam
Banda Aceh, Mairul Hazami yang juga sebagai ketua Panitia Pelaksanaan MTQ
mengatakan, MTQ ini dilaksanakan dalam rangka meningkatan pemahaman masyarakat
terhadap makna dan arti yang terkandung dalam Quran, serta menegakkan Syariat
Islam di Kota Banda Aceh.
Menurut Guru Besar Bidang
Pendidikan Islam UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. H.M. Nasir Budiman, MA dengan adanya
berbagai rangkaian kegiatan berbasis Alquran selama ini sejatinya tidak hanya
seremonial tetapi mampu memberi motivasi kepada masyarakat untuk terus
mempelajari Quran dan makna-maknya.
Dengan kondisi masyarakat saat
yang sudah terkontaminasi dengan matrealis, senang kepada hadiah, tentu dengan
adanya MTQ dapat menumbuhkan minat extrinsic sehingga masyarakat dan
putra-putri mau belajar Quran.
“Apa lagi sekarang di MTQ sudah
banyak cabang, ada terjemahan Quran, tafsir Quran dengan demikian mereka akan
memperlajari sehinga lama-lama mereka akan mengubah sikap dan perilaku si
pembaca itu sendiri,” katanya.
Bila ditelisik ke sejarah, di
Aceh dulu pernah bebas buta aksara, tidak ada orang Aceh yang tidak bisa
membaca quran, karena para orang tua sebelum anak-anaknya diajarkan huruf-huruf
latin, lebih dulu diperkenalkan huruf-huruf Quran.
“Jadi di saat itulah bahwa orang
Aceh bebas buta aksara, ini perlu kita kembalikan kalau kita semua msyarakat
orang mau memberi motivasi kepada anak sejak awal agar mengenal kembali huruf
Quran,” tambahnya.
Selain itu peran orang tua juga
sangat menentukan dalam memotivasi anak-anak membaca Quran. Anak-anak kerap
sekali mencontohkan apa yang dilakukan orang tuannya ketika ia masih kecil.
Maka dengan demikian orang tua perlu memperlihatkan yang baik kepada anaknya,
apa lagi sekarang sudah ada program Magrib mengaji, orang tua perlu aktif
mengaji supaya anak-anak bisa ikut, kalau orang tuanya tidak bisa membaca Quran
tentu orang tua harus membayar orang untuk mengajarkan anak-anak
mereka.Hayatullah Zubaidi
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !