"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al-Kahfi 46).
Nanti di akhiarat, setiap hamba akan ditanyakan tentang hartaya, darimana ia memperolehnya dan kemana dibelanjakan. Oleh karena itu, berhati-hatilan dalam mencari harta kekayaan, jangan sampai melanggar syariat. Rasulullah bersabda : "Bukankah kekayaan itu apa yang berupa benda yang banyak, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah di dalam jiwa dan hati."
Memang tidak ada larangan bagi manusia untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya asalkan dengan cara-cara halal dan sesuai dengan tuntunan agama. Bahkan Islam membenarkan seorang memilih kekayaan lebih dari yang lain sepanjang kekayaan tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan telah menunaikan kewajibannya bagi kesejahteraan masyarakat, baik dalam bentuk zakat maupun amal kebajikan lain seperti infak dan sedekah.
Meskipun demikian, Islam sangat menganjurkan golongan yang kaya untuk tetap tawadhu' dan tidak pamer. Betapa banyak manusia yang lupa bersyukur tatkala memperoleh harta, seolah harta tersebut mampu menjaga dan membahagiakannya. Padahal manakala Allah ingin menarik kembali harta yang dimiliki seseorang, maka sekejap saja akan sirna.
Harta seringkali menggelapkan mata seseorang. Harta juga membuat seseorang menjadi sombong. Tidak sedikit manusia hidupnya tergelincir justru karena harta. Sebaliknya di mata manusia harta bisa menjadikan indikator derajat seseorang. Orang kaya umumnya lebih dimuliakan ketimbang orang miskin. Tapi sesungguhnya harta itu adalah titipan sementara yang bisa hilang dalam tempo sekejap saja. Tidak sedikit orang-orang yang bergelimang harta, lalu jatuh miskin dengan utang menumpuk.
Ali bin Abi Thalib r.a berkata kepada Kumail : "Hai Kumail, ilmu itu lebih utama dari pada harta karena ilmu itu menjagamu sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim, sedangkan harta adalah yang dihakimi. Harta menjadi berkurang dengan dibelanjakan, sedangkan ilmu menjadi berkembang dengan dibelanjakan (diberikan kepada orang lain)". Ir. H. Basri A Bakar, M. Si
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !