Sesampainya di masjid, para jamaah saling salam-salaman sambil berucap”Ied Adha Mubarak atau Ied qurbani”. Saya menunggu didepan masjid, sedangkan jamaah laki-laki melakukan pawai yang dimulai dari arah kiri masjid, mereka berkumpul didaerah simpang empat lalu berjalan kaki menuju masjid. Setiap tahun selalu dilakukan pawai ini sebagai tradisi.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, imam shalat dan sekaligus penceramah tetap orang yang sama, masjid menunjuk Imam Musa (panggilan kami kepadanya), meski sudah berusia lanjut, pihak masjid tetap memberi amanah kepadanya.
Shalat JenazahJika di Indonesia, shalat Ied dulu baru ceramah, disini ceramah dulu baru shalat Ied. Jadi setelah pawai dan jamaah berkumpul untuk atur shaf. Dengan pembagian, jamaah laki-laki sebagian masuk masjid, sebagian lagi diluar. Saya melihat dibalik jendela sebelah kiri, kalau jamaah laki-laki yang ada diluar sangat membludak, sedang saya dan jamaah perempuan yang hanya tiga shaf ditempatkan dirumah tertutup dilantai satu sebelah kiri masjid. Imam dan jamaah laki-laki lainnya berada dilantai dua. Jadi ketika Imam Musa berceramah maka jamaah yang ada diluar dan kami yang perempuan bisa mendengar lewat pengeras suara yang dipasang.
Setelah shalat Ied, maka saya dan teman-teman beranjak untuk keluar untuk pulang, namun satu mobil masuk ke masjid. Ternyata ada jenazah yang dimasukkan kedalam keranda dan ditutup kain hijau. Jenazah itu adalah perempuan yang meninggal dalam usia 99 tahun. Imam Musa pun mengajak jamaah yang masih berada di masjid untuk shalat Jenazah.
Tidak ada qurban
Setelah shalat jenazah, dengan cepat dibantu oleh keluarga si mayat, jenazahpun dimasukkan kedalam keranda lagi lalu diangkut dengan menggunakan mobil pribadi untuk dikebumikan. Kami sibuk menyalatkan Masjid, eh ada aktifitas lain disamping masjid, mulai yang sibuk membawa kambing untuk disembelih, kambing-kambing itu diangkut oleh satu mobil , ciri kambing indonesia sangat berbeda dengan kambing khas China.
Lalu ada pedagang sate kambing diluar yang dengan lihainya membakar sate, dan kalau tidak suka sate, bisa didapat yang masih mentah yang dijual persetengah kilo seharga 45 yuan, bagi kami mahasiswa harga itu cukup mahal. Dan jangan lupa kalau udah beli sate, maka lebih afdhal penganan pendamping yakni roti arab yang berukuran besar.
Meski dikawasan masjid ada pemotongan daging kambing, namun tidak ada kabar pembagian daging qurban, yang ada setelah disembelih, maka mereka menjualnya. Dibalik tidak ada tradisi qurban, saya dan teman-teman indonesia malah mendapat undangan lagi dari kantin Abdullah, sama seperti tahun lalu. Kantin Abdullah atau orang China taunya kantin muslim nomor satu (biasa kami panggil : musilin yi shitang). Suasana Idul Adha dibuat sangat meriah disini dengan sajian menu daging kambing, sapi, sayuran dan sop kanji telur, semuanya gratis disantap dan dinikmati bersama dengan beberapa muslim China yang ada di kampus Nanchang. Jadi satu hari, kantin muslim di kampus yang ada diseluruh Nanchang memberikan makanan gratis untuk mahasiswa muslim baik China maupun asing.
Nelly, Master Applied Mathematics
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !