Headlines News :
Home » » Khalifah yang Terkutuk

Khalifah yang Terkutuk

Written By MAHA KARYA on Friday, October 18, 2013 | 10/18/2013

Paleh raja geupeucaya barang gasoe//Paleh rakyat geumeu upat rata sagoe. Kutipan hadits maja itu seolah-olah hendak menampar situasi sekarang. Setelah memilih anggota parlemen, bupati, wali kota, gubernur dan presiden, maka keluh-kesah setelah enam bulan memimpin bermuncurlah. Pasalnya, masyarakat tidak mendapat pemimpin seperti yang didambakan.

Keluh-kesah sudah lazim terjadi. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, warga tidak segan-segan mengeluarkan caci-maki. Seorang warga melontarkan Umat bin Khattab sebagai orang yang terkutuk. Dan ghalihbya, Umar mendengar langsung caci-maki itu.

Suatu hari Khalifah Umar bin Khattab RA melakukan sidak secara rahasia tanpa pengawal dan staf. Di sebuah dusun, Umar melihat seorang  pria duduk di depan kemahnya. Dari dalam kemah, terdengar rintihan suara perempuan menahan kesakitan. Umar menghampirinya.

 “Apa yang sedang kau lakukan, wahai saudaraku?” tanya Umar keheranan.
“Aku sedang menunggu istri yang akan melahirkan,” jawab lelaki itu.
“Siapa yang menolongnya di dalam?”
“Tidak ada...”
“Jadi istrimu sendirian?” tanya Umar.
“Iya, aku tidak punya uang bayar bidan,” jawab lelaki itu.
“Kalau begitu, suruh istrimu menahan sebentar, aku segera kembali,” pinta Khalifah.

Umar  memacu kudanya meninggalkan lelaki itu. Dia kembali bersama seorang perempuan. Tanpa bicara perempuan itu masuk ke tenda.
“Terima kasih dan maaf telah merepotkanmu,” ungkap lelaki itu.
“Tidak apa-apa. Mengapa kamu tidak lapor hal ini kepada Khalifah Umar bin Khattab? Bukankah kau berhak mendapatkan jaminan dari negara?” gugat Umar .

Lelaki itu berdiri. Memandang orang di depannya dengan sorot mata menusuk.
“Jangan kau sebut nama orang terkutuk itu di hadapanku!” teriak pria itu marah.
“Mengapa?” tanya Umar penasaran.
“Orang itu hanya mementingkan dirinya sendiri. Dia tidak peduli rakyat kecil. Hanya peduli pada orang-orang kaya yang mempertahankan kekuasaanya,” jawab pria penuh amarah.
“Apa kamu sudah pernah bertemu dengannya?” sidik Umar.
“Belum, lagi pula untuk apa aku bertemu dengannya?” balas pria itu.
“Jika kau bertemu dengannya, apa yang akan kau lakukan?” tanya Umar.
“Aku bunuh dia!” balas pria itu singkat.

Tiba-tiba terdengar bayi menangis dari dalam kemah.
“Ya Amirul mukminin, alhamdulillah ibu melahirkan dengan selamat! Bayi sehat!” teriak perempuan yang datang dengan Khalifah tadi.

Umar segera bersujud syukur. Sementara pria itu gembira bercampur heran. Senang karena istri dan bayi  selamat. Heran karena lelaki di depannya dipanggil “Amirul Mukminin”.

“Lekas kau temui istrimu!, dan ini sekedar membantu perawatan anakmu.”

Umar memberikan sekantung uang yang segera diterima lelaki itu dengan suka cita. Sebelum lelaki itu masuk, dia memandang Umar.

“Wahai tuan, siapa tuan sebenarnya?” tanya dia penasaran.
“Aku, Umar bin Khattab, Khalifah yang terkutuk itu,” jawab Umar tersenyum.

Siapa pun yang membaca kisah di atas paling kurang  ada dua pelajaran kepada pembaca. Yakni pilihlah pemimpin yang melayani warga. Bisa saja perilaku pemimpin pelayan itu dituding untuk mencari perhatian atau pencitraan. Namun bagi warga, bantuan yang spontan dan iklhas di atas segalanya sangat diharapkan.

Pelajaran kedua, pemimpin tidak alergi dengan kritik bahkan caci-maki warga. Umar telah memberi pelajaran kepada pemimpin untuk rajin turun ke pelosok-pelosok. Tidak cukup mendengar laporan bawahan. Baik atau buruknya situasi daerah sangat tergantung pada pemimpin. Kita sering mendengar, ikan duluan busuk di kepala yang kemudian menjalar ke ekor. Murizal Hamzah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin