Headlines News :
Home » » Peranan Hati dalam Kehidupan

Peranan Hati dalam Kehidupan

Written By MAHA KARYA on Sunday, August 25, 2013 | 8/25/2013

Allah berfirman yang artinya :"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai". (QS. al-A'raf: 179) 

Hati dalam bahasa al-Qur'an disebut dengan Qalbu (J: Qulub).  Kata qalb mempunyai makna membalik dikarenakan seringkali ia membolak balik ; kadangkala senang, kadangkala susah, suatu saat setuju dan pada saat yang lain menolak, sehingga amat berpotensi untuk tidak konsisten dalam realitasnya.  Para sufi memandang bahwa qalbu bermakna sesuatu yang bersifat halus dan rabbani yang mampu mencapai hakekat sesuatu; mampu memperoleh pengetahuan (al-ma'rifat) melalui daya cinta rasa (al-zawqiyat), memperoleh puncak pengetahuan yang menghasilkan ilham (bisikan suci dari Allah SWT), sehingga Kasyf (terbukanya dinding yang menghalangi qalbu). 

Qalb juga disebut sebagai salah satu fitrah nafsani yang mempunyai kekuatan luar biasa (supra natural), maka potensi qalbu ini harus selalu diarahkan agar berjalan sesuai dengan fitrahnya, berjalan secara efektif dan mempunyai makna dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan potensi ini mempunyai peluang untuk diselewengkan (lari dari fitrah) jika yang bersangkutan tidak mendengarkan suara hati yang lahir dari hati nurani yang terdalam. Itulah sebabnya ditegaskan oleh Allah (dalam surat al-A'raf: 179) bahwa manusia yang tidak mampu menggunakan qalbunya sesuai dengan fitrah akan sesat  bahkan  lebih sesat daripada binatang sekalipun. 

Dari qalbu lahirlah karakter, kepribadian dan watak seseorang. Qalbu adalah raja yang mampu menjadi penyebab kesuksesan atau hancurnya sebuah keluarga bahkan negara. Mengapa? Sebab qalbu tersebut bagaikan Raja Agung yang membuat rakyatnya (manusia) harus melakukan apa saja, baik atau buruk, tergantung pada kondisi Raja (Qalb). 

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa semua aktivitas yang dilakukan manusia pada dasarnya bergantung pada qalbu, karena qalbu yang bersihlah yang bisa selamat dan berjalan sesuai dengan fitrah yang telah digariskan oleh Allah SWT. Keberadaan qalbu juga penentu dalam meraih kehidupan yang bermakna, orang yang hatinya tertata dengan baik, maka ia akan terpelihara dan terawat sebaik-baiknya. Qalbu yang senantiasa terpelihara, serta terawat dengan sebaik-baiknya, pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang, tenang, tenteram, sejuk dan indah di dunia ini.

Mereka tak pernah merasa gelisah, tak pernah bermuram durja, dan tak pernah gundah gulana. Kemanapun pergi dan dimanapun berada, ia senantiasa mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan menenteramkan. Dirinya mampu memancarkan  hikmah yang mampu memberi uswah (paternalistik) yang tinggi kepada orang-orang yang di sekelilingnya.

Peranan Qalbu yang lain adalah memiliki daya rasa. Salah satunya adalah rasa CUKUP dan rasa inilah  yang  menjadi indikator seseorang sebagai orang kaya yang tidak pernah mengemis dan tidak akan memakan hak orang lain atau korupsi.  Akan tetapi untuk mendapatkan rasa CUKUP ini harus melampaui 3 tahapan, yaitu :1) Tingkatan Tenang, 2) Tingkatan Damai dan 3) Tingkatan Bahagia. Setelah itu baru sampai pada tingkatan Rasa CUKUP. Tingkatan inilah merupakan tingkatan kehidupan yang paling tinggi nilainya, sehingga pemilik Qalbu seperti itu mampu melaksanakan "Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah"  hidup tanpa pamrih, dan selalu dihiasi oleh senyum yang nyata.  

Allah SWT berfirman dalam surat As Sajdah ayat 9 yang artinya : "Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) roh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur."

Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali potensi (kecerdasan) ruhaniah, yaitu kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran dari Sang Ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, dan beradaptasi.

Kecerdasan ruhaniah sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qalbu (tazkiyah, tarbiyatul quluub) sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan serta caranya kita mengambil keputusan. Qalbu harus senantiasa berada pada posisi menerima curahan cahaya ruh yang bermuatan kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi.

Rasullullah SAW bersabda yang artinya : "Mintalah nasihat pada dirimu, mintalah nasihat pada hati nuranimu wahai Habishah (nabi mengulanginya tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang membuat jiwa tenang dan membuat hati tenang. Dosa adalah sesuatu yang membuat jiwa tidak tenteram dan terasa bimbang di dalam hati." (HR. Ahmad).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan hati dalam kehidupan, adalah sebagai motor (penggerak) proses berfikir, berzikir dan bertindak, sehingga produknya berdasarkan proses tersebut. Wallahu a'lam.

Khatib :  Prof. Dr. H. M. Nasir Budiman, MA
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin