Headlines News :
Home » » Mudik ke Akhirat

Mudik ke Akhirat

Written By MAHA KARYA on Monday, August 19, 2013 | 8/19/2013

Pada Jumat 2 Syawal kemarin atawa hari kedua Idul Fitri. Sudah lumrah kita pun saling memaafkan baik yang disengaja atau tidak. Sejatinya, meminta maaf kepada rekan atau tetangga tidak perlu tunggu setahun dua kali yakni pada Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Tidak salah kita menyebutkan Idul Fitri atau Idul Adha identik dengan mudik alias jak wok u gampong alias pulang kampung. 

Mudik tidak hanya terjadi di Indonesia. Nyaris di seluruh dunia yang ada umat Islam, maka anak akan pulang ke gampong untuk bersilaturrahim dengan orangtua dan kerabat lainnya. Bahkan di Amerika, ada kebiasaan yang mirip mudik yakni mereka tetap pulang ke rumah orangtua atau asalnya. Nyaris setiap negara mengenal sebutan pulang gampong. 

Jadi mudik tidak ada kaitan dengan warga kelas modern atau tradisional. Dalam Islam, mudik menjadi jembatan untuk silaturrahim yang bisa bikin tambah rezeki dalam arti rezeki harta atau rezeki sehat. Bertemu teman-teman yang baik memperkuat pikiran sehat. “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dan ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari)

Di Indonesia, ada jutaan warga yang mudik. Ini tradisi tahunan yang setiap tahun semakin meningkat. Mudik tidak hanya sekedar pulang ke rumah orangtua atau bertemu teman-teman. Di sisi lain, mudik menjadi ajang pamer keberhasilan. Setelah setahun merantau atau bekerja di kota atau luar negeri, inilah saat yang tepat untuk membuktikan bahwa dirinya sukses dengan indikasi mudik pakai mobil pribadi plus berbagai oleh-oleh. Menjadi masalah, jika untuk menjaga gengsi sosial, maka pemudik memaksa diri untuk berutang ke sana-sini dan sebagainya hanya sekedar untuk ria kepada tetangga dan lain-lain. 

Setiap pemudik atau keluarga yang pulang gampong pasti mempersiapkan segala hal-hal agar aman di jalan hingga bisa kembali ke kota lagi. Bisa saja, pemudik bekerja selama 11 bulan sebagai bekal untuk biaya pulang ke gampong serta salam tempel untuk saudara-saudara. Berbagai kesulitan dalam perjalanan seperti macet, berdesak-desak dalam bus atau kapal laut dan lain-lain bukan hambatan demi bertemu dengan orang yang disayangi di gampong. 

Ada pertanyaan, mengapa kita rela bersusah-payah mau mudik ke gampong dengan segala risiko yang berat dan panjang? Tidak lain karena kita ingin bertemu dengan orang-orang yang kita sayangi di sana. Cinta membara pada gampong halaman melenyapkan segala risiko yang dihadapi. Padahal untuk pulang gampong, setiap tahun ratusan pemudik meninggal dunia di jalan karena kecelakaan. Mereka yang meregang nyawa dalam tradisi mudik sudah berpindah jalur dari mudik ke gampong menuju mudik ke akhirat. Untuk mengikuti jamaah mudik dibutuhkan persiapan yang lama dan bisa menguras uang jutaan tergantung jarak yang ditempuh dan jumlah yang mudik. 

Tidak semua penduduk bisa mudik karena tidak memiliki gampong lagi atau hilang ditelan tsunami seperti di Aceh Jaya. Sebaliknya, semua orang akan berhadapan dengan mudik ke akhirat. Jika mudik dunia dapat setahun dua kali pada tanggal tertentu, tetapi mudik ke akhirat bisa datang kapan saja sesuai dengan langkah, rezeki, jodoh dan maut sebagaimana ditetapkan oleh Allah sebelum kita lahir ke dunia fana ini. Untuk mudik dunia dibutuhkan berbagai bekal yang melelahkan dan butuh kesabaran yang luar biasa. Sedangkan mudik ke akhirat hanya butuh satu saja yakni amal yang ditanam sebanyak-banyaknya di dunia sebagai bekal untuk akhirat. Mudik ke akhirat itulah mudik yang hakiki. 

Pada akhirnya, setiap orang akan pulang ke gampong asalnya baik gampong di dunia atau akhirat. Akhirulkalam, selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1434 H, mohon maaf lahir dan bathin. Murizal Hamzah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin