
Perjalanan menuju tanah kelahiran, sungguh memiliki nuansa tersendiri. Kejebak kemacetan berjam-jam, antri naik kendaraan dan antri di pengambilan tiket. Itu semua menuntut perjuangan tersendiri. Mulai persiapan jauh-jauh hari, pesan tiket, dan persiapan kendaraan. Barang-barang kebutuhan dalam perjalanan juga tak luput dari perhitungan.
Kita tidak tahu, orang yang pulang kampung, kalau perjalanannya masih istiqomah untuk beribadah kepada Allah SWT. Atau sudah melupakannya seperti shalat. Harapan mereka bisa berkumpul dengan keluarga dan kerabatnya. Dan itu semua mereka impikan jauh-jauh hari. Ada yang tidak pulang kampung bertahun-tahun. Bisa jadi karena keterbatasan biaya, atau karena ketersediaan waktu yang tidak ada.
Ketika gegap gempita takbir, tahmid dan tahlil berkumandang, mulai dari desa-desa dan kota-kota di seluruh penjuru dunia. Maka timbullah rasa kebahagiaan yang mendalam. Di saat itu kita dianjurkan oleh Allah SWT untuk memperbanyak takbir, mengagungkan asma Allah sebagai rasa syukur kepada-Nya.
Oleh karena itu di saat kita bermunajat kepada Allah, kita perlu merenungkan kembali bahwa Idul Fitri yang kita rayakan ini, bukan hanya apresiasi rasa senang dan bahagia semata. Ia adalah sebuah wahana instropeksi diri yang sarat dengan nuansa pemantapan keimanan dan ketakwaan.
Idul Fitri di tanah kelahiran, memiliki makna tersendiri. Kita jangan sampai terlelap oleh suka cita yang berlebihan. Sehingga makna hari Idul Fitri sebagai bulan peningkatan amal ibadah, kita lupakan begitu saja. Dan kita berharap setelah melaksanakan puasa sebulan penuh ada amal yang membekas dalam diri kita. Mulai rasa peduli kepada sesama, suka bersedekah, dan rela berkorban atau tolong menolong dalam berbuat kebaikan.
Dan kekayaan yang kita miliki, apakah sudah dikeluarkan zakatnya? Sebagai sarana pembersihan harta kita. Jangan lupakan perintah Allah SWT, untuk berhubungan dengan Allah berupa shalat, puasa dan haji. Dan berhubungan dengan manusia dengan mengeluarkan zakat. Zakat dapat membersihkan dari fitnah dan gonjang-ganjing orang di sekitar. Sehingga setelah pulang kampung—tanah kelahiran— kita kembali ke tempat semula bisa menjadi wahana peningkatan amal ibadah kita. Dimana terus berusaha semaksimal mungkin untuk meningkat amal kita kepada Allah SWT, Amin.
Firman, ST, MT Penulis mantan wartawan Gema berdomisili di Jakarta
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !