Dr. Fauzi Saleh, Lc. MA
Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry
Bagaimana memaknai Nuzul AlQuran dalam konteks zaman globalisasi?
Pada zaman globalisasi, Nuzul Al Quran harus dipahami sebagai mukjizat Ilahiah yang membawa pelita menerangi kehidupan masyarakat yang berhadapan dengan berbagai cobaan dan tantangan. Materialisme, hedonisme dan egoisme menjadi petaka yang hanya al Quran mampu menyembuhkannya. Di samping itu, penyakit yang paling kronis adalah keraguan dalam menjalankan agama. Kegiatan formalistik dan ritual menjadi ikon kehidupan masyarakat kini yang kerap kali tidak diiringi oleh kekuatan spiritual sehingga ibadah tidak memberikan dampak dalam prilaku dan sikap. Al Quran umpamanya jelas mengatakan bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Dengan aktualisasi Nuzul Quran diharapkan nilai-nilai Quran secara komprehensif tidak diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Bagaimana memaknai Nuzul AlQuran dalam konteks zaman globalisasi?
Pada zaman globalisasi, Nuzul Al Quran harus dipahami sebagai mukjizat Ilahiah yang membawa pelita menerangi kehidupan masyarakat yang berhadapan dengan berbagai cobaan dan tantangan. Materialisme, hedonisme dan egoisme menjadi petaka yang hanya al Quran mampu menyembuhkannya. Di samping itu, penyakit yang paling kronis adalah keraguan dalam menjalankan agama. Kegiatan formalistik dan ritual menjadi ikon kehidupan masyarakat kini yang kerap kali tidak diiringi oleh kekuatan spiritual sehingga ibadah tidak memberikan dampak dalam prilaku dan sikap. Al Quran umpamanya jelas mengatakan bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Dengan aktualisasi Nuzul Quran diharapkan nilai-nilai Quran secara komprehensif tidak diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Kenapa masyarakat sekarang lebih senang membaca koran daripada Al-Quran?
Kecenderungan seseorang kepada sesuatu sangat diikat oleh keyakinan yang selama ini tertanam dalam dirinya. Kecenderungan terhadap Al Quran juga tergantung kepada kemampuan seseorang dalam memahami dan mentadabbur Al Quran itu sendiri. Karena ketidakpamahan itu , koran yang menjadi pilihan yang paling mengasyikkan apalagi beritanya tentang hal-hal bombastis yang menyita perhatian publik. Al Quran sebagai ma’dabatun (jamuan) Allah akan dirasakan nikmat ketika mampu dibaca dengan baik, dipahami terjemahan dan didalami samudera ilmu dan hikmahnya. Orang yang merasa nikmat ‘menyantap’ jamuan Allah ini, tidak akan berpindah kepada sesuatu yang lain. Persoalan ini mungkin diawali dari proses pembinaan baca Al Quran sejak dini, dilanjutkan kemudian dengan memahami terjemahan dan tafsirnya, lalu kemudian diaplikasikan dalam kehidupan.
Kecenderungan seseorang kepada sesuatu sangat diikat oleh keyakinan yang selama ini tertanam dalam dirinya. Kecenderungan terhadap Al Quran juga tergantung kepada kemampuan seseorang dalam memahami dan mentadabbur Al Quran itu sendiri. Karena ketidakpamahan itu , koran yang menjadi pilihan yang paling mengasyikkan apalagi beritanya tentang hal-hal bombastis yang menyita perhatian publik. Al Quran sebagai ma’dabatun (jamuan) Allah akan dirasakan nikmat ketika mampu dibaca dengan baik, dipahami terjemahan dan didalami samudera ilmu dan hikmahnya. Orang yang merasa nikmat ‘menyantap’ jamuan Allah ini, tidak akan berpindah kepada sesuatu yang lain. Persoalan ini mungkin diawali dari proses pembinaan baca Al Quran sejak dini, dilanjutkan kemudian dengan memahami terjemahan dan tafsirnya, lalu kemudian diaplikasikan dalam kehidupan.
Persoalnnya kenapa umat Islam sekarang jauh dengan nilai-nilai Al Quran?
Jauhnya umat dari nilai Qurani tidak lain karena mereka sudah terkena dua penyakit: hubbud dunya wa karahiyyatul mawt (cinta dunia dan takut mati). Cinta dunia biasanya sering disimbolkan dengan materialisme. Semuanya dinilai dengan benda, bahkan termasuk kebahagiaan itu sendiri. Bagi mereka, kehidupan ini adalah uang, emas, pasangan, jabatan dan aspeknya. Pola pikir semacam ini mendorongnya untuk bekerja siang dan malam untuk menumpuk pernak-pernik duniawi, sementara nilai – nilai spiritual dianggap tidak begitu penting. Poin karahiyyat mawt juga berpengaruh kepada ketidakpedulian mereka tentang nasib di akhirat kelak. Yang penting bagi mereka bagaimana membangun rumah yang besar, mobil yang mewah dan posisi yang mendukung untuk kehidupan duniawi. Model kehidupan ini akan menafikan pentingnya halal haram, baik buruk, sah batal, tapi yang penting adalah bagaimana menggapai harta yang sebanyak-banyaknya, jabatan yang tinggi dan pasangan yang serasi dan seterusnya.
Jauhnya umat dari nilai Qurani tidak lain karena mereka sudah terkena dua penyakit: hubbud dunya wa karahiyyatul mawt (cinta dunia dan takut mati). Cinta dunia biasanya sering disimbolkan dengan materialisme. Semuanya dinilai dengan benda, bahkan termasuk kebahagiaan itu sendiri. Bagi mereka, kehidupan ini adalah uang, emas, pasangan, jabatan dan aspeknya. Pola pikir semacam ini mendorongnya untuk bekerja siang dan malam untuk menumpuk pernak-pernik duniawi, sementara nilai – nilai spiritual dianggap tidak begitu penting. Poin karahiyyat mawt juga berpengaruh kepada ketidakpedulian mereka tentang nasib di akhirat kelak. Yang penting bagi mereka bagaimana membangun rumah yang besar, mobil yang mewah dan posisi yang mendukung untuk kehidupan duniawi. Model kehidupan ini akan menafikan pentingnya halal haram, baik buruk, sah batal, tapi yang penting adalah bagaimana menggapai harta yang sebanyak-banyaknya, jabatan yang tinggi dan pasangan yang serasi dan seterusnya.
Apakah program pemerintah mengaji ba’ba magrib sudah menjawab tantangan masyarakat dalam mendidik anaknya untuk mempelajari Al Quran?Program mengaji bakda magrib mungkin dapat dipahami sebagai gagasan baik untuk mengupgrade kemauan umat menelaah Al Quran. Kegiatan ini mungkin harus diikuti dengan langkah-langkah penyuluhan dan pembinaan dari tingkat dusun, gampong, mukim hingga kecamatan. Hal ini karena masyarakat kita saat ini kiranya kurang care terhadap pentingnya kajian-kajian Qurani. Kehidupan pragmatis kini sudah menjadi model dan tidak mudah diubah. Keterlanjutan program ini insya Allah dan ditambahkan dengan penyuluh kegiatan dari tingkat desa hingga kecamatan dapat mengubah kondisi masyarakat hari ini.
Apa solusinya terhadap pemerintah dan masyarakat?
Hal yang paling penting adalah adanya hubungan antara pemerintah dan masyarakat secara kontinyu untuk pembinaan generasi di gampong-gampong. Diawali dengan program pembinaan di gampong-gampong dan memperdayakan kembali secara aktif meunasah dan masjid sehingga betul-betul digunakan sarana yang efektif untuk pengajian. Kemudian perlu adanya control dan evaluasi bulanan untuk mengontrol tingkat efektitifas kegiatan. evaluasi ini tentu akan menghasilkan langkah apa selanjutnya mengatasi problematika yang dihadapi dalam kegiatan. ini. (Indra/b)
Hal yang paling penting adalah adanya hubungan antara pemerintah dan masyarakat secara kontinyu untuk pembinaan generasi di gampong-gampong. Diawali dengan program pembinaan di gampong-gampong dan memperdayakan kembali secara aktif meunasah dan masjid sehingga betul-betul digunakan sarana yang efektif untuk pengajian. Kemudian perlu adanya control dan evaluasi bulanan untuk mengontrol tingkat efektitifas kegiatan. evaluasi ini tentu akan menghasilkan langkah apa selanjutnya mengatasi problematika yang dihadapi dalam kegiatan. ini. (Indra/b)
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !