Headlines News :
Home » » Memburu Pahala

Memburu Pahala

Written By MAHA KARYA on Monday, July 22, 2013 | 7/22/2013

Semua sepakat, Ramadhan adalah bulan penuh pengampunan, bulan memburu dan mengumpulkan pahala sebanyak-banyak. “Awal bulan Ramadan adalah Rahmah, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya ‘Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka).” Demikian Sabda Rasulullah bersumber dari Abu Hurairah.

Masih banyak gelar-gelar yang disanjungkan kepada bulan Ramadhan. Pada intinya, setelah Ramadhan, umat Islam lebih baik lagi dari bulan-bulan sebelumnya. Aktivitas selama Ramadhan seperti rajin bersedekah, tidak bergosip dan lain-lain tetap berlanjut pada bulan-bulan berikutnya. Itulah hakikat dari  tujuan berpuasa untuk menjadi muslim yang bertaqwa. Kadar keimanan atau kepedulian/ kesalehan  sosial tetap dilakukan di bulan lain layaknya bulan Ramadhan.

Selama Ramadhan juga, pendakwah tidak bisa bosan-bosannya mengajak umat Islam untuk mengumpulkan pahala sebanyaknya-sebanyaknya. Berbagai ajakan berlomba diserukan.  Ada sebagian yang mempersoalkan, apakah kita boleh mencari pahala? Apakah kita beribadah semata-mata di bulan penuh berkah ini karena diiming-iming memperoleh pahala  dengan imbalan memperoleh surga? Jika pemikiran seperti itu kita laksanakan, maka kita bisa disebut ibadah pedagang alias segala sesuatu dilakukan karena bakal memperoleh laba alias untung. Dalam bahasa sederhana, kita hitung-hitungan dengan Allah selama Ramadhan.

Saya lebih suka menyebut bukan mengejar pahala. Ini senada dengan ungkapan mencari rezeki. Rezeki itu tidak perlu dicari karena tidak hilang. Rezeki itu ada di depan mata. Dibutuhkan usaha dan ketekunan untuk menjemput rezeki. Semakin kita pandai, maka rezeki pun tampil di depan mata. Ya seperti kita mengambil buah  di ranting pohon. Kita menatap buah yang tergantung di sana. Hanya dibutuhkan keahlian untuk melompat lebih tinggi agar dapat meraih buah tersebut. Maka tersebutlah sebutan menjemput rezeki bukan mencari rezeki karena rezeki tersebar di mana-mana.

Tidak ada yang salah beribadah karena mengharapkan pahala. Dalam sebuah kisah Nabi Muhammad SAW memerintahkan sebuah amalan dan menjanjikan pahala untuk umat maka mereka akan segera berlomba dalam mengerjakannya guna meraih pahala tersebut. Di antaranya ada sahabat yang sedang makan kurma ketika mendengar janji masuk surga bagi yang terbunuh dalam jihad, maka seketika itu dia langsung terjun ke medan perang.

Pada kesempatan lain, kita disodorkan kisah sufi wanita terkenal dari Bahsrah, Rabi'ah Al- Adawiyah yang menjelaskan berbuat baik bukan mengharapkan pahala dan tidak berbuat maksiat bukan karena takut azab api neraka. Kata kunci dalam kalimat tersebut yakni telah mengalirnya sikap kesadaran dalam beribadah. Beribadah bukan karena takut dirazia atau dicambuk tapi karena memahami keimaman. Dalam kehidupan sehari-hari, tipe manusia yang bekerja karena ingin memperoleh sesuatu atau tidak melakukan karena takut, belumlah mencapai derajat yang tertinggi dalam Islam.

Dalam hal ini, kita terkesima dengan doa Rabiah yang sangat terkenal yakni "Oh Tuhan, jika aku menyembahmu karena takut akan api neraka, maka bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembahmu karena berharap surga, maka campakanlah aku dari sana; Tapi jika aku menyembahmu karena Engkau semata, maka janganlah engkau sembunyikan keindahan-Mu yang abadi."

Senada dengan doa Rabiah, Imam Al-Ghazali menulis dalam kitab Al-Mahabbah yakni cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/ level yang tinggi. "(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS. Al Maidah: 54). Murizal Hamzah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin