Sekretaris Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya (PPISB) Unsiah
Kenapa pengeluaran lebih besar pada bulan ramadhan di bandingkan dengan bulan lain?
Dalam pandangan saya, seharusnya hal itu tidak boleh terjadi. Logikanya, Pengeluaran di Ramadhan harus lebih hemat bila dibandingkan dengan bulan-bulan di luar Ramadhan. Bukankah kita di bulan puasa, makan hanya dua kali dalam sehari?. Namun yang terjadi dalam masyarakat banyak orang yang mengaku pengeluaran di bulan puasa justru lebih besar. Padahal kita semua tahu, bulan ramadhan adalah bulan dimana kita diuji untuk banyak menahan diri dari godaan hawa nafsu syetaniah, secara berlebih-lebihan.. Namun anehnya di sekitar kita, berbagai indikasi selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa di bulan puasa justru orang mengumbar hawa nafsu makan-minum tersebut dengan membeli makanan secara berlebihan. Saya pikir, ini terjadi karena kita lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan yang seharusnya kita penuhi. Menurut saya, jika pengeluaran meningkat justru sebagai akibat kita memenuhi kebutuhan berdasarkan 'lapar mata dan keinginan nafsu'. Sebaiknya, kebiasaan membeli makanan berdasarkan keinginan mata dan selera harus dihindari agar keuangan rumah tangga kita nyaman dalam beribadah kepada Allah swt.
Bagaimana menyiasati pengeluaran di bulan ramadhan ini agar tidak boros?
Menurut saya, cara terindah untuk bisa menyiasati pengeluaran di bulan ramadhan, yaitu Kita wajib dan harus merencanakan anggaran selama bulan puasa. Misalnya, ajaklah anggota keluarga untuk bermusyawarah, kira-kira Berapa yang dianggarkan dalam sehari untuk membeli menu berbuka? Jadi anggarannya harus jelas batasannya. Ingat, jangan sampai terjadi pendapatan di bulan ramadhan justru malah kurang hanya gara-gara pengeluaran yang tidak penting. Maka hindarilah untuk membeli sesuatu karena keinginan dan konsumsi mata. Salah satu cara terbaik selalu berbuka puasa bersama keluarga di rumah. Jangan biasakan untuk berbuka puasa di luar rumah. Karena ini berdampak tidak baik dari anggaran rumah tangga. Di samping itu, usahakan untuk tidak pernah berbelanja di siang hari saat mata lagi lapar, sebab, itu akan memicu 'nafsu konsumtif’ yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Pos-pos pengeluaran seperti apa yang di buat pada bulan ramadhan?
Pada prinsipnya, pos pengeluaran keuangan ita harus direncanakan. Menurut pendapat saya, yang perlu dilakukan adalah kita jangan sampai bersifat boros. Misalnya 'belanja berdasarkan keinginan mata dan selera'. Akibatnya, kita membeli makanan yang banyak, justru bukan untuk dimakan, tapi disimpan. Aneh kan? Jangan pernah lakukan hal seperti itu.
Kenapa pengeluaran lebih besar pada bulan ramadhan di bandingkan dengan bulan lain?
Dalam pandangan saya, seharusnya hal itu tidak boleh terjadi. Logikanya, Pengeluaran di Ramadhan harus lebih hemat bila dibandingkan dengan bulan-bulan di luar Ramadhan. Bukankah kita di bulan puasa, makan hanya dua kali dalam sehari?. Namun yang terjadi dalam masyarakat banyak orang yang mengaku pengeluaran di bulan puasa justru lebih besar. Padahal kita semua tahu, bulan ramadhan adalah bulan dimana kita diuji untuk banyak menahan diri dari godaan hawa nafsu syetaniah, secara berlebih-lebihan.. Namun anehnya di sekitar kita, berbagai indikasi selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa di bulan puasa justru orang mengumbar hawa nafsu makan-minum tersebut dengan membeli makanan secara berlebihan. Saya pikir, ini terjadi karena kita lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan yang seharusnya kita penuhi. Menurut saya, jika pengeluaran meningkat justru sebagai akibat kita memenuhi kebutuhan berdasarkan 'lapar mata dan keinginan nafsu'. Sebaiknya, kebiasaan membeli makanan berdasarkan keinginan mata dan selera harus dihindari agar keuangan rumah tangga kita nyaman dalam beribadah kepada Allah swt.
Bagaimana menyiasati pengeluaran di bulan ramadhan ini agar tidak boros?
Menurut saya, cara terindah untuk bisa menyiasati pengeluaran di bulan ramadhan, yaitu Kita wajib dan harus merencanakan anggaran selama bulan puasa. Misalnya, ajaklah anggota keluarga untuk bermusyawarah, kira-kira Berapa yang dianggarkan dalam sehari untuk membeli menu berbuka? Jadi anggarannya harus jelas batasannya. Ingat, jangan sampai terjadi pendapatan di bulan ramadhan justru malah kurang hanya gara-gara pengeluaran yang tidak penting. Maka hindarilah untuk membeli sesuatu karena keinginan dan konsumsi mata. Salah satu cara terbaik selalu berbuka puasa bersama keluarga di rumah. Jangan biasakan untuk berbuka puasa di luar rumah. Karena ini berdampak tidak baik dari anggaran rumah tangga. Di samping itu, usahakan untuk tidak pernah berbelanja di siang hari saat mata lagi lapar, sebab, itu akan memicu 'nafsu konsumtif’ yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Pos-pos pengeluaran seperti apa yang di buat pada bulan ramadhan?
Pada prinsipnya, pos pengeluaran keuangan ita harus direncanakan. Menurut pendapat saya, yang perlu dilakukan adalah kita jangan sampai bersifat boros. Misalnya 'belanja berdasarkan keinginan mata dan selera'. Akibatnya, kita membeli makanan yang banyak, justru bukan untuk dimakan, tapi disimpan. Aneh kan? Jangan pernah lakukan hal seperti itu.
Lalu berpikir dan bertindak cerdas. Misalnya, kita tidak membiasakan diri pulang kerja pada jam-jam sibuk dan jalan dalam keadaan macet. Kecerdasan dan kearifan seperti inipun dapat membantu kita dalam menghemat anggaran, misalnya untuk membeli bahan bakar mobil atau kenderaan yang seharusnya tidak perlu terjadi, jika kita berpikir cerdas. Bila ada janjian berbuka puasa bersama, jangan biasakan membawa kendaraan sendiri. Pergilah bersama-sama dengan menggunakan satu mobil. Dana bahan bakar bisa lebih irit. Populasi kendaraan pun berkurang dan menghindarkan macet dan orang lain pun terbantu akibat kecerdasan sosial kita.
Pada intinya, hindarilah penampilan, dan utamakanlah kebutuhan. Terakhir, yang juga sangat penting untuk diperhatikan jangan pernah berbelanja pakaian Lebaran mendekati Hari Raya. Belilah baju Lebaran jauh hari sebelum mendekati Idul Fitri. Karena biasanya, harga pakaian lebih mahal bila mendekati Lebaran. Tempat belanja pun penuh dan ramai. Sehingga kita tak bisa berpikir jernih saat berbelanja. Yang terjadi justru, membeli pakaian bukan lagi berdasarkan kebutuhan dan harapan, tapi hanya untuk bisa menunjukkan bahwa kita juga punya pakaian. Tentu, harganya sangat mahal.
Bagaimana supaya kita tidak lapar mata untuk membeli (misalnya makanan yang belum tentu termakan, atau kebutuhan lebaran yang sebetulnya tidak benar-benar diperlukan)?
Saya pikir, cara yang lebih baik, selama kita menjalankan ibadah puasa, yaitu menahan rasa lapar dan segala rupa yang dapat membatalkan puasa, maka kita akan terlatih dan belajar untuk bersyukur kepada Allah. Kemewahan dan keangkuhan dalam hidup ini, seperti apapun bentuknya, tidak akan pernah membuat seseorang merasa puas selama tidak memiliki jiwa syukur yang tulus kepada Allah. Rasa syukur dapat diwujudkan dengan menjalankan pola hidup yang sederhana dalam menggapai Ridha Allah. Kondisi seperti ini sudah teramat sering disampaikan para ulama bahwa ibadah puasa di bulan Ramadan merupakan ibadah yang sarat dengan pengendalian hawa nafsu sedemikian rupa dengan tujuan untuk mencapai taqwa. Fenomena meningkatnya nilai belanja selama bulan Ramadan, terlebih menjelang hari raya Idul Fitri, tentu saja tidak mengindikasikan kepada kita adanya pengendalian hawa nafsu. Jadi saran saya, biasakanlah membeli makanan sesuai dengan kebutuhan, dan persiapkan diri dalam menyambut Hari Raya berdasarkan iman. Insya Allah, kita akan lebih arif dalam menata hidup dan kehidupan ini. Belilah sesuatu berdasarkan kebutuhan, dan hindarkan diri untuk membeli sesuatu karena ingin penampilan.
Tips bagaimana yang di gunakan oleh ibu rumah tangga agar bijak mengatur keuangannya di bulan ramadhan?
Tips yang bisa dilakukan agar kita tidak mengalami “musibah ekonomi keluarga” setelah menjalankan ibadah di bulan puasa. Pertama, Kita harus mampu mengatur anggaran keluarga yang baik. Sebetulnya pengelolaan keuangan, sebenarnya tidak ada perbedaan antara pengeluaran di bulan puasa dan pengeluaran di bulan lainnya. Mungkin yang membedakan hanyalah pola konsumsi dan gaya hidup. “Di bulan puasa sarapan menjadi sahur dan tidak ada makan siang,” . Mestinya pengeluaran di bulan puasa juga tidak berbeda dengan pengeluaran di bulan lainnya. Meski mengatur dan hemat anggaran, bukan berarti kita tidak bisa memanjakan diri sama sekali di bulan puasa. Kita dan keluarga bisa saja mengunjungi bazar Ramadan atau pasar kue Ramadan. Tapi harus diingat bahwa pengeluaran untuk buka bersama dan belanja di pasar kue tersebut jangan sampai mengganggu kebutuhan konsumsi sehari-hari dan pengeluaran rutin lainnya. “Beli secukupnya sesuai kebutuhan,”. Beginilah pesan ahli ekonomi.
Kedua, Kita harus ikhlas menurunkan sedikit standar kehidupan. Masalah lain yang bisa mengganggu keuangan di bulan puasa adalah kenaikan harga bahan makanan pokok. Maklum, permintaan bahan makanan pokok biasanya memang melesat di bulan puasa hingga lebaran. Padahal di saat yang sama pendapatan tidak berubah. Para perencana keuangan menyebut kenaikan harga bahan makanan pokok ini bisa disiasati dengan menurunkan standar bahan makanan yang dibeli. Ambil contoh, kalau biasanya di keluarga kita seminggu sekali masakan daging sapi masuk dalam menu, untuk menyiasati kenaikan harga konsumsi daging sapi bisa dikurangi jadi hanya sebulan sekali.
Dan Ketiga, menyiasati pengeluaran yang tidak penting. Para perencana keuangan menyebutkan ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menekan pengeluaran di bulan puasa. misalnya, mengatur menu makanan. Kebanyakan orang kerap menjadi lapar mata saat lagi berpuasa. Akibatnya, orang terbujuk membeli banyak penganan untuk berbuka, yang belum tentu semuanya bisa disantap. Ibu-ibu di rumah juga seringkali tergoda menyiapkan tiga sampai empat macam menu untuk berbuka. Inilah yang kerap membuat anggaran keluarga “berantakan”. Terakhir, yang paling penting, setiap orang harus bisa mengendalikan diri agar jangan sampai terjebak perilaku konsumtif. “Jangan lupa, saat berpuasa kita harus mampu mengendalikan hawa nafsu, termasuk nafsu konsumtif juga”. Bila ternyata pengeluaran kita membengkak di bulan puasa, maka ada yang salah dengan cara mengatur keuangan dan budaya hidup sebagai insan yang beriman. Jadikanlah bulan puasa ini sebagai cara untuk mensyukuri nikmat dan rahmat yang sudah diberikan oleh Tuhan, dimulai dengan cara mengendalikan diri dalam hal mengatur keuangan dan kebutuhan keluarga. Sehingga makna dan hakikat puasa untuk mendidik kita menjadi insan yang sabar dalam kekurangan dan cerdas untuk bersyukur dalam berkecukupan. Inilah seharusnya yang menjadi harapan kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.Gbo
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !