Headlines News :
Home » » Mensucikan Diri di Bulan Ramadhan

Mensucikan Diri di Bulan Ramadhan

Written By MAHA KARYA on Friday, July 12, 2013 | 7/12/2013

Oleh Salman Abdul Muthalib
 
Bulan ramadhan merupakan bulan dimana Allah banyak memberi kelebihan, sebagai hadiah bagi umat Muslim dan bukti maha pengasih dan penyayangnya Tuhan. Sebagai bentuk hadiah dengan ragam imbalan di dalamnya, yang akan membuat hamba apabila dia mampu memanfaatkannya, dia akan mendapat tempat yang paling nyaman di akhirat nanti. Karena ibadah ini mempunyai target utama sebagaimana dinyatakan dengan tegas oleh Allah dalam Alquran agar para sa’imin dapat meraih ketakwaan di di akhir nanti.

Sebagai bulan limpahan rahmat, tentunya setiap muslim dituntut untuk melaksanakan berbagai perintah dan amalan di dalamnya, sehingga apa yang diberikan Allah berupa pahala dan anugerah lainnya akan seimbang dengan usaha yang dilakukan hamba.

Bulan ini juga disebutkan sebagai bulan kerinduan Allah, karena Ia mengkhususkan ibadah ini untuk dirinya, dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman melalui lisan Nabi-Nya.  “Setiap amal manusia adalah untuk dirinya sendiri, kecuali puasa, dia untukKu dan Aku sendiri yang akan membalasnya.”

Padahal Allah tidak butuh kepada ibadah seseorang, apa yang dilakukan seseorang, baik salat, zakat, haji dan semua ibadah lainnya bukanlah untuk keperluan Tuhan, melainkan untuk kemaslahatan dan kebutuhan manusia itu sendiri, tapi untuk puasa, Allah menegaskan bahwa puasa itu untuk-Nya dan dia sendiri yang akan memberi imbalannya. Para ulama menjelaskan makna hadis ini, bahwa karena puasa memiliki beberapa keistimewaan yang tidak terdapat dalam ibadah lainnya.

Hadis ini sebagai pemompa semangat bagi umatnya agar menyambut ramadhan dengan penuh semangat, sambutan yang hangat dan bergairah layaknya menjamu tamu istimewanya atau kekasih tercinta yang sudah lama tidak berjumpa, begitulah sikap seorang muslim seharusnya ketika menyambut ramadhan 

Allah mengguyurkan rahmat-Nya dibulan ini, Dia mengampuni dosa-dosa, menghapus kesalahan-kesalahan, inilah kesempatan emas  bagi kita yang beriman untuk mensucikan diri dari kerak-kerak dosa, membersihkan kelalaian hati dan kotoran-kotoran diri dari bisikan hawa nafsu, menghapus kesalahan-kesalahan dimana selama sebelas bulan kita larut dalam murka dan dosa.

Allah dengan karunia dan kemulian-Nya membuka momentum harian bagi seorang muslim untuk mengerjakan salat lima waktu, seorang Muslim membersihkan dirinya lima kali sehari seperti halnya orang mandi di sungai yang jernih, seandainya masih ada juga kotoran yang tersisa, maka ia dapat membersihkannya melalui momentum mingguan yaitu salat jumat yang Allah jadikan sebagai hari raya setiap pekan bagi Muslim, dan seandainya masih juga tersisa dekil dan kotoran di tubuhnya, maka ia dapat membersihkannya dengan momentum tahunan, yaitu puasa di bulan ramadhan. Itulah gambaran yang dijeskan Nabi saw. dalam sebuah hadis.   “Shalat lima waktu, dari Jumat ke Jumat, dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, itu semua sebagai penghapus dosa-dosa, jika seseorang mampu menjauhi dosa besar.”
 
Dalam hadis yang lain dan sangat sering kita dengar, Nabi bersabda:  “Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanan dan harapan ampunan dari Allah, maka akan dihapus dosanya yang telah terdahulu.”
 
Hadis-hadis ini menggambarkan betapa puasa ini sebagai sarana bagi hamba untuk mensucikan diri dari berbagai dosa dan kemurkaan. Karena siapapun orang, ia tidak pernah luput dari dosa dan murka. Sebagaimana dikatakan dalam ungkapan hikmah:  “Manusia diciptakan dari tanah tanpa secuil dosa apapun, kemudian dia akan dikembalikan ke tanah penuh dengan lumuran dosa.”

Untuk meraih harapan agar seorang Muslim dapat membersihkan dirinya dari berbagai kesalahan, selain harus banyak melakukan amal-amal kebajikan, ia juga dituntut untuk untuk menghindari berbagai perbuatan yang dapat merusak puasa, karena jika puasa seseorang hanya menahan diri dari lapar dan dahaga, sementara ia tidak meninggalkan tingkah-tingkah yang tidak terpuji, maka ia tidak akan mendapat apa-apa dari puasanya, kecuali hanya lapar dan dahaga.

Seorang muslim juga dituntut bersabar dari segala bentuk perilaku yang menimpanya, bahkan digambarkan seseorang harus bersabar seandainya ada orang lain yang ingin mengganggunya.  Dalam potongan hadis qudsi yang telah dibacakan tadi, Allah berfirman:  “Jika seseorang sedang dalam keadaan berpuasa, maka janganlah ia berbicara yang kotor, tidak meninggikan suaranya, bahkan jika ada orang yang mencelanya atau membunuhnya, ia harus berkata, saya sedang berpuasa.”

Memang, untuk menghidari diri dari berbagai godaan agak berat, apalagi godaan menahan amarah terhadap suatu perilaku yang tidak kita senangi, akan tetapi berkali-kali Rasul menegaskan bahwa umatnya tetap harus mampu mengontrol diri dari sifat marah, dalam sebuah hadis Nabi bersabda:  “Orang yang kuat bukanlah yang mampu berkelahi, tetapi yang dikatakan orang kuat adalah yang sanggup menahan emosi ketika ia marah.”

Kita juga dituntut untuk memiliki sifat kasih sayang bagi semua makhluk, karena apapun perbuatan terpuji yang kita lakukan tetap akan diperhatikan Allah dan menjadi catatan-Nya untuk pertimbangan hari akhir nanti. Nabi menyatakan dengan jelas:   “Kasihanilah orang-orang di bumi, maka penduduk langit –para Malaikat- akan menyayangimu.”

Kita tidak perlu khawatir terhadap semua kebaikan yang kita lakukan, jangan pernah berharap kebaikan itu akan dibalas langsung oleh manusia, tapi yang perlu diingat bahwa Tuhan tidak pernah alpa melihat hambanya, dan Tuhan berjanji kebaikan yang diberikan seorang hamba akan dibalas berlipat ganda karena kasih sayang-Nya, apa lagi di bulan ramdahan ini dimana Allah melipat gandakan kebaikan-kebaikan yang ada.
 
Marilah kita menghiasi ramadhan ini dengan kebaikan dan senantiasa melanjutkan perbuatan baik ini di luar bulan Ramadhan. Karena Allah selalu mengawasi kita dan menyaksikan kita. Dia memerintahkan kita untuk taat sepanjang hayat tidak hanya di bulan Ramadhan.
 
Suatu kekeliruan pada sebagian umat yang hanya ‘menyembah’ Ramadhan, bukan menyembah Allah swt. Di bulan Ramadhan dia begitu taat dan memenuhi seluruh perintah Allah swt. Tetapi, selepas Ramadhan, semuanya berakhir. Siapa yang menyembah Ramadhan, Ramadhan ini akan habis dan pergi. Tetapi siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup, tidak akan mati. Maka teruskanlah beribadah setiap waktu dan di seluruh bulan, tidak hanya dalam Ramadhan.
 
Lebih sayang lagi, sebagian orang bahkan tidak tergugah hatinya untuk memanfaatkan segala fasilitas dan kelebihan yang ada pada bulan ramadhan. Orang-orang ini dijelaskan Rasul akan menyesal di hari kemudian.

Tiga golongan yang menyesal
1. Orang yang orang tuanya masih hidup, tetapi ia tidak berbakti pada mereka;
2. Orang ketika mendengar Nama Rasul disebutkan, ia tidak mengiringinya dengan salawat.
3. Orang yang Ramadhan sudah berlalu, tapi ia tidak mendapat ampunan dari Tuhannya.
 
Mari kita selalu berusaha dan berdoa agar semakin hari, kualitas kita semakin baik dan meningkat. Sebelum ajal menjemput kita, kita isi hari-hari kita dengan kebaikan-kebaikan yang ada. Karena, kematian yang kita takuti dan hindari ia tetap akan menghampiri kita: Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, akan tetapi kematian itu tetap akan menemuimu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
 
Semoga kita termasuk orang-orang yang digambarkan Rasulullah dalam sabdanya:  “Senantiasa tetap ada suatu kelompok dari umatku yang selalu berada dalam kebenaran, mereka tidak pernah terpengaruh oleh orang lain yang berbeda pandangan dengan mereka.”
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin