
Menjelang pergantian “geusyik” akhir pada kitaran tahun 2007, sebagian masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh ini membidik suami Islamiati. Pendukungnya tentu memiliki alasan tertentu dalam hal mendukung terhadap ayah dari Siti Musfira, Habibul Kiram dan Siti Ashfia. Guru PNS di MTsN Cot Gue Aceh Besar ini dianggap memiliki kemampuan yang bersinergi antara kepemimpinan formal serta mumpuni dalam bidang syariat.
Begitu gencarnya permintaan dan dukungan agar lelaki kelahiran Aceh Besar 37 tahun lalu itu tidak dapat berkelit lagi. Pada akhirnya, mayoritas surat suara berisi foto dan namanya dibolongi. Setelah dilantik pada awal Februari 2008 oleh T Syaifuddin Sekda Banda Aceh, mantan Danru Wilayatul Hisbah (WH) dan mantan pengajar pada TPQ Plus Baiturrahman yang jadwalnya dipadati sebagai imam dan khatib di beberapa masjid se-Banda Aceh dan Aceh Besar ini, yang pertama berkelebat dipikirnya, bagaimana gampong yang dipimpinnya dapat disejajarkan dengan wilayah maju lainnya. Ia merasa bertanggungjawab, agar warga dan khususnya para pemuda dapat melaksanakan ibadah dan membentengi dirinya dari pengaruh pergaulan negatif. Bahkan, terbersit juga perlunya didirikan pusat aktifitas dan ibadah, yaitu masjid.
Gayung bersambut. Tidak lama berselang, seorang dermawan H Sofyan Ibnu Saa’dan, salah seorang warganya yang sudah berdomisili di Medan ingin melaksanakan niat orangtuanya. Dengan dana sebesar Rp. 700 juta, Bukhari menyarankan agar dana yang tersedia didirikan sebuah masjid. Selama ini, masyarakat Penyeurat selalu melaksanakan Shalat Jumat di masjid gampong tetangga. Uang sebanyak itu, dimanfaatkan untuk pembelian pipa ulir, serta bahan bangunan lainnya.
Sedangkan untuk pembebasan tanah seluas 2000 m2 dilakukan dengan bermacam cara, antara lain, hasil penjualan tanah pematang milik warga di lokasi pembangunan Type A Terminal Banda Aceh, di Peunyerat –bukan Gampong Batoh, sebagaimana yang diketahui selama ini yang berhasil dibebaskan seluas 1150 m2. Lalu luas tanah 840 m2 hasil sumbangan warga pun dapat terwujud.
Akhirnya, peletakan batu pertama pembangunan Masjid Nurul Huda yang dilakukan Mawardy Nurin, walikota anda aceh pada 3 0kt 2009 itu dapat selesai dan diresmikan oleh Muzakir Manaf, Wakil Gubernur Aceh pada 6 Juli 2012 dilanjutkan shalat Jumat perdana diimami Tgk Hasbi al Bayuni (Ketua RTA), dengan jamaah Walikota Banda Aceh, anggota DPRK serta tokoh masyarakat lainnya.
Untuk kenyamanan jamaah, panitia masih mengupayakan pavin blok dan pagar minimalis dapat segera terpasang menjelang bulan ramadhan mendatang. 2 menara sebagai tempat corong masjid pun belum dapat dikerjakan, mengingat dana belum mencukupi. Namun, Bukhari yakin kekurangan yang ada dapat diselesaikan apalagi masyarakatnya mendukung sepenuh hati dalam upaya menyempurnakan kelayakan tempat ibadah itu.
Walau demikian, syiar dakwah tidak pernah sepi dari masjid yang berdiri belum genap setahun ini. Bahkan, kegiatan seperti tahfiz al Quran bagi kalangan anak menjadi andalan spesifikasi dakwah yang dikoordinir langsung Tgk Bukhari, dibawah bimbingan Afdhal Mufasyir al Hafidz. Harapannya, agar masyarakat atau jamaah dapat memakmurkan keberadaan masjid secara maksimal dengan berbagai kegiatan dakwah dan ibadah.
Pada Februari 2014 mendatang, jabatannya sebagai keuchik akan berakhir. Tapi, pemilik motto “dapat memberikan manfaat bagi orang lain” ini, mengisyaratkan untuk tidak lagi maju sebagai calon pimpinan desa. Apalagi sebagai pegawai PNS mesti melewati ketentuan yang berlaku, salah satunya adanya perkenan dari pemerintahan kota. Ison
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !