Tidak terasa waktu belajar disini sudah memasuki ujian semester dua. Dan akan berakhir ujian pada pertengahan Juni ini, tibalah Summer Holiday ( liburan musim panas) yang bisa saya rasakan dari bulan Juli hingga awal September tahun ini. Saya lihat, kenapa rata-rata mahasiswa China pintar matematika? Saya peroleh jawaban selama dua tahun kuliah disini.
Budaya Morning Reading
Mulai dari pagi sebelum jam tujuh, selain berolahraga, saya belajar membaca dipagi hari yang sering dilakukan mahasiswa disini, yakni morning reading. Menyenangkan juga karena cuaca sedikit dingin dan ada matahari. Kampus Nanchang selain menyediakan fasilitas olahraga, ada panorama taman didekat danau, dengan berbagai pohon rindang. Dan bunga yang bisa hidup disaat musim panas, gugur dan dingin, jadi kadang saya bisa lihat bunga molihua dan sakura yang berguguran ketika musim semi. Kampus ini memang memiliki danau kecil yang terletak dibelakang asramaku, perpustakaan dan ada danau terbesar disebelah jalan raya. Mereka mengelola dengan desain yang enak untuk tongkrongan dengan fasilitas kursi panjang yang menghadap danau.
Saat saya melintas di danau belakang perpustakaan, ada tiga mahasiswa membaca buku bahasa Inggris diikuti suara lantang. Pagi sekali mereka datang. Lalu sayapun ikut membaca dan mencoba hafalan hanzi (huruf China), sambil praktek Kouyu (berbicara mandarin) dengan terpaan angin sepoy-sepoy.
Kalau musim dingin dan panas, aktifitas ini jarang dilakukan karena saya tidak tahan cuaca ekstrim. Kalau sudah mau pukul sembilan, saya bergegas untuk masuk kuliah yang gedungnya tidak berjauhan dari perpus. Bagi yang minat membaca indoor, bisa memilih pergi ke perpustakaan. Saya salut pas lihat peraturan perpustakaan. Pintu perpustakaan memang terbuka, mereka malah mengantri diluar, karena satpam tidak mengizinkan masuk kalau belum jam delapan teng.
Shuxue
Mencoba pola belajar Shuxue (matematika) ala China. Butuh usaha keras. Seperti mengenal huruf, simbol dan disaat dosen mengajar dengan menggunakan bahasa mandarin, saya tidak mau tertinggal jauh dalam memahami. Berkat classmates, sapaan buat teman kelas, setiap kali mereka bisa memecahkan soal matematika, saya berusaha bertanya.
Rata-rata mereka pintar berhitung matematika, karena terlatih sejak kecil memakai pola menghafal. Matematika dihadapkan dengan simbol yang mesti kuat diingat, jadi orang China sudah terlatih mengingat simbol dari tulisan hanzi yang ribuan dan berlatih menghafal simbol matematika. Mereka ajarkan saya kalau menghafal bisa dilakukan di pagi hari sebelum makan dan malam hari setelah pukul enam sore. Dan apa yang sudah dihafalkan, lebih baik ditulis kembali.
Praktek Mengajar
Semester dua ini, saya mendapat kesempatan untuk melihat empat teman kelas mengajar di kampus Nanchang Gongxueyuan, program diploma, yang khusus mempersiapkan mahasiswa menjadi lulusan guru.
Dihari pertama, saya hanya monitoring mereka mengajar di belakang, esoknya saya berkesempatan mengajar dengan menggunakan dua bahasa, Mandarin dan Inggris. Untuk bisa mengajar mesti gunakan bahasa mandarin yang fasih. Sedangkan menerangkan simbol matematika dijelaskan pakai tulisan mandarin.
Biye yihou?
Kalau ada kendala yang saya hadapi, konsultasi dengan professor bisa jadi alternatif solusi, seperti professor akan menentukan mata kuliah yang ujiannya menulis makalah saja, tidak perlu ujian di kelas. Dan Saya diberi partner dalam belajar yang bisa diajak belajar bersama memecahkan teorema matematika.
Ada satu pertanyaan yang saya layangkan ke dia yang akan tamat master tahun depan, “Biye yihou, ni dasuan gongzuo haishi daxue? ( setelah lulus, anda berencana untuk bekerja atau kuliah?). dan jawaban dia lebih memilih sambung kuliah.
Kalau Indonesia, S2 bisa mengajar di Universitas, disini lulusan S3 lah yang berkesempatan mengajar di Universitas. Banyak mahasiswa China yang sudah selesai master melanjutkan ke jenjang S3, karena peluang S2 sedikit. Jadi tidak heran, rata-ratapun yang lulusan S3 masih berusia muda dan belum menikah. Umur 23 tahun sudah kuliah master, bisa diperkirakan diusia 28 tahun lebih sudah bisa bergelar professor.
Kompetisi kerja di China sangat sulit, tidak segampang itu bisa mendapatkan pekerjaan. Meski lulusan dengan IPK tinggi. Ternyata perusahaan atau instansi disini, berdasarkan informasi yang saya dapat, butuh keahlian berbicara dan pengalaman kerja.
Makanya teman kelas disaat waktu libur kuliah, sempatkan diri kerja part time di restaurant atau perusahaan yang membutuhkan magang, dengan posisi sebagai pekerja rendah karena status masih mahasiswa. Selain untuk tambahan uang kuliah, bisa melatih kemampuan mereka.
Ada mata kuliah pilihan yang bisa diambil oleh saya di semester ini, boleh ambil bahasa Jepang atau Jerman bahkan kuliah bisnis perdagangan. Jadi, selain saya memilih mata kuliah terkait jurusan matematika, harus mendalami mata kuliah yang berhubungan dengan ekonomi. Pas saya masuk salah satu kuliah yang bernama Modern Keuangan Matematika, saya temui mahasiswa dari beberapa jurusan ikut ambil.
Sepintas menelaah hadist tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China, Sebagai Ummat Nabi Muhammad SAW, saya dapat beberapa jawabannya sekarang. Bahwa Ilmu bisa didapati jika kita hijrah belajar, tidak hanya di China, bisa di Indonesia maupun luar negeri agar lebih berwawasan ilmu pengetahuan. Dan saya belajar juga kalau ilmu yang didapat harus bisa diaplikasikan dan dikaitkan kedalam kehidupan.
Nelly, Mahasiswi S2 Applied Mathematics di Universitas Nanchang, China
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !