Headlines News :
Home » » Dari Mekkah ke Mustawa

Dari Mekkah ke Mustawa

Written By MAHA KARYA on Monday, June 24, 2013 | 6/24/2013

UMMUL Mukminin Khadijah binti Khuwailid  adalah isteri  tercinta  Rasulullah SAW wafat tahun ke-10 Kenabian.  Rasulullah  SAW sangat berduka cita atas wafat wanita tangguh ini. Betapa tidak, kukankah  Khadijah selama ini merupakan “tulang punggung” dakwah? Khadijah mengorbankan apa saja demi kepentingan Islam.  

Tahun Duka
Kepergian Khadijah sangat merasa kehilangan bagi Rasulullah SAW. Apalagi ketika itu Rasulullah tidak berpoligami. Sayyidah Khadijah tidak tergantikan.  Dia perempuan cantik yang kaya dan awet muda.  Zaujah shalihah dan teladan  dunia dan akhirat.  Dari rahimnya , melahirkan enam putra-putri Nabi, Qasim, Abdullah, Zainab, Rukayyah, Ummi Kalsum dan Fathimah.

Khadijah wafat dalam usia 65 tahun setelah mendampingi Rasulullah selama 25 tahun. Di dalam surga kelak, Khadijah diberikan sebuah istana yang sangat besar dan indah, terbuat dari yakut dan emas. Dia  salah seorang dari empat dari wanita utama,  yakni  Maryam binti Imran- ibunda Isa, Asiah binti Muzahim- isteri Firaun, dan Fathimah Az-Zahra binti Muhammad.

Setelah  wafat Ummul Mukminin Khadijah, beberapa bulan kemudian wafat lagi pamannya Abu Thalib, seorang tokoh perkasa yang selalu melindungi Nabi dari kekerasan kaum Musyrikin  Quraisy. Beliau memelihara Nabi sejak berusia  delapan (8)  tahun. Bersama paman  tercinta ini, Muhammad kecil tumbuh berkembang sebagai seorang remaja tanpan, berakhlak mulia, jujur dan rajin bekerja.

Abu Thalib sangat bahagia melihat kemenakannya yang rajin dan patuh. Ketika  berusia  12 tahun  Muhammad diajak Abu Thalib ke  Negeri Syam untuk berniaga. Ketika tiba di  Kota Taima, seorang Rahib (Ulama)  Yahudi yang bernama Buhaira melihat tanda-tanda  kenabian pada diri  remaja Muhammad,  antara lain selalu dipayungi awan, dan berdiri di bawah sebatang pohon. “Tidak seorangpun akan berdiri di bawah pohon itu kecuali seorang nabi”, demikian terdapat dalam kitab Taurat.

Lalu sang Rahib Buhaira  memuliakan Muhammad dan rombongan Abu Thalib dengan jamuan makan. Kemudian  ia  berbicara empat mata dengan Abu Thalib, bahwa  Muhammad  adalah calon Nabi dan Rasul yang terakhir. Ia meminta kepada Abu Thalib agar cepat-cepat pulang ke Makkah, sebab orang-orang Yahudi sedang mencari Nabi Arab yang menurut mereka telah lahir di Mekkah.  Mereka mencari  Nabi untuk dibunuh sebab mereka tidak bisa menerima kalau Nabi terakhir itu bukan dari bangsa mereka.

Cinta Abu Thalib kepada Nabi melebihi anak-anaknya sendiri, Apalagi  Muhammad anak yatim-piatu. Allah telah mengarunia, Abu Thalib memelihara Nabi dan melindunginya sepanjang hayat beliau. Abu Thalib pernah berkata kepada orang-orang kafir Jahiliyah:  Jangan coba-coba kalian  mengganggu anakku Muhammad . Kalau Muhammad binasa gara-gara kalian, Demi Allah, aku akan membunuh kalian semua,”

Setelah Abu Thalib wafat, Kaum kafir meningkatkan permusuhan kepada Rasulullah dan umat Islam. Para pemuka jahiliyah seperti Abu Lahab, Abu Jahal, Walid bin Mughirah tidak segan-segan meneror umat Islam, menghina Nabi dan bahkan menganiaya dengan cara-cara yang tak pantas. Misalnya mengganggu Nabi ketika shalat, mememparkan kotoran unta atasnya, dan duka Nabi semakin bertambah.

Isra' Mi'raj
Kehilangan orang-orang tercinta,  Khadijah dan pamannya Abu Thalib, kerasnya tantangan dakwah islamiyah,  Rasulullah merasa sedih yang mendalam. Seolah-olah dunia merasa sempit, apalagi ketika  beliau  melihat penderitan umatnya yang dizalimi oleh musuh-musuh risalah. Semua itu beliau adukan kepada Allah SWT.

Saat-saat itulah, pada  malam 27 Rajab 51 tahun dari umurnya,  Jibril dan Mikail datang membelah dada Nabi. Dikeluarkan kotoran-kotoran, dimasukkan keimanan dan hikmah. Kemudian dadanya dijahit kembali tanpa bekas. Ini adalah pembelahan dada kali kedua, setelah yang pertama ketika  Nabi masih berusia empat tahun  saat  dalam asuhan Halimatus-Sa’diyah di Pergunungan Bani Sa’ad.

Setelah  selesai pembedahan dada, malam itu juga Rasulullah di Israkmikrajkan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram di Mekkah ke  Masjidil Aqsa di Baital Maqdis, kemudian naik ke langit sampai ke  Sdratul muntaha, lalu naik lebih tinggi lagi ke Mustawa (tempat yang paling tinggi, malaikat Jibril pun tidak boleh ke sana). Dalam Israk Mikraj itu Allah mewajibkan shalat untuk Rasulullah dan umatnya. Mulanya 50 waktu, atas saran  Nabi Musa supaya Muhammad kembali kepada Allah minta dikurangi, Allah mengurangi sampai tinggal lima waktu. Namun pahalanya sama dengan 50 waktu.
 
Ketika Nabi kembali ke Mekkah, tempat tidurnya masih panas. Maksudnya peristiwa Israk Mikraj itu begitu cepat. Bagi Allah semua itu mudah, kun fayakun, jadi maka jadilah. Orang beriman seperti Abubakar Siddiq sedikitpun tidak ada keraguan, sebaliknya orang-orang kafir dan munafik seperti Abu Lahab, Abu Jahal Cs. mendustakan Rasulullah, sehingga mereka celaka. Ameer Hamzah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin