
Siapa gerangan yang akan menjadi Gubernur Aceh mendatang? Apakah Abu Lam Pisang , M. Nazar Sira, Darni Daud, Irwandi Yusuf atau Zaini Abdullah? Wallahu a’lam bishshawab. Hanya Allah yang tahu. Namun bila Pilkada berlangsung aman, Insya Allah satu di antara mereka akan terpilih, empat lainnya siap menerima kekalahan. Siap menang dan siap kalah adalah kesepakatan bersama para kandidat.
Mereka adalah putra-putra terbaik Aceh yang tentu telah membaca ayat berikut ini: Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran: 26).
Kekuasaan memang sangat menggiurkan manusia. Selain gaji besar, juga mendapat fasilitas dan penghormatan yang berlebihan. Kekuasaan ibarat “pohon durian” yang sedang berbuah. Semua orang datang mendekat, tetapi bila buahnya sudah habis (kekuasaan berakhir, mantan) orang-orang tidak lagi datang. Itulah realita.
Kekuasaan itu nikmat. Makanya lima tahun merasa kurang, banyak orang ingin mencalonkan diri kedua kali, bahkan ada juga yang kembali mencalonkan diri meski kalah sebelumnya. Misalnya sejumlah mantan bupati di Aceh. Kadang-kadang manusia tak dapat mengukur dirinya, apakah pantas dia menjadi pemimpin atau tidak? Syahwat kekuasaan terlalu kuat dan mengalahkan akal sehat.
Sejak zaman anak Adam (Habil- Qabil) manusia sudah menginginkan kekuasaan. Kekuasaan itu memang fitrah manusia. Wajar kita menyukainya. Kekuasaan tidak selamanya buruk, kebaikan juga banyak. Sangat tergantung “haluan” yang kita ingin bawakan.
Jika dengan kekuasaan yang ada pada kita ingin mengajak manusia ke jalan Allah (Syariat Islam), amar makruf nahi mungkar, membangun spiritual dan tamaddun Islam, keadilan dan kejujuran, sungguh kekuasaan itu sangat mahal harganya. Sang pemimpin lima ratus (500) tahun lebih duluan masuk surga dari seorang ulama saleh yang ahli ibadah, sebaliknya bila kekuasaan salah digunakan ke jalan yang negatif, juga lima ratus (500) tahun lebih awal dilempar dalam neraka ketimbang orang kafir.
Keadilan syarat mutlak bagi seorang pemimpin. Pemimpin adalah pelayan bagi kaumnya atau rakyatnya. Seorang pemimpin ibarat pengembala, setiap ternak harus mendapat makanan yang sama kenyang. Jangan sampai ada yang kelaparan. Pemimpin yang adil berada di sisi Umar bin Khattab dalam surga kelak. Sebaliknya pemimpin yang dhalim akan bersama Fir’aun dan Haman di dasar Jahannam.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !