
”Mereka memerlukan ilmu. Dengan ilmu, mereka mudah menjalani kehidupan rumah tangga dan menyelesaikan konflik. Sehingga keluarga harmonis,” kata Manshur.
Manshur menambahkan, berdasarkan hasil wawancara dengan peserta suscatin, secara umum mereka merasakan manfaat yang berarti setelah mengikuti kursus ini.
Menurut Manshur, kursus ini tidak hanya ditujukan bagi pasangan yang akan segera menikah. Bagi mereka yang sudah memasuki usia nikah juga harus segera membekali diri. ”Suscatin juga dapat diikuti oleh masyarakat yang belum, akan dan baru-baru menikah,” kata dia.
Berdasarkan data Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Keluarga Aceh (LPKKA, sejak medio Oktober 2010, ada 400 pasangan catin yang sudah mengikuti suscatin.
Sementara itu, alumni suscatin di Kota Banda Aceh, Ammar Fuad SE dan isterinya Aznita Zahara mengakui, banyak hal yang mereka dapatkan melalui suscatin. Program ini merupakan proses pemantapan. Kendati pun sebelumnya mereka sudah belajar ilmu tentang berumah tangga.
Ammar Aznita mengatakan, lewat suscatin mereka mengetahui tata cara dan prosedur perkawinan, undang-undang perkawinan, pengetahuan agama, ibadah-ibadah harian, hak dan kewajiban suami isteri dan etika berumah tangga. ”Materi kesehatan reproduksi, managemen keluarga dan psikologi perkawinan juga dijelaskan,” tutur Ammar.
Ammar menambahkan, dampak positif suscatin ini juga terasa di awal pernikahan mereka. Antara lain dampak psikologis. Secara emosional mereka lebih dewasa, sabar dan terarah ketika menyelesaikan persoalan internal rumah tangga. ”Walaupun saya belum secara mendalam mengenal isteri saya. Namun berkat ilmu yang dimiliki, kami lebih terarah dan mampu menyelesaikan masalah yang ada,” ujar Ammar.
Ammar melanjutkan, tanggapan masyarakat terhadap suscatin semakin baik. Namun pihak penyelenggara diharapkan lebih respek terhadap keluhan-keluhan peserta terkait mekanisme dan proses pelaksanaan.
Keluhan tersebut sudah ada sejak masa pendaftaran. ”Saya pikir harinya kita yang pilih, rupanya panitia yang menentukan. Itu menyulitkan. Apalagi jika berbentur dengan hari kerja,” tutur Aznita Zahara yang bekerja sebagai Sekretaris Pimpinan Bank Indonesia.
Selain itu, kata Ammar, kawan-kawan seangkatan kursus dengan dia juga komplain terhadap biaya kursus. Mereka mempertanyakan tujuan pemungutan biaya, sedangkan mereka sudah membayar biaya administrasi dan lain-lain di KUA kecamatan.
Ketua Umum Forum Pascasarjana Unsyiah ini juga mengeluhkan narasumber yang kurang energik dalam menyajikan materi, terbatasnya alat peraga, dan kurang nyamannya tempat kursus.
”Tapi lepas dari segala kekurangan, kita berharap suscatin ini terus dipertahankan. Dan kualitasnya ditingkatkan,” pungkas Ammar. muhammad meflin
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !