Berbagai bencana alam terjadi di tahun lalu. Tidak sedikit korban harta dan nyawa berjatuhan. Diantara sikap optimis, timbul juga beberapa pandangan pesimis yang menilai bencana sebagai sebuah hukuman. Tapi, bagaimana sebenarnya bencana harus disikapi? Berikut petikan obrolan Muhammad Meflin dari Gema Baiturrahman dengan Ir H. Faizal Adriansyah, M.Si. Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh
Peristiwa Alam menurut perspektif Ilmu Geologi?
Fenomena alam, khususnya bencana-bencana seperti gempa tektonik, tsunami, letusan gunung api, tanah longsor, itu bagian dari bencana alam geologi. Ada juga bencana alam seperti angin topan, banjir, tapi itu bukan ruang lingkup pengetahuan yang saya tekuni. Berkaitan dengan bencana alam geologi ini memang secara keilmuwan sudah bisa terjawab. Kenapa terjadi gempa, tsunami, letusan gunung berapi. Itu sebenarnya sebuah proses biasa dalam alam, yaitu perilaku alam dalam mencari keseimbangan.
Secara geologi memang posisi Indonesia berada pada posisi yang namanya daerah tumbukan. Daerahnya meliputi Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Bali. Semua itu berada antara lempeng Samudera Hindia-Australia. Di bawah laut Hindia ada dasar laut yang disebut lempeng Samudera Hindia-Australia bertabrakan dengan lempeng benua Asia. Sementara di sebelah Timur ada lempeng Pasifik itu juga menabrak Asia. Jadi Asia ini dijepit oleh lempeng Pasifik dan lempeng benua Asutralia. Konsekuensi dari tubrukan lempeng itu sendiri memang dapat terjadi gempa, tsunami dan bencana geologi lainnya.
Selain dampak negatif, adakah efek positif gempa bagi kehidupan manusia?
Justru sebelum ada manusia barangkali gempa-gempa dahsyat itulah yang melahirkan mineral berharga. Karena tumbukan itulah ada patahan bumi, lalu masuk magma dan terjadilah mineralisasi yang mengasilkan emas, perak, tembaga. Kemudian ada karbon, minyak, dan gas.
Bagaimana fenomena alam ini sebaiknya kita sikapi?
Pandangan kita secara keimanan, kita wajib meyakini bahwa tidak mungkin alam dan semua fenomena di dalamnya dapat terjadi dengan sendirinya. Kita yakin tidak ada satu pun yang terlepas dari pengetahuan dan pantauan Allah. Berdasarkan keyakinan itu, timbullah kesadaran bahwa Allah lebih tahu, Allah yang mengatur dan mengendalikannya. Kita menyadari bahwa pengetahuan manusia tentang kebencanaan masih sangat sedikit. Dalam hal gempa tidak seorang pun yang tahu kapan gempa terjadi, dimana gempa terjadi, berapa kekuatannya tidak ada yang mengetahuinya. Dari peristiwa gunung api juga masih banyak hal-hal yang belum diketahui manusia. Kita harus juga bertanya kepada diri sendiri, ada apa ini? Walaupun kita tahu itu proses alam.
Tapi proses alam itu tidak mungkin terjadi dengan sendirinya, tentu ada yang menggerakkan dan mengendalikannya yaitu Allah. Lalu kita juga harus pertanyakan juga mengapa terjadi bencana alam yang beruntun di akhir tahun 1431 H. Ada Wasior, ada Tsunami di Mentawai, ada letusan gunung merapi di Yogya. Bagi orang yang beriman ini harus introspeksi sebenarnya. Kejadian ini mengingatkan kita bisa selama ini kita terlalu jauh dan lalai dari Allah, sehingga Allah perlu mengingatkan kita.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari peristiwa alam itu?
Sebenarnya Allah sudah berbicara dengan kita, dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia itu sendiri. Bukankah Al-Qur’an adalah bahasa komunikasi Allah kepada manusia? Tapi berapa kita yang cuek dengan Al-Qur’an. Kemudian Allah gerakkkan bumi, terjadilah gempa, tsunami, dan lain-lain. Saya kira itu adalah bahasa Allah tapi sudah dalam bahasa alam. Bagi orang beriman justru bencana ini adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada mereka, agar kita tidak terlalu jauh dalam kesesatan. Itu sama saja analoginya dengan kita mencubit atau memukul anak kita, itukan tidak ada kebencian, tapi tanda cinta. Jadi kalau kita meyakini itu insya Allah peristiwa bencana ini menjadikan kita lebih dekat dengan Allah, bukan bertambah jauh.
Hal yang sepatutnya direnungi?
Allah itu tidak pernah ingkar dengan janjiNya. Allah sudah mengatakan, “Jika penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, niscaya akan dibukakan atas mereka keberkahan dari langit dan bumi”. Ayat ini sesungguhnya memberikan bimbingan bagi kita. Kalau kita beriman dan bertaqwa maka Allah berikan sumber daya alam tadi. Apa yang keluar dari bumi adalah merupakan keberkahan, tapi kalau kita tidak beriman dan bertaqwa maka kita memilih bencana, begitu saya kira. Firman Allah SWT, “kebaikan apa yang kamu dapat itu dari Allah tetapi bala bencana dari diri kamu sendiri”. Gempa itu sehari bisa terjadi ratusan kali, pelepasan energi namanya. Itulah yang kita mohon kepada Allah agar jangan sampai gempa itu terakumulasi dalam sebuah energi yang dahsyat seperti yang terjadi pada 26 Desember tahun 2004 lalu.
Adakah daya manusia untuk memperkecil frekuensi bencana?
Sebenarnya seluruh alam ini, semuanya bertasbih kepada Allah. Kita tau bumi ini berputar siang malam, itu menunjukkan bahwa mereka begitu patuh kepada Allah. Namun manusia yang sudah terikut dengan syaithan dan iblis dia membangkang. Tapi masih ada manusia yang patuh, taat, sujud, kepada Allah. Jadi saya kira kalau ingin menghentikan bencana ini jawabnnya memang sujud. Sujudlah yang menghentikan bencana. Tidak ada seorang pun yang dapat menghentikan gempa, tetapi sujud itu dapat menghentikan gempa. Karena Rasulullah juga mengatakan sendiri bahwa hijrah itu adalah berpindahnya seseorang dari dosa kepada kebaikan. Jadi sebenarnya hijrah dalam makna rohani tadi itu juga bisa menghentikan musibah dan bencana.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !