
Setelah Magrib saya masuk kuliah. Tapi, pikiran saya terus teringat “dai” dan mahasiswa yang sudah taubat tadi. Saya juga khawatir, kalau anak-anak asrama lain tahu, ini akan fatal. Lalu saya pastikan, Zul, untuk tidak dulu menceritakan sama orang lain. Saya berpikir perlu meng-crosscheck- isu ini dengan langsung sumbernya. Terlebih dahulu saya cocokkan namanya dengan data yang sudah saya miliki. Jangan sampai salah orang.
Singkat cerita, saya “menculik” dai itu untuk keluar dari asrama. Melalui pengurus asrama, Bashir, yang mengajaknya untuk ngopi. Kemudian, anak muda yang berpakaian jeans dan kaos oblong itu keluar, dan kami berjalan bersama. Seperti tidak terjadi apa-apa. Ditemani Zul, teman sekamar saya, juga teman sekelas dia. Dalam perjalanan, saya katakan kita ke Mesjid saja sebentar. Kebetulan mesjid itu masih di kawasan Setia Budi.
Kami duduk berempat. Setelah bersalaman, saya perkenalkan diri dan saya bilang saya ini saudara anda seiman. Saya ingin berdiskusi empat mata dan dari hati ke hati dengan anda, kalau boleh. Tapi kalau tidak, kita berbicara berempat saja. Tanpa pikir panjang, mahasiswa berkulit putih itu menjawab, empat mata saja bang! Anak pintar dalam hati saya. Sorot matanya tajam, dan patuh saja ketika saya ajak berdiskusi berdua di dalam masjid alBayyinah tersebut. Tapi kelihatan ia sangat shock koq saya bisa tahu.
Saya dingin saja, dan memposisikan dia sebagai teman diskusi yang bersahaja. Sebab, saya sadar benar, kalau saya emosi atau tidak terkontrol, teman lain akan tahu dan keadaanya akan berbeda. Awalnya, memang dia sangat tertutup, dan mengelak. Tapi, lama-lama dia merasa nyaman untuk terbuka dan jujur. Dia katakan mengenal aliran Mukmin Muballigh dari seorang teman, awalnya mereka hanya sharing biasa saja, seperti layaknya mahasiswa. Kadang mereka bertiga sampai berlima. Di Jakarta, ia sudah 6 bulan dan masuk pertama sekali sekira-kira 2 bulan sebelum PKL. Remaja ini memang fasih bacaan alQuran nya, ketika dia membaca beberapa ayat alQuran kepada saya.
Saya juga minta tolong untuk diyakinkan, kenapa dia memilih masuk MM itu. Menurutnya, ia melihat dunia ini sudah sangat semberaut. Seharusnya kita tidak begini, ada yang salah yang kita lakukan selama ini. Orang-orang sudah tidak lagi taat pada al-Quran. Mulai tampak, dia memang seorang pendoktrin muda yang bertalenta. Setelah panjang lebar, dia cerita, saya katakan, kegalauan anda itu sangatlah wajar, yang kamu katakan itu benar. Tapi kita menuju Allah itu tidak bisa sendiri. Ada AlQuran dan Sunnah yang harus kita pedomani. Mencari kebenaran itu harus terbimbing. Masih banyak di Aceh, ulama, abu-abu, teungku dan guru-guru kita yang dapat membimbing kita kepada jalan yang benar.
Sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunnah Rasul Insja Allah. Kita harus memperdalam pengetahuan untuk menjadi penafsir alQuran. Anda masih sangat muda, dan semangat anda ini sepatutnya diarahkan pada jalan yang benar. Kalau kita tidak terbimbing, takutnya kita kehilangan orientasi dan ikut hawa nafsu. Saya juga bilang, saya tidak punya kuasa untuk mengklaim bahwa anda sesat. Sebab, sebuah aliran dikatakan sesat jika ada prinsip-prinsip pokok dan inti ajaran dalam agama bersangkutan dipahami menyimpang. Maka, perlunya kajian para ulama dan faqih untuk memastikan apakah aliran itu sesat atau tidak sesat. Alhamdulillah MPU Aceh telah mengeluarkan kriteria yang bisa dikategorikan aliran sesat (baca: serambi indonesia, sabtu, 12/3).
Dia mengatakan sejak namanya beredar dia gusar dan tidak bisa tidur. Dia tidak banyak tahu lagi, aktivitas rekan-rekannya di Banda Aceh sejak dia di Jakarta. Termasuk, mengenai adanya “nabi” di kalangan mereka. Tentang itu, saya tidak tahu dia berbohong atau tidak. Di akhir diskusi tengah malam selama 2 jam itu, dan saat saya sarankan supaya dia minta maaf dan jujur dengan orang tuanya sejauh mana sudah dia terlibat dalam aliran MM ini, matanya berkaca-kaca, dan Alhamdulillah dia ingin bertaubat.
Tulisan ini saya tulis, bukan untuk menyudutkan mereka yang sudah terlibat. Tapi sebagai pembelajaran bagi kita semua. Bisa saja, remaja kita ini juga dijebak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Sebab, menurut cerita temannya yang sudah “taubat”. Di awal-awal hanya kajian biasa. Pertemuan pertama, hanya bicara topik-topik umum tentang keislaman.
Lalu, memperdalamnya di pertemuan kedua. Pertemuan ketiga, ikut bergabung, jadi anggotalah. Ditanyai identitas, hobi, tempat tgl lahir dan lain-lain. Pertemuan 4-5 baru bicara tentang kenabian, selanjutnya, fase siang malam perjalanan nabi, nah disitu baru terjadi pembelokan-pembelokan. Maka, Edo (nama samaran) mahasiswa yang kost di kawasan Lambhuk ini tidak lagi aktif. Begitu ceritanya, setelah saya konfrontir dengan cerita si dai yang di mesjid tadi. (Baca Remaja-Remaja Galau III)
> Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !