
Awal Maret yang lalu, seorang teman melalui akun facebook menanyakan saya informasi mengenai isu berkembangnya aliran sesat di Banda Aceh. Saya katakan, saya belum dengar. Lalu, Gufran bin Yasa’, mengatakan dia mendengar ada aktivitas meresahkan dan mencurigakan yang dimotori mahasiswa mulai masuk kampus. Dan mereka itu adalah remaja-remaja Aceh. Orang tuanya Aceh, juga lahir dan berkampus di Aceh. Modus operandinya adalah kajian, halaqah, dan sejenisnya. Seperti layaknya pengajian, tapi gaya “gaul”. Begitulah kira-kira.
Sepintas, diskusi itu berlangsung dingin dan berlalu. Karena saya memang tidak memiliki informasi yang memadai mengenai isu itu. Beberapa hari kemudian, saya mulai mendapat pertanyaan dari beberapa teman tentang aliran sesat di Aceh, dan khususnya di Banda Aceh. Mereka bermaksud mengkonfirmasikan, seberapa jauh keshahihan informasi itu. Sejak itu, saya pikir ini isu serius dan sensitif di Aceh. Jadi, saya harus mencari tahu perihal kebenaran isu tersebut. Minimal, benar ada, atau tidak. Ya, kalau memang ada, tinggal dicarikan info yang lebih detail.
Dalam waktu yang tidak lama, kita menyaksi ternyata isu tersebut makin hari makin senter dibicarakan. Terutama di jejaring social pertemanan facebook dan twitter. Melalui tehnologi new media itu bagai tanpa batas mengaliri informasi yang begitu cepat dan beragam. Termasuk, isu aliran sesat tersebut. Banyak status pengguna akun FB dan twitter menulis tentangnya. Lambat laun, isu tersebut menghangat di dunia maya. Dan menjadi bahan diksusi yang panjang.
Memang, aktivitas pendangkalan aqidah di Indonesia bukanlah hal baru. Sebut saja, Ahmadiyah, Lia Eden, dan LDII Al Qiyadah Islamiyah. Di Aceh sendiri, di penghujung tahun lalu, Oktober 2010, kita dihebohkan aliran Millah Abraham (MA) yang berkembang di Peusangan Bieureun. Tapi, MA ini berhasil dibubarkan dengan tertib oleh masyarakat, perangkat desa dan pihak kepolisian.
Selain itu saya juga mendapat beberapa sms dari teman tentang aktivitas aliran yang dianggap sesat itu. Isinya supaya kita jangan terpengaruh, karena mereka juga menyebar buku-buku yang isinya diselewengkan. Ada beberapa judul, tapi saya tidak menulis disini, karena saya belum melihat sendiri. Menurut sumber tersebut, targetnya bukan saja Banda Aceh, tapi seluruh Aceh. Setelah mengikuti perkembangan, Kamis siang (10/3), seorang teman mengirimkan saya list nama-nama remaja Aceh yang telah ikut aliran tersebut. Yang kemudian saya ketahui bernama “Mukmin Muballigh”.
Ketika saya tanyakan, dimana dapat nama-nama itu. Teman itu bilang dari wall facebook yang di tag oleh teman lain. Dan, tidak tahu siapa pertama yang meng-post-kannya. Tidak hanya itu, juga beredar foto-foto mereka dalam bentuk power point. Kebetulan saya juga dapat kiriman via email.
Ketika mengupdate status tentang aliran ini di akun facebook saya, ada yang menyarankan supaya di crosscheck (tabayyun) dulu kebenarannya. Sebuah saran yang bijaksana. Dan teman yang mengirimkan saya nama-nama itu juga menghapus di wall-nya.
Sore hari, kebetulan saya baru pindah ke Wisma mahasiswa Aceh FOBA, di kawasan Setia Budi, Jakarta Selatan. Seorang mahasiswa S1 asal Aceh yang sedang PKL di Jakarta dan tinggal sekamar dengan saya, tiba-tiba menceritakan ada beberapa temannya mulai mengikuti kajian-kajian aneh di Kampus. Dia juga sering diajak, tapi tidak terpengaruh. Celakanya, justru teman-teman kelasnya di Kampus kawasan Pango Raya itu, dari 25 orang jumlah mahasiswa di kelas, 20 orang terpengaruh untuk ikut kajian ala “gaul” itu.
Yang membuat saya terkejut adalah, dia katakan seseorang yang menyebarkannya (da’i), dengan cara menjadi pemateri pada kajian-kajian itu juga tinggal di FOBA. Tapi, dalam 2 hari ini tidak pulang, karena dia telah mengetahui, bahwa nama dia itu masuk dalam “list” nama-nama pengikut aliran sesat yang terlanjur beredar luas di jejaring sosial. Dan, ada satu lagi temannya sudah “taubat”.
Juga tinggal satu asrama dengan saya. Meski ini malam pertama saya di FOBA. Tapi, besok shubuh, Jumat(11/3) mereka akan segera pulang ke Aceh, karena masa PKL nya sudah berakhir. Tiba-tiba menjelang sore, sang “dai” itu muncul, sepertinya ia ingin membereskan barang-barang, karena besok akan bertolak ke banda Aceh. Lalu, teman sekamar saya yang juga target gagal sang dai itu, menunjuk, itu orangnya!... (Baca Remaja-Remaja Galau II)
.> Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !