
Fitrah manusia cenderung kepada kesenangan duniawi dan kepemilikan harta benda yang banyak. Dalam kaitan ini Allah swt berfitman Ali imran:14 “Dijadikan indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang dinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang melimpah dalam bentuk emas, perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
Dr. Zaki Fuad Chalil, M.Ag
Khatib Jum'at.............................
Khatib Jum'at.............................
Berbisnis
Perdagangan merupakan bagian dari aktivitas bisnis. Dalam terminologi Indonesia Bisnis diartikan seluruh kegiatan usaha yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung didalam bidang perniagaan untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa agar mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Agama Islam memberikan perhatian terhadap aktifitas bisnis sebagai salah satu pranata sosial. Menurut Afzalurrahman, Al-Quran juga memotivasi usaha komersial dan perdagangan dengan memberikan keberanian atau semangat untuk merantau dan usaha wiraswasta.
Ketika mengungkap perdagangan, secara umum Al-Quran memakai kata tijarah yang disebutkan dalam 8 ayat yang tersebar dalam 7 surat Al-Quran. Kata bai’un yang berarti jual beli disebutkan dalam 5 ayat. Sedangkan kata syira’ dengan berbagai bentukannya disebutkan dalam 25 ayat. Selain itu Allah juga mengaitkan persoalan bisnis ini dengan kata ad-dain (utang). Disamping itu ditemukan ungkapan al-Quran al-qisthul mustaqim yang berarti anak timbangan yang lurus, al-muthaffifin (orang-orang yang mempermainkan takaran dan timbangan).
Setidaknya ditemukan 40 lebih ungkapan Al-Quran tentang jual beli atau bisnis dengan segala bentuknya baik perdagangan materil maupun immateril antara hamba dengan khaliqnya sebagaimana firmannya dalam surah al-shaff ayat 10 dan 11, “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasulnya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.”
Dikalangan bangsa Arab pra Islam, dikenal dua bentuk perjalanan bisnis yang sangat terkenal yaitu rihlata al-syitai, perjalanan musim dingin dan perjalanan di musim panas, rihlata al-shaif. Di musim dingin mereka melakukan perjalanan ke Yaman, sedangkan di musim panas mereka pergi ke Syam (Syria). Dari kedua perjalanan bisnis ini terbuka lebar pintu rizki, keamanan dan keselamatan bagi bangsa Arab sehingga mereka menjadi kaya raya. Setelah Islam datang kedua bentuk perjalanan bisnis international ini dilestarikan Allah dalam Al-Quran sebagai tradisi yang menguntungkan.
Perdagangan sebagai bagian bisnis mendapatkan penekanan khusus dalam ekonomi Islam karena keterkaitannya secara langsung dengan sektor riil, terutama dalam distribusi barang dari produsen ke konsumen. Ekonomi Islam jelas lebih mengutamakan sektor riil dibandingkan sektor moneter. Dalam hubungan ini pemerataan ekonomi lebih penting daripada hanya mengejar pertumbuhan yang belum menjanjikan keadilan kepada semua pihak yang terlibat didalamnya, terutama bagi mereka yang harus disantuni.
Profesi terbaik
Sejarah menunjukkan, sebagian besar para nabi berlatarbelakang pebisnis. Nabi Daud dikenal sebagai pengrajin berbahan baku daun kurma. Nabi Idris dikenal sebagi penjahit. Nabi Zakaria dikenal sebagai pebisnis kayu, sedangkan Nabi Musa AS dikenal sebagai peternak. Rasulullah SAW juga dikenal sebagai pebisnis sukses. Demikian pula para sababat beliau seperti Abdurahman bin Auf yang dapat menyingkirkan peranan pebisnis Yahudi di Madinah setelah berhijrah ke Madinah. Usman bin Affan seorang pebisnis bahan pakaian yang sebagian besar keuntungannya disedekahkan untuk biaya perjuangan menegakkan Islam. Demikian juga dengan Imam Abu Hanifah, seorang pebisnis bahan pakian yang sangat jujur. Seperti sabda Rasulullah SAW, “sesungguhnya sebaik-baik mata pencaharian adalah seorang pedagang/berbisnis (menjadi entrepreneur)” (HR. Baihaqi).
Bila kita meneliti milyuner dewasa ini kita juga akan mendapatkan sejumlah orang terkaya berasal dari pebisnis. Bill Gates (52 tahun) pemilik microsof dari AS memiliki kekayaan 60 milyar dolar yang kalau di kurskan berjumlah sekitar 450 triliyun rupiah. Sementara pangeran al Waleed bin Talaal al Saud (50 tahun) dari Saudi Arabia total kekayaannnya 20 milyar dolar. Bagaimana bisa sampai sebegitu kayanya? Ternyata mereka adalah pebisnis ulung bukan berasal dari pejabat negara atau pegawai negeri. Fakta ini menunjukkan kepada kita, kekayaan dikuasai oleh pebisnis. Padahal 15 abad yang lalu rasulullah saw telah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan imam Ahmad “ Hendaklah kamu berdagang karena didalamnya terdapat 90 % pintu rizki.”
Etika bisnis
Jika kita merujuk kepada Al-Quran akan ditemukan tujuh hal yang terkait dengan etika bisnis yang harus diperhatikan pebisnis agar usaha bisnis yang dijalankan tidak menyimpang dari jatuh ke dalam dosa, yaitu: Suka sama suka. Benar dan Jujur. Adil dan tidak curang. Bersih dari riba. Objek yang diperdagangkan halal. Tidak menghalangi pelaksanaan kewajiban kepada Allah. Serta menggunakan manajeman yang baik.
Marilah kita bangun kualitas umat ini dengan terus berpegang pada tuntunan ajaran Islam dan mencotoh perilaku bisnis Rasulullah agar tersedia sejumlah kekayaan untuk keperluan peningkatan kualitas sumberdaya. Berbisnis adalah sebagian dari aktifitas hidup kita yang harus ditujukan untuk beribadah kepadanya dan sarana berbuat baik kepada sesama manusia dengan berinfaq.Tanpa kekayaan yang mencukupi, sangat sulit umat ini melaksanakan segala perintah agama secara sempurna.
Agama Islam memberikan perhatian terhadap aktifitas bisnis sebagai salah satu pranata sosial. Menurut Afzalurrahman, Al-Quran juga memotivasi usaha komersial dan perdagangan dengan memberikan keberanian atau semangat untuk merantau dan usaha wiraswasta.
Ketika mengungkap perdagangan, secara umum Al-Quran memakai kata tijarah yang disebutkan dalam 8 ayat yang tersebar dalam 7 surat Al-Quran. Kata bai’un yang berarti jual beli disebutkan dalam 5 ayat. Sedangkan kata syira’ dengan berbagai bentukannya disebutkan dalam 25 ayat. Selain itu Allah juga mengaitkan persoalan bisnis ini dengan kata ad-dain (utang). Disamping itu ditemukan ungkapan al-Quran al-qisthul mustaqim yang berarti anak timbangan yang lurus, al-muthaffifin (orang-orang yang mempermainkan takaran dan timbangan).
Setidaknya ditemukan 40 lebih ungkapan Al-Quran tentang jual beli atau bisnis dengan segala bentuknya baik perdagangan materil maupun immateril antara hamba dengan khaliqnya sebagaimana firmannya dalam surah al-shaff ayat 10 dan 11, “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasulnya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.”
Dikalangan bangsa Arab pra Islam, dikenal dua bentuk perjalanan bisnis yang sangat terkenal yaitu rihlata al-syitai, perjalanan musim dingin dan perjalanan di musim panas, rihlata al-shaif. Di musim dingin mereka melakukan perjalanan ke Yaman, sedangkan di musim panas mereka pergi ke Syam (Syria). Dari kedua perjalanan bisnis ini terbuka lebar pintu rizki, keamanan dan keselamatan bagi bangsa Arab sehingga mereka menjadi kaya raya. Setelah Islam datang kedua bentuk perjalanan bisnis international ini dilestarikan Allah dalam Al-Quran sebagai tradisi yang menguntungkan.
Perdagangan sebagai bagian bisnis mendapatkan penekanan khusus dalam ekonomi Islam karena keterkaitannya secara langsung dengan sektor riil, terutama dalam distribusi barang dari produsen ke konsumen. Ekonomi Islam jelas lebih mengutamakan sektor riil dibandingkan sektor moneter. Dalam hubungan ini pemerataan ekonomi lebih penting daripada hanya mengejar pertumbuhan yang belum menjanjikan keadilan kepada semua pihak yang terlibat didalamnya, terutama bagi mereka yang harus disantuni.
Profesi terbaik
Sejarah menunjukkan, sebagian besar para nabi berlatarbelakang pebisnis. Nabi Daud dikenal sebagai pengrajin berbahan baku daun kurma. Nabi Idris dikenal sebagi penjahit. Nabi Zakaria dikenal sebagai pebisnis kayu, sedangkan Nabi Musa AS dikenal sebagai peternak. Rasulullah SAW juga dikenal sebagai pebisnis sukses. Demikian pula para sababat beliau seperti Abdurahman bin Auf yang dapat menyingkirkan peranan pebisnis Yahudi di Madinah setelah berhijrah ke Madinah. Usman bin Affan seorang pebisnis bahan pakaian yang sebagian besar keuntungannya disedekahkan untuk biaya perjuangan menegakkan Islam. Demikian juga dengan Imam Abu Hanifah, seorang pebisnis bahan pakian yang sangat jujur. Seperti sabda Rasulullah SAW, “sesungguhnya sebaik-baik mata pencaharian adalah seorang pedagang/berbisnis (menjadi entrepreneur)” (HR. Baihaqi).
Bila kita meneliti milyuner dewasa ini kita juga akan mendapatkan sejumlah orang terkaya berasal dari pebisnis. Bill Gates (52 tahun) pemilik microsof dari AS memiliki kekayaan 60 milyar dolar yang kalau di kurskan berjumlah sekitar 450 triliyun rupiah. Sementara pangeran al Waleed bin Talaal al Saud (50 tahun) dari Saudi Arabia total kekayaannnya 20 milyar dolar. Bagaimana bisa sampai sebegitu kayanya? Ternyata mereka adalah pebisnis ulung bukan berasal dari pejabat negara atau pegawai negeri. Fakta ini menunjukkan kepada kita, kekayaan dikuasai oleh pebisnis. Padahal 15 abad yang lalu rasulullah saw telah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan imam Ahmad “ Hendaklah kamu berdagang karena didalamnya terdapat 90 % pintu rizki.”
Etika bisnis
Jika kita merujuk kepada Al-Quran akan ditemukan tujuh hal yang terkait dengan etika bisnis yang harus diperhatikan pebisnis agar usaha bisnis yang dijalankan tidak menyimpang dari jatuh ke dalam dosa, yaitu: Suka sama suka. Benar dan Jujur. Adil dan tidak curang. Bersih dari riba. Objek yang diperdagangkan halal. Tidak menghalangi pelaksanaan kewajiban kepada Allah. Serta menggunakan manajeman yang baik.
Marilah kita bangun kualitas umat ini dengan terus berpegang pada tuntunan ajaran Islam dan mencotoh perilaku bisnis Rasulullah agar tersedia sejumlah kekayaan untuk keperluan peningkatan kualitas sumberdaya. Berbisnis adalah sebagian dari aktifitas hidup kita yang harus ditujukan untuk beribadah kepadanya dan sarana berbuat baik kepada sesama manusia dengan berinfaq.Tanpa kekayaan yang mencukupi, sangat sulit umat ini melaksanakan segala perintah agama secara sempurna.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !